Kesimpulan Yang Abu-Abu

153 38 2
                                    

Namun Karen benar terdistraksi, pula Randy benar dibuat berpikir.

Saat bertemu, mereka tidak pernah tau berdampaknya satu kalimat yang masing-masing beri. Saat bertemu, mereka tidak tahu sebab berlagak tidak pernah ada percakapan itu.

"Sekelompok ya."

"Iya."

5 orang anggota untuk kelompok mata kuliah Matematika Ekonomi dan Keuangan, dan Randy meminta untuk bersama.

Karen hanya membawa Adisti, teman perempuannya, Randy dengan Yuda dan Nina. Pas lah itu mereka berlima.

"Hari kamis aja."

"Gak bisa. Gimana kalo jumat siang?"

"Yang cowok kan—"

"Kita berdua bukan muslim, santai."

"Hah, eh, oh, iya...."

Karen tidak tahu, atau lebih tepatnya tidak ingat. Dia berharap tidak pernah ingin diingatkan.












"Maksud lo waktu itu apa?"

"Apanya?"

"Gue mikirin itu dua harian, Karen."

"Jangan dipikirin."

"Gimana bisa?"

"Cari caranya sendiri."

"Karenia."



























"Rambut gue pengen di cat ih, apa warna yang bagus ya kira-kira?"

"Coklat."

Karen bertanya pada Adis dan Nina, namun yang menjawab malah Randy. Namun kemudian dua perempuan itu ikut mengiyakan.

"Bagus gak ya?"

"Bagus, Ren, percaya deh sama gue." sahut Randy lagi.

"Soalnya mirip sama orang yang lo bilang?"

"Hah?"

Adis dan Nina tidak mengerti. Randy terdiam tak mau menjawab bahkan sampai kerja kelompok hari ini selesai.




"Itu si Yuda sama Adis, Nina dijemput pacarnya. Lo balik sama gue."

"Ya."

Sudah malam, diperjalanan Randy berusaha membangun obrolan yang Karen timpali. Seakan melupakan beberapa kalimat yang tergantung jawabannya diujung asa hati.

"Karen, anyway?"

Mereka sampai, Randy jadi mengetahui jika ini tempat tinggal Karen.

"Langsung aja," katanya sambil memberi helm pada Randy. "Ada apa?"

"Omongan gue waktu itu, jangan dipikirin."

"Yang mana?"

"Yang lo mirip sama orang yang gue kenal."





Padahal, memang benar nyatanya Karen akan terlihat bagus dengan rambut coklat. Meski Kanaya juga berambut coklat, natural, sebab dia berdarah Eropa Indonesia, namun Karen akan sama bagusnya sebab dia Karen dan bukan Kanaya.

"Ok?"

"Karen."

"You don't need to—"

"I need to. Gue bilang rambut lo bakal bagus karna coklat karna kayaknya iya. Bukan karna dia."

Karen hanya mengernyitkan alis.

"Ran?" Karen bertanya. "Siapapun dia, lo kasih gue perhatian beda bukan karna gue mirip dia, kan?"

"Maksud—"

"Gue tau kelakuan lo ke gue ada artinya, jelas, tapi gue nggak mau narik kesimpulan yang gue nggak tau maksud lo itu buat gue apa buat kemiripan yang gue punya."




































BRAY AKU JUGA GATAU KENAPA BEDA BANGET SAMA PROLOG, INI SOALNYA TULIS KEBUT ALIAS NULIS UP NULIS UP bentar yah, ada bahan terjadi perombakan dhushsushsh sorry baru ketemu Karen Randy lagi hari ini, but I hope you enjoy the story! see you when I see youuuu

KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang