Promo

31 14 24
                                    

"I-ini tidak mungkin terjadi!" Ketidak percayaan terlukis di wajah Clare ketika dia menyaksikan regu peletonnya dibantai oleh sesosok monster.

Dia berkata seperti itu bukan karena kematian dari rekan-rekannya.

Clare telah menduga hal seperti ini terjadi, tetapi karena dalam selang beberapa detik sebelum pembantaian terjadi, Clare melihat- ... Tidak, lebih tepatnya, dia nengingat tentang memori Rosanna, seorang novelis di Bumi. Berdasarkan memori tersebut, Orlune, dunia tempat Clare lahir dan dibesarkan, merupakan dunia yang ditulis oleh Rosanna.

Dan pada salah satu konflik, yaitu yang sedang terjadi saat ini, tak ada seorangpun yang selamat kecuali Arthur. Bahkan nasib Clare telah dipastikan berakhir di sini.

Mengetahui hal ini, Clare menggertakkan giginya. Dalam pikirannya, dia tidak ingin mati. Dia bahkan belum mencapai setengah jalan dalam mewujudkan mimpinya.

'Kenapa hanya Arthur yang selamat? Bagaimana dengan William?.... Bagaimana denganku?' Clare melirik Arthur yang berdiri mematung, sama seperti ksatria lain, akibat dari sihir intimidasi sang monster.

Satu per satu monster itu menusuk jantung para ksatria, membiarkan mereka terjatuh seperti boneka tanpa tali. Dan ketika sampai pada giliran Arthur yang tak berdaya, Clare spontan bergerak.

'Bagaimanapun aku membencinya, tapi mungkin karena hal seperti ini lah yang membuatku tak selamat dalam cerita,' pikir Clare sementara lengannya berusaha meraih tubuh Arthur untuk didorong.

*SNAP!

Clare berhasil mendorong Arthur nyaris sebelum bagian dadanya dibolongi. Meskipun begitu, ekspresi syok yang ada di wajah Arthur membuat Clare menyadari sesuatu. Lengannya terasa sakit.

Benar.... Clare telah kehilangan lengan kanannya, beberapa sentimeter dari bawah bahunya. Dia pun kemudian menekan kuat ujung lengannya yang tersisa sebelum dia membekukan bagian tubuh tersebut dengan sihir, [Freeze].

Belum berhenti di sana, Clare kembali melihat bayangan hitam seperti tentakel itu menerjang ke Arthur.

"BERHENTI BERMENUNG DAN SEGERA ANGKAT BOKONGMU!" teriak Clare.

Mungkin karena Clare mendorong Arthur atau karena kemauan kuat dari Arthur untuk bergerak, sihir intimidasi sang monster sudah tidak berefek lagi pada Arthur. Dia pun mengelak dengan tangkas terjangan maut itu.

Akan tetapi, di sisi lain....

"CLARE, AWAS!"

Saat Clare mendengar suara William dari kejauhan, namun itu sudah terlambat. Kali ini giliran kaki kirinya pula yang terputus. Bukan hanya itu saja, tentakel hitam itu melilit kaki satunya lagi lalu menarik paksa hingga Clare terjatuh.

Di bawah badai ini, tanah sudah menjadi lumpur dan lumpur tersebut terpercik ke wajah serta rambut dari gadis berambut merah itu yang mana secara perlahan disapu bersih oleh air hujan.

Clare melihat sekeliling, mencari seseorang yang bisa dia mintai pertolongan.

Arthur.... Walaupun dia ingin menolong Clare saat ini, namun dia disibukkan oleh salah satu tentakel sang monster. Wajahnya terlihat tak tertahankan saat dia menyadari kondisi Clare.

"CLARE, BERTAHANLAH!" William berseru. Seperti Arthur, William juga berhasil lepas dari pengaruh sihir sang monster.

Sebagai respon, Clare dengan cepat menarik pedangnya yang masih disarung di pinggangnya kemudian merapalkan sihir, [Sharpness], pada pedang tersebut sebelum dia menancapkannya ke tanah dan membatalkan sihirnya itu. Dengan [Body Enchancement], Clare berhasil menahan tubuhnya agar tidak terseret, namun harga yang harus dibayarnya adalah rasa sakit dari kakinya yang seolah-olah sebentar lagi ditarik sampai putus.

"W-Will! Cepatlah!" panggil Clare dengan putus asa.

Ketika William berlari mendekati Clare dan hampir berhasil memegang tangannya, Clare sekilas melihat sebuah bayangan terbang begitu cepat dari sudut matanya. Ketika dia kembali fokus, Clare melihat William tumbang seketika.

