Sudah lama, semakin mekar perasaannya. Namun yang Karen lakukan hanya diam dan berdiam, terkesan tak peduli sebab Randy pun tak melakukan apapun lagi. Mereka benar tidak pernah mengobrol intens lagi. Sedari dulu juga memang tidak, sih.
Tapi apa Karen pernah bilang jika tidak dikelas, dia selalu melihat Randy yang sama di luar?
Entah apa bagusnya tembakau, namun yang selalu Karenia lihat pada Randy di luar kelas adalah dia yang ini. Merokok. Dimanapun Karen melihat Randy, selalu bertepatan dengan dia yang sedang menghisap itu.
Lapangan, kantin, jalan. Dengan teman-temannya ataupun sendiri, atau juga dengan sekuriti.
"Balik sama siapa?"
Kali ini mereka sedang bertemu, berpapasan saat sedang sama-sama duduk menunggu pulang. Jika Karen menunggu jemputan, Randy tidak tahu menunggu apa.
"Dijemput."
"Oh, pacar?"
"Kenapa pengen tahu?"
Randy hanya tersenyum dan menunduk, kembali menghisap tembakaunya dan duduk menyender disitu.
"Nggakpapa kan gue ngerokok?"
"Literally udah berapa menit, ngapain harus bilang kalau rokok lo aja udah mau abis kayak gitu?"
Randy tersenyum saja.
Lalu sepanjang itu, Karenia tidak bisa untuk tidak membalirkan fokus pandangnya, meski Randy sempat beberapa kali melihat handphone, tentu dengan tembakau disana.
Posisi duduk keduanya berhadapan, di koridor, tidak dihalangi meja atau apapun, hanya jalan yang mungkin berjarak 4 meter. Dekat yang jauh.
"Kenapa?"
Karenia hanya menggeleng saat Randy mendapati dia menatap dirinya lama. Atau mungkin daritadi saja Randy sadar, hanya dia membiarkan dan mulai bertanya-tanya makanya sekarang membilang?
Randy mengernyitkan alisnya, lalu membuang putung rokok yang habis ke asbak yang memang entah kenapa ada. Tapi dia mengambil itu lagi.
Dengan gayanya yang setengah slengean, Randy mematik korek dengan menyalakan lagi rokok disana, yang buat Karen benar-benar terfokus pada hal itu.
"Bilang aja." Randy menegak, menatap tepat pada Karenia yang sedang memandangnya.
"Sekalipun lo akan kaget?"
"Apa?"
Karen menatap rokok Randy, menggerakan dagu dengan pandangan yang mulai dari tembakau berlanjut ke matanya.
"Gimana rasanya jadi dia?"
"Hm?"
"Have I told you if you're more sexier when you smoke Ran?"
"..."
Terdiamnya Randy membuat Karenia terkekeh kecil. Melihat sekilas pada hp, "Gue balik," katanya sambil berdiri.
"Udah ada yang jemput. See you ya, kumis lo cukur tuh udah banyak."
Tidak hanya kamu, akupun bisa mengatakan hal yang sama.
Bermain kata tanpa memiliki intensi kemudian berlagak tak tahu menahu, meski yang sebenarnya terjadi aku benar-benar menyukaimu.