Desa Corinne dengan kota terdekat dipisahkan oleh sebuah dinding hutan yang bernama Red Forest, seperti namanya, di dalam hutan ini kamu akan dapat melihat saturasi warna merah pada setiap bagian pohonnya, dimulai dari akar hingga pucuk daun. Terdengar indah, tapi percayalah tak seorang pun yang tahu dengan apa yang mengisi hutan ini.
Satu-satunya jalan umum yang tersedia di hutan ini ialah jalan setapak polos yang lebarnya pas-pasan dengan lebar sebuah gerobak, di mana pinggir-batas jalan tersebut adalah batang pohon yang bertetangga dengan semak-semak lebat. Selain dari itu, tanah di jalan setapak ini begitu lembek seakan-akan ingin melahap roda kereta yang mereka tumpangi.
Mengetahui hal ini, Clare menggunakan sihir [Feather Falling] pada kereta lalu [Swift], dan [Stamina Enchancement] pada kuda yang menariknya. Dengan begitu, dia tidak perlu lagi khawatir dengan roda yang tenggelam dan waktu yang biasanya dibutuhkan lima hari oleh kereta kuda untuk sampai ke kota kini dapat dipotong dengan drastis menjadi tiga hari perjalanan yang juga dihitung dengan waktu istirahat.
Memang agak sulit mengandalkan seekor kuda untuk menarik sebuah kereta di jalan setapak yang sempit ini. Disamping dari banyaknya guncangan, suasana asing dan terjepit juga membuat Clare sedikit merasa tidak nyaman. Dia bisa saja menggunakan [Fly] dari awal dan langsung terbang menuju kota tanpa harus melewati jalan memutar yang penuh bahaya.
'Arthur mungkin juga bisa menggunakan [Fly] hingga ke kota, tapi yang menjadi masalah adalah William. Dia tidak bisa menggunakan sihir [Fly]. Ditambah lagi, sihir ini tidak bisa dirapal selain pada diri sendiri....'
Karena Clare sudah sering melakukan banyak hal bersama-sama dengan Arthur dan William, dia merasa tidak layak jika dia pergi bersama Arthur dan meninggalkan William sendiri menumpangi kereta kuda. Di satu sisi, Arthur pun tidak berkata apa-apa soal ingin berpergian dengan menggunakan [Fly].
'kalau satu orang berjalan kaki, maka semuanya juga harus berjalan kaki, kah?' gumam Clare dalam pikirannya.
Selain dari semua hal itu, perjalanan ini cukup menyenangkan bagi Clare. Mereka -Clare, William, dan Arthur- menghibur diri mereka dengan saling bercerita satu sama lain serta memainkan permainan kecil yang mengundang canda tawa, membuat suasana yang suram di dalam hutan menjadi ceria tanpa ada ketegangan sama sekali.
Menyadari suasana yang sangat bertolak belakang dengan perkiraannya, Clare sesekali membayangkan keadaan di mana rombongannya diserang oleh monster. Hatinya bergetar ketika dia membayangkan skenario tersebut. Dia ingin mencoba melawan monster kuat bersama dengan kedua temannya. Meskipun begitu, dia tidak bisa sepenuh hati mengharapkan hal itu terjadi sebab dia juga tidak ingin bahaya yang serius menimpa ayahnya serta teman-temannya. Akan ada banyak kehilangan bagi mereka jika mereka diserang oleh monster, apalagi kalau satu-satunya kuda yang mereka miliki terbunuh.
Memang benar Clare, Arthur, dan William bisa mengalahkan monster yang menyerang desa dengan mudah. Itu karena monster tersebut datang ke desa satu per satu. Namun, beda lagi ceritanya jika mereka masuk ke wilayah monster itu sendiri. Ditambah lagi, hutan ini yang berada di ujung perbatasan antara Elune Empire dengan Osljord Kingdom belum dieksplorasi sama sekali kerena pemerintah kekaisaran masih belum berminat untuk memperluas wilayahnya sehingga ada kemungkinan besar bahwa hutan lebat ini masih dihuni oleh puluhan atau bahkan ratusan monster yang tidak diketahui.
Selama kesialan tidak menimpa, rombongan Clare dapat melewati hutan ini dengan tenang.
Itulah sebenarnya betapa mengkhawatirkan perjalanan kali ini. Tidak peduli seberapa lambat otaknya bekerja, Clare akan sangat bersyukur jika dia berhasil memikirkan sihir yang dapat menghalau monster untuk mendekati kereta kuda mereka.
Dia memutar keras pikirannya, imajinasinya, memikirkan sihir yang tidak pernah dia lihat ataupun pelajari. Setelah beberapa menit mendorong otaknya sambil membayangkan banyak cara untuk menghilangkan suara, aroma, serta keberadaan, Clare pun mulai menggunakan sihirnya.
"[Mass Unknownable]"
Cahaya berkedip sekilas setelah sebuah lingkaran sihir muncul sesaat di bawah kereta kuda, menandakan bahwa sihir tersebut berhasil. Secara fisik, tak ada yang berubah pada kondisi mereka sama sekali. Meskipun begitu, bagi siapapun yang tidak memiliki kemampuan pendeteksi tingkat menengah, mustahil bagi mereka untuk melihat ada kereta kuda yang sedang bejalan melewati hutan sebab efek dari sihir tersebut mirip seperti [Invisibility] - sihir penghilang - namun lebih baik. Dan mengingat bakat dasar Clare, semua sihir yang dirapalnya menjadi dua kali lipat lebih kuat dan efektif.