"Will? WILLIAM!!" panggil Clare sekuat tenaganya.

'Kalau sudah seperti ini, mustahil bagiku bisa selamat.... Kenapa (dia) harus datang di saat-saat terakhir? Kenapa tidak harus dari tadi?'

Clare mencoba berharap bahwa ada perubahan dalam kedatangan sang penyelamat mereka, namun rasanya sia-sia berharap untuk hal yang tidak mungkin terjadi.

Bagaimana tidak? Orlune adalah sebuah novel di mana perlindungan hanya berlaku pada Arthur saja demi perkembangannya. Meskipun banyak hal yang ingin Clare diskusikan dengan Arthur mengenai ingatannya ini, tetapi dia sudah tidak punya banyak waktu lagi.

'Setidaknya aku harus menyuruh Arthur untuk mengulur waktu sampai penyelamat itu datang.' Clare tersenyum pahit memikirkannya. Tak ada lagi manusia yang hidup di lapangan reruntuhan desa ini selain dari dirinya sendiri dan Arthur.

"ARTHUR, LARI! MONSTER INI BUKAN SESUATU YANG BISA KAU KALAHKAN SAAT INI!"

"CLARE, TA-"

Clare merasa geram dengan jawaban yang akan dia dengar dari mulut Arthur. Di saat krisis seperti ini, perasaan pribadi hanya akan membuat celaka.

"ARTHUR LAWFORD!" Clare memotong ucapan Arthur. "DENGARKAN AKU! KAU HARUS SELAMAT! SELAMAT DAN LAPORKAN INFORMASI MONSTER INI KE MARKAS! JANGAN BIARKAN NYAWA KAMI TERBUANG SIA-SIA! JANGAN DIJAWAB! KALAU KAU MENGERTI, SEGERA KABUR DARI SINI!" perintah Clare. Meskipun Clare bukanlah komandan peleton dan bahkan statusnya lebih renda dari Arthur yang merupakan wakil komandan, namun Clare tetap memerintahkan Arthur. Bukan sebagai anggota peleton, tetapi sebagai teman masa kecilnya.

Wajah Clare basah karena air hujan yang bercampur dengan keringat dingin. Mulutnya mulai memuntahkan darah saat dia berteriak tadi. Secara perlahan, kesadarannya pun mulai memudar dalam kegelapan.

"[D-dan asal kau tahu semua ini bukan salahmu]," Clare menambahkan dengan sihir [message] langsung ke pikiran Arthur.

"[Increase Debuff Rate] ; [Penetrate Magic: Provoke]." Clare merapalkan dua sihir. Yang pertama, seperti namanya, membuat Clare memiliki peluang lebih tinggi supaya efek buruk yang diberikannya pada musuh berhasil. Dan yang kedua, yaitu mengabaikan resistensi musuh akibat serangan buruk.

Dengan itu, tentakel yang membuat Arthur kesusahan langsung bergerak mengincar Clare yang masih bertahan dari tarikan yang semakin kuat dengan sekuat tenaganya.

"CLARE!!!"

Menjawab panggilan namanya dari Arthur, Clare memberikan senyuman tipis padanya, mengisyaratkan bahwa hal ini bukan masalah. Sementara perhatian monster dipaksakan kepada Clare, Arthur pun secara tidak tega segera meninggalkan teman masa kecilnya tersebut.

'Ya, sudah seharusnya seperti itu.'

"Uurgh!" Clare mengerang akibat rasa sakit di kakinya.

Dia tahu kalau monster ini bisa menariknya dengan paksa secara instan, tapi sang monster memilih untuk tidak melakukannya dan hanya meningkatkan kekuatannya sedikit demi sedikit sampai kaki Clare terputus.

Meskipun begitu, sebelum terputus kakinya, mata Clare merefleksikan sebuah tentakel satu lagi yang menerjang lurus ke dadanya dari langit-langit.

Kemudian.....

*ZAP!

*******************
*
*
*
*
*

Salam dari Author yang sudah lama ga nongol di WP karena alasan pribadi. Btw ini adalah project baru Author. Di draft sudah ada tiga chapter tersedia sekaligus prolog, namun Author masih perlu memperbaiki draft tersebut dengan menilai apakah alurnya terlalu cepat atau engga, typographical, serta logika dalam cerita.

Meskipun diksinya tidak terlalu bagus dibandingkan dengan cerita-cerita ternama, Author berharap agar para pembaca masih dapat menikmati cerita yang satu ini.

Bisakah kalian menebak apa yang akan terjadi?

Seven Destiny: Rise of HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang