Yang baca cerita ini wajib follow👇~~
Wp: @diennandinn
IG: @dienandienn_1JANGAN LUPA VOTE⭐, DAN KOMEN YANG BANYAK💬. BIAR GAK SIDER, UDAH? TENGKYUU MABROO!🤩
🔔 DI BAGIAN TERAKHIR ADA PENGUMUMAN BUAT KALIAN, JANGAN DI SKIP.
****
"Ra. Please."
"Apa? Terserah mau kamu apa. Aku mau pulang kerumah papa. Dan minta papa buat urus surat perceraian kita!"
Gavriel mengeraskan rahangnya karena emosi, ia mencengram tangan Clara sambil berkata, "Kalau ngomong jangan sembarangan,"
"Kamu udah dewasa. Seharusnya masalah yang diselesikan bukan hubungan. Perceraian bukan solusi yang tepat buat perbaiki masalahnya."
Clara memejamkan mata membuat air matanya meluruh. "Terus? Dengan kamu cium cium perempuan lain disaat kamu udah punya istri, itu perkara yang kecil? Kamu gak mikir gimana rasanya ada diposisi aku, Hah??!"
"Pagi pagi aku bangun cuma buat siapin semua kebutuhan kerja kamu, ngurus kamu, ngurus Zeya ditambah sekarang aku lagi hamil muda. Dan siangnya, aku rela relain masak awal dan tinggalin Zeya sendiri dirumah cuma buat anter makan siang buat kamu, dan disaat disana kamu malah asik berduaan sama cewek lain,"
"Sebenarnya disini yang belum dewasa siapa? Aku atau kamu?" lanjut Clara.
Gavriel termenung sesaat. "Tapi yang kamu liat itu salah. Kalau aja aku tau kalau clien aku itu akan bersikap kaya gitu, mungkin aku udah tolak mentah mentah, sayang."
Clara menangis semakin hiteris berusaha melepas tangannya yang masih dicengkram Gavriel.
Gavriel tersadar dan melepasnya. Tangan Clara memerah. "Maaf."
"Aku mau pulang kerumah papa ... hiks."
Gavriel menatap lekat Clara, ia ingin memeluk tubuh ringkih itu namun Clara malah mundur.
"Keputusan aku tetep bulat. Aku mau kita cerai!"
Setelah mengatakan itu Clara berlari keluar rumah. Gavriel ingin mengejar yang menyetop taksi, namun ia tau Clara butuh waktu, jadi ia biarkan dan melampiaskan semuanya dengan meninju tembok.
"SIALAN!" umpat Gavriel. "Kalaupun itu terjadi gue gak bakal tanda tanganin."
🍦🍦🍦
Rafael menatap kebelakang ketika Zeya memberhentikan jalannya. Gadis itu menghentak hentakan kakinya merasa pegal dan kebas setelah berjalan jauh dengan Rafael.
Ia kita Rafael akan mengajak kerumahnya namun salah, Rafael malah tetap berjalan lurus bahkan sekarang sudah keluar dari sekitar komplek dan menuju jalan raya.
"Kenapa?" tanya Rafael mendekati Zeya.
"Kaki Eya sakit, El. Ndak bisa jalan lagi, Eya capek."keluh Zeya berjongkok. "Lagian El mau ajak Eya kemana?"
"Kalau mama papa Eya nyaliin gimana?"
Rafael menghelakan nafasnya. "Gakpapa, nggak bakal. Kita mau ke suatu tempat, Zeya jangan banyak bicara."