Chapter 3 : Closingan

761 98 12
                                    

Mendekati bulan puasa, Jasmine semakin sibuk dengan pekerjaan pribadinya yaitu sebagai seorang fashion designer.

Beberapa kliennya yang tinggal di luar kota datang ke tempatnya untuk mengecek kembali gaun pernikahan yang akan di kenakan saat pernikahan. Kebanyakan memutuskan nikah setelah hari raya.

Jasmine mencintai pekerjaannya walaupun jam tidurnya harus berkurang seiring bertambahnya kepercayaan orang-orang pada rancangannya, itu tidak apa-apa yang penting dalam waktu 10 tahun kedepan Ia sudah menjadi kaya raya.

Realistis saja, Ia bekerja agar bisa keliling dunia tanpa memikirkan harus nabung banyak dulu. Orangtuanya mampu tapi Jasmine sudah tidak enak untuk minta-minta pada Papa dan Mama, terlebih sekarang statusnya sudah menikah.

Soal pernikahannya yang baru berjalan 3 minggu itu, Jasmine tidak terlalu ambil pusing, Ia malas berdebat dengan Jandrino.

Tubuhnya sudah sangat lelah, seharian ini Jasmine sangat sibuk sampai makan malam pun dirinya belum, tetapi Ia tidak lupa membeli makanan di luar untuk makan malam mereka di Apartement sekaligus untuk sahur pertama.

Apartamen Jandrino memang luas, mungkin karena tidak ada sekat di dalamnya selain sofa dan meja yang mengisi ruangan besar. Namun sangat rugi memiliki rumah seperti ini, karena ketika membuka pintu, mata Jasmine yang bersih harus tercemar kotoran.

Untung saja Jasmine tidak latah ataupun lebay menghadapi situsasi yang ada di hadapannya. Ia masih bisa mengontrol diri agar tidak terlalu menampakan diri lantaran terkejut mendapati Jandrino tengah berciuman dengan sang kekasih.

Sepasang unggas tersebut yang bodoh, sangat menampakan bahwa mereka terkejut. Benar-benar telinga mereka disumpalin kapas oleh setan hingga bunyi pintu terbuka tidak terdengar.

Jasmine tidak marah, mana mungkin. Hanya saja, Ia tidak menyangka Jandrino yang merupakan sosok suaminya itu ternyata tidak sepolos yang Ia bayangkan.

Bukan masalah Jandrino yang bisa ciuman, itu bukanlah sebuah kejutan karena di zaman sekarang apalagi umur mereka yang sudah legal. Namun, Jandrino yang serius tidak menyukai pernikahan mereka itu berhasil membuat Jasmine menyalahkan pemikirannya.

C'mon, Jasmine.

Tidak terganggu dengan apa yang dilihatnya beberapa menit lalu, Jasmine memantapkan langkahnya menuju sofa, bergabung bersama sepasang kekasih yang sudah terlepas ciumannya lantaran kedatangan Jasmine.

"Kamu tau nggak, Jan, kasus rabies di Indonesia semakin melunjak. Kamu nggak takut kena virusnya?" ujar Jasmine sembari mengeluarkan tisu basah anti bakteri yang selalu tersedia di dalam tasnya.

Jemarinya sangat lihai menarik lembaran tisu tersebut, kemudian mengangkat tangannya mengarah ke bibir Jandrino. Ah, Jasmine memang sengaja duduk lebih dekat dengan pria itu.

Membersihkan bibir Jandrino dari bekasan gigitan yang bisa saja terkena virus, "Kenny, lo boleh kok ambil tisunya, but, sorry gue nggak bisa bantu bersihin lo punya," kata Jasmine menyuruh perempuan dengan rambut berantakannya itu bebersih diri terutama di area wajah.

"Saya bisa sendiri," ujar Jandri sambil menyentuh tangan kanan Jasmine. Namun, Jasmine yang tidak ada takutnya sama sekali itu berusaha mengeraskan tangannya agar tidak terlepas begitu saja.

"Sabar, sebentar lagi," balas Jasmine santai.

Tampak wajah Kenny merah padam, kemudian perempuan tersebut menghentakan kakinya meninggalkan ruang tamu menuju kamar pribadi Jandrino.

JatukramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang