Chapter 2 : Belanja Kebutuhan Dapur

918 126 19
                                    

+62823999910001
Jandrii saya tunggu kamu, kita harus belanja bareng
Saya nggak tau supermarket terdekat disini
Jandri
Ayo dong,,

Biasanya Jandrino tidak pernah lupa mengatur ponselnya agar 'silent' saat jam kerja. Namun, hari ini kesialan datang, sehingga ia harus mendengar suara notifikasi berkali-kali masuk dari perempuan yang tinggal bersamanya.

Setelah diatur, ia membalikan ponsel. Lanjut fokus dengan kerjaan. Sebenarnya bisa saja ia membalas pesan tersebut, namun perempuan itu tidak akan membiarkan begitu saja, pasti akan ada balasan terus menerus.

Tidak ada kerjaan berarti, dari tadi jarinya hanya memainkan kursor pada gambar di layar komputer.

"Mas Jandri, kok sudah kembali? Nggak honeymoon?" Perempuan dengan name tag Alya itu bertanya, membawa kursinya lebih dekat dengan Jandrino. Dia bisa dibilang teman akrab Jandrino di kantor walau usianya dibawah usia Jandri.

Jandrino menggeleng. "Ngapain honeymoon kalau dirumah aja bisa kan Al?" ucapnya mulus seraya tersenyum kecil.

Alya meluruskan tangan kirinya sengaja menyenggol figura kecil diatas meja Jandrino. "Bisa, asalkan bukan sama orang yang difoto ini." perempuan itu tersenyum mengejek, tak mau kalah dalam mengekspresikan diri.

"Sialan." desis Jandrino, perasaan foto ini sudah ditaruhnya di dalam laci. Ia meraih figura tersebut kemudian membungkusnya dengan kertas HVS seperti kado.

Hampir saja Jandri membuangnya di tong sampah jika tidak mengingat foto ini tidak bersalah. Jadilah Ia taruh kembali ke dalam laci, berharap figura itu tidak akan berjalan sendiri lagi ke atas meja kerjanya.

"Padahal cantikan istri Mas Jandri loh, daripada dia," ujar Alya kembali mengejek dalam artian sudah dikasih istri bak bidadari malah milih badut ani-ani, "Namanya siapa? Jasmine ya?" tanya perempuan itu pada teman sekantornya yang baru saja kemarin melepas masa lajang.

"Eum,"

"Muka plus namanya cantik ih, nggak sabar lihat anak Mas Jandri sama Mbak Jasmine pasti visual semua,"

"Al..," tegur Jandri menghentikan hayalan Alya.

Rumah tangganya bertahan hingga sebulan kemudian saja kayaknya Jandri sudah harus sujud syukur, apalagi apa kata Alya punya anak? Itu adalah pemikiran terkocak untuk hidupnya yang tidak ingin memiliki pernikahan.

"Mas, jangan mau deh sama ani-ani itu, Mas nggak takut kena rabies?"

"Dia bukan anjing, Al,"

"Oh iya. Anjing mah baik kalau sudah akrab, si ani-ani itu kan kayak set——," Alya menggigit bibirnya, menahan diri untuk tidak keceplosan saat Boss mereka lewat di depan ruangan. "Nanti kita ngobrol lagi, oke," ujarnya pamit undur diri.

Alya memang begitu, mulutnya selalu mengeluarkan kalimat-kalimat pedas, mencaci maki, menghina perempuan yang pernah jadi bagian dari hidup Jandrino saat dulu.

Padahal pertemanan Jandri dan Alya baru beberapa tahun tapi lihatlah betapa tidak sopannya dia.

Pergerakan jarum di jam ternyata sangat lambat, setiap Jandrino melihat ke arah jam tangannya, tidak ada yang berubah. Dia ingin pulang, mandi dan tidur hingga besok pagi.

Sedari pagi saat Jandri muncul di kantor semua orang bertanya-tanya mengapa ia tidak ambil cuti, mengapa tinggalin istri sendiri di rumah dan lain sebagainya.

Ternyata nikah itu bikin pusing ya!

+62823999910001
saya tunggu kamu, habis itu belanja sama sekalian
dinner di luar.
Saya yg traktir beneran sumpah suerrr
✌️✌️✌️

JatukramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang