Langit Malam dan Bulan Bintang

61 7 10
                                    

Malam minggu dan Bulan malah terjebak bersama Langit, sahabatnya. Seharusnya dirinya bersama pacarnya, menikmati malam minggu bersama, kencan berdua. Ah, Bulan kesal sekali. Pacarnya saat ini sedang dinas di kota Yogyakarta yang mengharuskannya LDR selama satu bulan penuh. Bulan yang bosan sendirian di apartemennya memilih untuk keluar mencari hiburan. Dan disinilah dia, bertemu dengan Langit yang juga sama-sama sendiri.

"Lang, lo nggak ada rencana cari pacar gitu?" Bulan memulai obrolan.

Langit yang sedari tadi menfokuskan matanya pada laptopnya mulai memberi Bulan perhatiannya. Menatap mata Bulan dan diam sebentar kemudian menjawab.

"Nggak. Orang yang pengen gue pacarin masih jadi pacar orang soalnya." Langit kembali menatap laptopnya di meja kafe.

"Siapa? Lo kok nggak pernah cerita?" Bulan penasaran.

"Ada." Jawab Langit singkat.

"Dih. Kok lo gitu sih?" Bulan bete sendiri.

"Hmm." Langit masih fokus pada laptopnya. Sebenarnya Langit datang ke kafe ini untuk mengerjakan pekerjaannya yang kebetulan masih belum selesai. Pekerjaan ini harus dia serahkan pada ayahnya hari senin besok, sementara kalau mengerjakan di rumah dirinya tidak akan fokus karena di rumah sedang berisik. Keluarga adik ayahnya datang untuk menginap, jadi dia memilih untuk pergi dari rumah untuk menyelesaikan ini. Dan entah bagaimana, dia malah bertemu Bulan di kafe ini.

Satu jam berlalu tanpa suara, Langit telah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Meregangkan badannya sebentar saat dirinya menyadari ada sosok lain yang sedang duduk di depannya. Menatapnya dengan tajam.

"Apa?" Tanya Langit, mengambil kentang goreng dan memakannya.

"Lo cuekin gue. Anjir. Berasa patung gue." Bulan cemberut.

"Ye, gue disini mau ngurusin kerjaan bukan mau nongkrong sama lo." Laut mulai membereskan laptopnya dan memasukkannya ke tas.

"Lo mau balik?" Tanya Bulan melihat Langit membereskan barangnya.

"Lo mau gue temenin?" Langit bertanya balik.

Bulan mengangguk, dia kemudian menceritakan betapa beratnya menjalanj hubungan jarak jauh dengan pacarnya yang hanya ditanggapi seadanya oleh Langit.

"Eh, Lang. