2

756 109 24
                                    

HAPPIER THAN EVER
written by jungwonphile

•••

CH 2 : AIDEN BUKAN SOMBONG DIA HANYA MENJAGA HARGA DIRI

Aiden menuruni tangga secara perlahan. Dipunggungnya tergantung tas dan Aiden sudah mengecek berulang kali bahwa hari ini dia tidak lupa membawa buku tulis. Tapi buku tulis miliknya──yang baru kemarin dibeli, sampulnya lebih simpel. Yang dikasih Vano kemarin terlihat terlalu kekanak-kanakan, pikirnya. Padahal siapa kemarin yang terlihat kegirangan sewaktu diberi buku bergambar power rangers.

Ketika ia sudah menyentuh tangga terakhir sudah ada Dion yang berdiri menunggunya kemudian meletakkan hoverboard tepat dibawah kaki Aiden. Beberapa pembantu yang melintas membungkuk dan menyambut hormat pada tuan muda mereka yang dibalas tatapan tak minat seorang Aiden. Mood-nya sedang buruk.

Semalam tugas rumah Aiden tanpa sengaja terkena tumpahan susu. Pelakunya jelas Gibran yang senang sekali membangunkan macan di dalam diri Aiden. Hanya tinggal sedikit lagi tugasnya akan selesai namun secara dramatis susu putih yang sengaja disediakan untuknya tersenggol lengan Gibran yang tidak bisa diam. Cairan putih dan manis itu menetes melintas meja belajar Aiden bersamaan dengan wajah memerah si korban.

Aiden berteriak tepat ditelinga Gibran tidak peduli jika setelah itu kakaknya akan tuli. Belum puas dengan itu, Aiden menendang pinggang Gibran sekaligus menjambak surai brown kakak keduanya tersebut.

Tapi setelah itu Aiden menangis layaknya bayi yang meminta ASI. Tubuhnya berguling di lantai memanggil Delana.

Lalu dengan ikhlas tidak ikhlas Gibran harus menyalin tugas Aiden jika tidak mau uang jajannya dipotong Delana.

Sedangkan Aiden, dia tertawa puas di dalam hati.

Maka pemandangan perang dingin di pagi hari ini tidaklah mengejutkan bagi Delana kecuali sang anak sulung yang tidak tahu apa-apa.

Aiden melirik sinis Gibran yang duduk disamping kiri Delana. Biasanya Aiden akan duduk disamping kakak menyebalkannya itu tapi karena dia masih dendam, Aiden memilih melewati Gibran begitu saja kemudian duduk disamping Ethan.

Saat tatapan mereka bertemu, Aiden menggerakkan jarinya seakan ingin mengorok leher.

“Mati lu,” ucapnya tanpa suara.

Tetapi Gibran memilih tak peduli, dia justru melanjutkan makannya sembari menahan tawa. Apa-apan wajah itu, terlalu lucu untuk menampakkan ekspresi marah.

Lima menit kemudian Gibran selesai lebih dulu. “Pa, aku duluan ya. Udah ditunggu temen,” pamitnya tapi sempat menatap Aiden. Anak itu terlihat ingin melangsungkan sebuah ide cemerlang untuk  mengawali paginya.

“Hati-hati kak.”

Gibran mengangguk lalu dia mulai melangkah namun saat dia sudah sampai di belakang kursi Aiden dengan gerakan tidak terduga si pemilik surai brown menggigit telinga Aiden.

Gibran tertawa puas lalu melarikan diri.

“ANJING LO SETAN!” kursinya ia undurkan dan menyusul Gibran. Bahkan teriakan Delana tidak dipedulikan. “YOUR LANGUAGE BOY!

Delana menggeleng, meraih cangkir kopinya. Menyesapnya pelan, “Gibran nggak nguslin Aiden sehari nggak hidup ya, kak.” Delana menatap Ethan. Lalu ia terkekeh mengingat kedua anaknya── Gibran dan Aiden, tidak pernah alur sejak kecil.

“Iya pa, dulu 'kan Gibran pengen banget punya adek. Jadi, pas udah dikasih diusilin terus,” sahutnya.

Pada akhirnya pagi ini dipenuhi teriakan kesal Aiden dan Gibran yang terus menghindar dari serangan Aiden.

HAPPIER THAN EVER [ RE-PUBLISH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang