Keheningan mengisi suasana di kereta. Arthur yang sejak awal hanya mengamati tidak bisa memikirkan sebuah kata untuk mencairkan suasana yang ada, walaupun jika dipikirkan dengan lebih keras dia akan dapat menemukan pilihan kalimat untuk mencairkan suasana ini.
Arthur melihat ke arah William.
William saat ini terlihat seperti seorang anak kecil yang baru saja selesai dimarahi oleh ibunya. Kepala William tertunduk diam dengan ekspresi yang menyesal.
Di sisi lain, Evan tidak mengatakan apapun terhadap hal ini, akan tetapi Arthur tahu kalau dia juga menyesali ucapannya kepada Clare.
'Aku juga bersalah karena tidak menghentikan pertengkaran mereka tadi lebih awal,' renung Arthur.
"Arthur," panggil Evan.
"Apa kau bisa membujuk Clare untuk kembali ke sini? Katakan padanya kalau ayahnya meminta maaf karena sudah terlalu keras terhadapnya," pinta Evan.
Arthur mengerti kenapa Ayah Clare menyuruhnya untuk pergi sebagai penengah karena hanya dirinyalah yang bisa mencari Clare dengan menggunakan sihir, ditambah lagi dia tidak memiliki masalah hubungan dengan Clare sehingga tidak ada alasan bagi Clare untuk dengan sengaja menjauhi dirinya.
"Aku mengerti. Akan kucoba sebisaku untuk membujuknya agar dia kembali," jawab Arthur.
Ketika Arthur akan pergi menyusul Clare dengan menggunakan [Fly], dia mendengar William memanggil namanya.
"Arthur! Tolong katakan juga padanya kalau aku sangat menyesal dan ingin minta maaf lagi dengan lebih sungguh-sungguh!"
Arthur tersenyum kecil.
"Tentu saja, kalian kan adalah teman masa kecil," ungkap Arthur. "[Fly]"
Arthur kemudian terbang menembus dedaunan pohon yang bergantung tinggi.
Sesampainya di atas pepohonan, dia disambut oleh cahaya oren dari matahari yang akan terbenam, kontras dengan kegelapan yang berlindung di bawah naungan pepohonan.
Dia melihat sekeliling dan tidak menemukan apa-apa yang berkaitan dengan Clare, bahkan setelah dia menggunakan sihir penguatan indera.
'Sepertinya Clare menggunakan [Perfect Unknownable],' Arthur menyimpulkan di dalam pikirannya.
"Kalau sudah begini, mustahil untuk menemukannya tanpa seorang ranger dengan skill deteksi tingkat tinggi," gumamnya.
Meskipun begitu, dia ingin mencoba satu hal.
Apakah [Perfect Unknownable] bisa dideteksi dengan sihir [Magic Detection] atau tidak?
Arthur sangat tidak yakin dengan peluang keberhasilan dari teorinya tersebut karena Clare yang telah mengajarinya tentang banyak hal mengenai sihir tidak mengatakan apapun kalau [Magic Detection] dapat mendeteksi sihir menghilang tingkat tinggi.
Kemungkinannya antara Clare tidak pernah mencoba untuk membuktikan hal itu atau dia sudah tahu, tapi tidak mengatakannya karena memang tidak ada sihir yang dapat menembus [Perfect Unknownable].
Setelah berpikir panjang, Arthur pun ingin memastikan teorinya.
"[Magic Detection]"
Setelah sihir diaktifkan, Arthur tetap tidak dapat melihat ataupun menemukan jejak sihir yang digunakan Clare, kecuali jejak sihir ketika Clare menggunakan [Fly] dari kereta ke langit.
Arthur melihat jejak sihir yang ditinggalkan oleh Clare berakhir tepat di belakangnya.
Meskipun begitu, dia tidak bisa kembali ke kereta kuda tanpa alasan yang bagus. Tidak mungkin baginya untuk mengatakan kalau Clare menggunakan sihir dan bersembunyi dari mereka, hal itu hanya akan membuat suasana semakin buruk.
'Kalau begitu....'
Jika Arthur memikirkan kembali bagaimana sifat Clare ketika dia berada di dalam masalah, hal yang dia temukan adalah Clare yang selalu bersembunyi entah di mana dan kemudian kembali lagi setelah pikirannya tenang ataupun ketika matahari sudah terbenam.
Salah satu sifatnya adalah dia tidak bisa membuat orang lain khawatir sangat lama terhadapnya. Arthur yakin bahwa Clare akan kembali ke kereta dalam beberapa jam.
Setelah memikirkan hal ini, Arthur kembali ke kereta kuda. Setidaknya alasan yang akan dia berikan tidak terlalu buruk.
Evan dan William langsung melihat Arthur yang kembali.
"Arthur, di mana Clare?" William menyuarakan pertanyaan yang dimiliki olehnya sekaligus Evan.
"Clare tidak bisa kembali saat ini. Dia ingin menenangkan dirinya sendiri terlebih dahulu," jawab Arthur.
"Apa kau sudah menyampaikan pesanku, padanya?" Evan bertanya.
Sebagai respons, Arthur menggelengkan kepalanya.
"Dia menggunakan sihir [Perfect Unknownable] untuk bersembunyi."
Arthur pun kemudian melihat ekspresi Evan yang semakin memburuk serta seolah-olah mengatakan, "Berarti kau sama sekali tidak bertemu dengan Clare, lalu kenapa kau membuat-buat alasan?"
"Tapi aku yakin Clare akan kembali dalam beberapa jam lagi. Aku ingat saat Clare memiliki masalah pribadi di desa, dia sering sekali menghilang tanpa jejak dan kembali saat malam," ungkap Arthur.
Meskipun begitu, alasannya ditolak oleh William.
"Walaupun aku percaya dengan ucapanmu, tapi bagaimana jika Clare diserang oleh monster!?"
"Will, tenangkan dirimu. Tadi sudah kubilang kalau Clare memakai sihir [Perfect Unknownable], kan? Dan sihir menghilang tingkat tinggi itu digunakan oleh Clare sehingga kita tidak perlu khawatir dengan monster yang akan menyerangnya," Arthur menjeda perkataannya sesaat, "Mungkin hanya tingkatan Raja Iblis saja yang dapat mendeteksi Clare. Dan monster yang sehebat itu tidak akan ada di hutan kecil ini." sambungnya mencoba menghibur pikiran William.
"B-benar juga," William setuju. "Dan karena sihir Clare yang menyembunyikan kereta kuda ini masih ada, itu artinya dia baik-baik saja."
"Ya," Arthur mengangguk.
Di lain hal, Arthur tadi melihat hari sebentar lagi akan menjadi malam dan perut semua orang yang ada di sini juga mulai keroncongan sehingga tidak dapat dielakkan jika malam ini mereka akan berkemah di hutan.
"Om, tadi saat aku ke atas, matahari sudah mulai terbenam. Sebaiknya kita cari tempat berkemah yang bagus untuk beristirahat malam nanti," ujar Arthur kepada Evan.
"Baiklah." Balasan singkat diterimanya.
'Kuharap Clare kembali saat kami berkemah nanti,' Arthur berharap sambil melirik ke arah Evan yang ekspresinya masih terlihat pahit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Destiny: Rise of Hero
FantasyTanpa disadarinya, Clare Terraguard, seorang anak yang tinggal di desa kecil, ternyata hidup dalam sebuah novel. Seumur hidupnya dia tidak menyadari hal tersebut hingga pada saat dia di hadapan pintu kematian. Ingatannya bercampur dengan ingatan Ro...