6

443 76 24
                                    

HAPPIER THAN EVER
written by jungwonphile

•••
CH 6 : SEBUAH PERUBAHAN DAN KEHANGATAN

“Kak anjir, lo ngapain?” Aiden melotot menatap penampilan Gibran dari atas sampai bawah. Lalu kemudian dia tertawa hingga memegang perut.

Tadi, sekitar beberapa menit yang lalu saat ia dan kedua sahabatnya berkumpul tiba-tiba mereka merasa lapar. Karena malas pergi, akhirnya Aiden menyarankan untuk membeli via online saja.

Selama menunggu mereka habiskan dengan saling bercanda dan menikmati camilan yang disediakan Vano. Iya, mereka bermain di rumah anak itu.

Lalu ketika telinga mereka mendengar suara kendaraan beroda dua, mereka memutuskan untuk keluar bersama. Awalnya memang biasa saja sampai dimana presensi Gibran dengan jaket hijau dan tangan memegang plastik putih berdiri didepan mereka. Jangan lupakan motor kesayangan yang anak ini kendarai.

“Menurut lo? udah cepet ambil!” Gibran merotasi matanya malas. Seharusnya dia tidak mengambil orderan itu. Rasanya harga dirinya sudah hancur didepan adik sendiri. Jika saja itu orang lain, Gibran tidak masalah. Tapi karena yang berdiri depannya sekarang Aiden beda lagi.

Mereka adalah tom and jerry yang dibesarkan Delana.

“Tuhan nggak adil ya. Orang ganteng terus banyak duit kalau pakai jaket begini kok tetep cakep ya, aura mahalnya masih kerasa anjing.

“Bisa aja lo bocah,” tangan Gibran menoyor kening Milo main-main. Diam-diam ia merasa puas karena habis dipuji. Tidak salah apa yang dikatakan Milo, sebab ketika Gibran melakoni pekerjaan sampingannya yang ini, beberapa kali dia sadar ada kamera yang mengarah padanya. Pasti dia sekarang sudah viral di aplikasi tiktok.

Soalnya kalau lo yang diposisi Kak Gibran orang-orang bakal mikir lo tai kucing diatas lumut.”

“Kampret!” lantas Milo mencekik leher Vano menggunakan lengannya.

Dilain sisi Aiden tidak ingin ambil pusing. Si bungsu Prambudi memilih kembali menaruh atensinya pada Gibran. “Papa tau?”

“Enggaklah, ini aja gue diem-diem. Ya mau gimana lagi. Capek sama tugas kuliah, healing dikit. Itung-itung sekalian muter-muter.”

“Ada ya, manusia kaya lo,” Aiden seolah tak bisa berkata-kata lagi. Tapi ia tidak malu sama sekali. Justru ada perasaan hangat dihatinya. Keluarganya, meskipun berasal dari kalangan berada tetap mempunyai rasa rendah hati dan itu semakin membuatnya tersadar. Apalagi ketika tahu kakaknya pasti harus panas-panasan, Aiden sadar bahwa memang uang tidak semudah itu dicari. Terlebih jaman sekarang selalu membutuhkan uang.

“Iya nggak usah heran gitu gue emang ganteng pari purna,” sahut Gibran. Ia menolak ketika Aiden hendak memberi uang tambahan. “Nggak usah. Buat lo jajan yang lain.”

“Eum, ya udah,” dia ingin bilang hati-hati dan semangat kepada Gibran. Tapi Aiden gengsi, biasanya mereka suka ribut lalu saat tiba-tiba akur seperti ini rasanya aneh. Ditambah, Gibran termasuk jarang bersikap lembut padanya.

Iya, soalnya Gibran selalu punya ide jahil untuk Aiden.

“Gue duluan. Pulangnya jangan kemaleman Dek,” lantas karena sudah tidak ada hal yang perlu dilakukan lagi, Gibran memilih undur diri.

Lalu ketiga anak SMA tersebut kembali masuk kedalam rumah Vano. Kebetulan rumahnya sedang sepi karena orang tua Vano pergi menjenguk neneknya yang sakit.

•••

Di sekolah, Aiden semakin sering menjadi topik pembicaraan murid-murid yang lain. Semua karena Aiden yang sekarang berbeda dengan saat pertama kali masuk ke Decelis High School. Dia yang dulu selalu memakai hoverboard, memakai barang-barang mahal, dan ditemani personal assistant kini berubah hanya dalam waktu kurang dari sebulan.

HAPPIER THAN EVER [ RE-PUBLISH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang