Dipenghujung malam selasa, kala itu, Randy menatap terawang langit-langit kamarnya lama, dengan rubik di genggaman, dengan musik dari Khalid yang mengalun di piringan hitam kotak musiknya, dengan kepala yang berkelana memikirkan siapa yang dia temui pagi tadi.
"Gila," gumamnya dengan senyuman kecil.
Karenia Andisa Guira, Randy ingat betul dia itu Karen teman sebangkunya saat sekolah dasar, saat kelas 4 dan 5, lalu pula, kenapa dia dan Karen bisa bertemu di kota Bandung untuk satu universitas dan prodi yang sama, padahal saat SD rumah mereka di Tangerang.
Ya maksudnya, emang enggak sejauh itu, cuma kayak, wow halo kita ketemu lagi???
"Eh sorry."
Mata itu.
Meski hujan, meski tubuh si perempuan dibalut jas hujan dan wajah yang dipakaikan masker, yang Randy lihat adalah mata yang sama seperti bertahun yang lalu itu. Karenia si anak kecil yang sering menyubitnya saat sekolah dasar sama sekali tidak berubah, yang berbeda mungkin garis wajahnya yang lebih dewasa, hanya wajahnya yang sudah lebih terbingkai riasan, juga bulu mata yang memakai maskara, hanya itu sebab semuanya masih sama.
"Eh, iya..?"
Bahkan suaranya tidak jauh berbeda.
Randy lagi-lagi berusaha membangun bincang, "Masih inget gue gak?" tanyanya, namun muka kebingungan itu usai, "Oh enggak ternyata."
Dia terlihat meringis dari sini, "Sorry."
"Nggakpapa kalau nggak inget."
Memasang wajah bersalah lagi, Karen meminta maaf, lalu yang Randy lihat setelah itu hanya dia yang berlalu sebab sudah dipanggil yang entah siapa. Dari tempatnya Randy tersenyum, dari dulu Karen memang gadis yang manis. Dewasa sekarang, menjadi perempuan yang cantik.
Saat pulang dan selesai dengan kegiatan di fakultas, lagi-lagi Randy melihat Karen, senyumnya cantik, wangi badannya tercium manis hangat sekali. Lagi dan lagi, Randy menatapi Karen yang disitu.
"Randy nggak sih?"
Iya. Gue. "Udah inget?"
"Astagaaa," Tergelak sekilas, "Maaf banget tadi pagi kan hujan, lagi buru-buru terus bener nggak inget sih tadi. Sorry ya, lo apa kabar ih? Spechless banget jadi ganteng gini?"
Randy tergelak pula, lalu sesudahnya kedua anak manusia yang baru menginjak bangku perkuliahan itu, yang sempat jadi teman semasa sd itu cukup banyak berbincang perihal hal dasar, hal basic. Lanjutin smp dimana, sma dimana, tinggal ngekos dimana.
Randy tidak tahu kalau mengobrol dengan Karen sesudah mereka dewasa begini akan berbeda rasanya. Tapi Randy, ini Karenia teman sd kamu dan bukan Kanaya.
"Ren, lo mirip sama temen gue deh."
"Oh ya? Siapa? Mukanya atau cara ngomongnya, atau apanya? Pasaran dong ya muka gue?" katanya beruntun.
Randy tersenyum, "Kalau gue bilang semuanya, lo bakal percaya gak?"