Setelah mereka berbincang dan mengenakan alat pelacak itu, tiba-tiba terdengar suara ketukan cukup keras di pintu apartemen. Lantas para remaja tersebut pun berjaga-jaga, takut ada bahaya yang mengancam.
"Pid, buka pintunya," pinta Reza, kemudian segera diangguki oleh David.
"Buka anjing, karatan gue lama-lama di sini!"
"Kirain siapa ya elah," Alvin menghembuskan nafasnya kasar.
Setelah David membukakan pintu, Destin dengan segera memasuki ruangan tanpa permisi, dan langsung membaringkan tubuhnya di brankar milik Reza.
"Baru aja gue sama yang lain ngeroasting lo, Des." Ujar Richo terkekeh kecil.
Destin hanya melengos, lalu berkata. "I don't give a care!"
"Sok Inggris lo anak onta." Alvin mendekati Destin, lalu melempar alat pelacak itu tepat ke dada bidang pemuda tersebut.
"Ini apaan?"
"Racun buat ngebunuh lo,"
"Oh,"
"Percaya?" Kekeh Rea membawakan beberapa kopi dan teh.
"Nggak. Lagian alat kayak gini di rumah juga banyak." Destin mengamati alat itu dengan teliti, lalu memasangnya di kerah tanpa disuruh.
"Kenapa gak bilang dari kemaren anjing!" Protes Reza.
"Yaa mana gue tau, udah kebeli ini." Destin memutar bola matanya malas.
"Apakah kau punya alat seperti itu juga di rumah?" Tanya Azumi.
"Ya, kenapa?"
"A-aku boleh memakainya?"
Mendengar perkataan itu lantas seluruh anggota inti tersebut membulatkan matanya, lalu Richo segera berkata. "M-maaf, tapi ini hanya untuk kepentingan di tim kami saja,"
"Caper banget sih jadi cewek," Ica memutar bola matanya malas.
"Seperti itu, ya? Maaf." Azumi berkata canggung lalu menundukkan kepalanya.
"Tapi kalo kalian nekad banget pengin alat ini, kalian boleh pake." tiba-tiba Alvin memasuki pembicaraan itu dengan tatapan tajam.
"Sungguh!?"
"Tapi, Vin. Alat ini cuma buat anggota kita, kalo sampe melibatkan orang lain nanti takutnya mereka kebawa-bawa," bujuk Rea mulai mendekati Alvin.
"Kalo mereka juga diincar gimana? Bisa buat celah juga, kan?"
"Gue paham maksud lo, Vin. Setuju," Reza menepuk punggung Alvin dari arah belakang.
"O-oke, kalo itu yang terbaik gue setuju." Rea mengangguk paham, lalu disusul oleh persetujuan dari anggota lainnya.
"So, apan kami boleh memakainya!?" Tanya Chuya antusias.
"Dasar amatir." Lagi-lagi Ica menyindir serta memutar bola matanya malas.
"Nanti akan ku ambilkan." Ucap Destin menghembuskan nafasnya kasar.
"Aku bosan. Ingin memutari Jakarta," ujar Eiko memainkan ponselnya, melihat beberapa foto keindahan di ibu kota Jakarta.
"Gass?"
"Gass brother!" Richo terlonjak dari brankar yang sedari tadi ia duduki, disusul oleh David yang mulai mengambil jaket denim ke banggaannya.
"Ke mana anjing!" Sentak Reza.
"Taman lah, katanya mau muterin Jakarta,"
"Muterin Jakarta, Ko! Bukan muterin taman!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvin Anggara.
Teen FictionTentang seorang ketua geng motor yang belum bisa melupakan mantan kekasihnya, namun anehnya ia bisa diluluhkan oleh gadis sederhana pindahan dari desa. •••• Alvin dan Rea adalah sepasang kekasih baru yang mempunyai teka-teki dalam hidupnya masing...