Dengan langkah kaki yang ringan Samudera berjalan menelusuri koridor gedung seni kampusnya untuk menuju ke kantin gedung teknik menemui teman-temannya. Sebenarnya di setiap gedung kampus ini memiliki kantin sendiri termasuk gedung seni, namun Samudera memilih untuk menemui teman-teman beda jurusannya di kantin teknik dan juga bukannya tidak mempunyai teman sejurusan, dia hanya merasa kurang sefrekuensi dengan anak-anak jurusannya makanya dia memilih untuk nongkrong bersama anak-anak teknik.
Terkadang dia berhenti sejenak untuk menyapa beberapa teman dan kakak tingkatnya yang sekiranya masih bisa dia ajak bicara. "Hey Der!"
Tiba-tiba pundaknya berat karena ada tangan yang merangkulnya dari belakang. Menolehkan kepalanya dan ternyata salah satu senior yang dekat dengannya. Jemian Evano namanya. Anak seni tari yang sering merecokinya untuk ikut masuk ke klub dance yang di ketuai dirinya sendiri sedari semester satu karena mengetahui potensi Samudera yang tentu saja ditolaknya.
"Eh Bang. Dari mana?" Tanya Samudera sambil terus berjalan, tidak mempermasalahkan rangkulan dari seniornya itu. Dia sudah hafal kalau senior satu ini orangnya sangat touchy.
"Habis nemuin dosen nih. Mau ada event dance gitu. Lo ikut dong yuuk." Jemian mengajak Samudera dengan semangat.
"Event apaan tuh?"
Kemudian Jemian dengan semangat membara menjelaskan event yang sebentar lagi digelar oleh anak-anak seni tari dan klub dance sembari berjalan mengikuti Samudera.
"... gitu. Jadi lo ikut yah? Plis lah, biar tambah rame, ntar lo boleh request deh mau dance gimana, tari tradisional juga boleh kalo lo mau." Jemian baru tersadar dia dan Samudera sudah berjalan jauh dari gedung seni. Sementara Samudera sedang menganggukkan kepalanya berpikir, menimang apakah sebaiknya ikut atau tidak.
"Ini kita mau ke mana Der?" Tanya Jemian yang walaupun masih bingung tetap mengikuti langkah kaki adik tingkatnya itu.
"Gue mau ke kantin teknik bang." Jawab Samudera singkat.
"Ngapain?"
"Mau ketemu temen gue lah bang."
Gedung teknik dan gedung seni memang memiliki jarak yang lumayan jauh, sementara gedung teknik terletak di bagian paling belakang kampus, gedung seni terletak di kampus bagian utara.
"Kenapa nggak naik motor aja sih Der? Kan jauh banget." Jemian sedikit menggerutu, masih mengikuti Samudera berjalan.
"Males bang, enakan juga jalan. Lebih adem. Bang Jemian sendiri mau kemana dari tadi ngikutin gue?" Akhirnya Samudera menoleh ke arah seniornya itu.
"Gue mau ngajak lo ikut event doang sebenernya. Eh tau-tau kita udah nyampe gedung FEB aja nih."
Memiliki beberapa kenalan di gedung ini membuat jalan Jemian agak terhambat, sehingga dia ditinggalkan begitu saja oleh adik tingkatnya itu. Melihat itu Jemian menggerutu tentang sifat anak itu.
Namun tak berapa lama saat dia tengah berbincang dengan teman seangkatannya, dia mendengar Samudera sedikit berteriak padanya. "Bang ntar gue kabarin ya! Kayaknya gue tertarik sama eventnya."
"SIAP. GUE TUNGGU." Jemian balik berteriak smabil cengengesan, tidak peduli dirinya ditinggalkan. Toh dia juga tidak ingin pergi ke gedung teknik.
*****
Samudera akhirnya sampai di gedung yang akan ditujunya. Menatap gedung itu kemudian menghela nafasnya pelan. Sedari tadi di perjalanan, dia sudah di maki teman-temannya karena lambat sekali seperti putri kerajaan saja katanya. Ya bagaimana tidak, orang anaknya aja jalan kaki ngelewatin beberapa gedung untuk bisa sampai ke sini, makanya lama. Mereka kira Samudera menggunakan motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Biru
FanfictionIni cerita tentang kehidupan sehari-hari keluarga Biru. Tentunya diselingi kisah cinta mereka masing-masing.