"Apa sihirnya berhasil?" tanya William. "Aku tidak melihat ada yang beda."
"Tentu saja berhasil! Selama kita tidak bertemu dengan monster tingkat tinggi, maka kita akan baik-baik saja," Clare menjawab dengan bangga.
Arthur yang menyaksikan dari awal terpukau. "Bagaimana caramu menciptakan sihir yang sama sekali belum pernah kamu pelajari?"
Clare memikirkan bagaimana dia ingin menjawab pertanyaan tersebut. Agak sulit baginya untuk menjelaskan ketika apa yang dilakukannya hanya berpikir untuk menghilangkan keberadaan, aroma, dan suara, lalu semua proses seperti formasi lingkaran sihir muncul begitu saja layaknya sebuah kalkulator yang langsung memunculkan hasil tanpa perlu mencari cara yang panjang dan ribet.
"Uhm... Aku hanya memikirkannya lalu merapalnya sesuai apa yang aku pikirkan?" jawabnya sedikit bingung.
William pun tersentak mendengarnya.
"Hah!? Apa? Omong kosong! Bagaimana bisa kamu menciptakan sihir hanya dengan membayangkan saja! Kalau memang seperti itu, aku seharusnya bisa menggunakan [Lightning] daripada cuma sihir [Body Enchancement]."
Bagi orang biasa, ucapan Clare memang terdengar seperti kebohongan belaka karena bagi para penyihir untuk menggunakan sihir yang baru, mereka harus mempelajari sekaligus memahami struktur formasi lingkaran sihir yang ingin mereka gunakan terlebih dahulu sebelum mereka bisa mengaktifkan sihir tersebut, tapi fakta bahwa Clare termasuk seorang jenius juga perlu dipertimbangkan karena sebagian dari kemampuan para jenius adalah mereka dapat mengabaikan akal sehat.
"Hmmm ... apa mungkin seperti ini, [Mass Unknownable]," Arthur mencoba merapal sihir yang sama setelah beberapa kali mengotak-atik lingkaran sihir yang muncul di atas jari telunjuknya sebelum hasilnya sukses dalam meniru sihir tersebut.
Sekali lagi lingkaran sihir berkedip di bawah kereta kuda. Akan tetapi, sihir tersebut tidak memberikan efek, hal ini terjadi karena antara dua kemungkinan, yaitu sihir tersebut terlalu lemah untuk memperbaharui formasi sihir yang sedang aktif atau sihir tersebut langsung dibatalkan sebelum efeknya mulai bekerja. Namun, sepertinya yang terjadi adalah kemungkinan pertama.
Menyaksikan hal itu, Clare tidak bisa untuk tidak ternganga melihat kehebatan Arthur.
'Hah? Kenapa dia juga bisa melakukannya setelah sekali lihat? Padahal aku yang capek-capek memikirkan sihirnya!' Clare mengeluh keras di hatinya. Dia tidak bisa mengucapkan batinnya keras-keras kepada Arthur. Meskipun begitu, Clare tetap merasa kesal dan iri.
Jika Clare adalah jenius yang dapat menciptakan sihir sesuai dengan apa yang dipikirkannya, maka Arthur adalah jenius yang dapat meniru sihir apa saja yang pernah dia lihat, walaupun hal itu sedikit dipengaruhi oleh seberapa kompleks formula sihir yang dilihatnya dan berapa banyak konsumsi mana yang diperlukan.
"....Ternyata sihirmu ini boros mana juga, ya?" ungkap Arthur. Dia langsung membatalkan sihirnya.
"Sungguh? Rasanya tidak sebanyak itu mana yang kugunakan deh. Kurasa aku bisa terus mengaktifkannya sampai kita tiba di kota."
"Kota?!" Ekspresi terkejut Arthur terlihat sebentar sebelum dia melanjutkan, "Bagiku mungkin hanya bisa selama satu jam saja. Sepertinya masih ada aspek di mana kamu lebih unggul dariku."
Mata Clare terbuka lebar mendengar hal itu.
"Kau cuma bisa mengaktifkannya selama sejam? Apa kau bercanda? Arthur Lawford itu sendiri yang bilang begitu? Ahahaha leluconmu itu lucu sekali, ya. Apa kamu sengaja berakting seperti itu untuk memuji Clare?" William bertanya dengan nada yang penuh dengan rasa tidak percaya.
Akan tetapi, dia dijawab oleh muka serius dari Arthur.
"Seriusan? K-kau serius dengan ucapanmu itu?" kaget William.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Destiny: Rise of Hero
FantasyTanpa disadarinya, Clare Terraguard, seorang anak yang tinggal di desa kecil, ternyata hidup dalam sebuah novel. Seumur hidupnya dia tidak menyadari hal tersebut hingga pada saat dia di hadapan pintu kematian. Ingatannya bercampur dengan ingatan Ro...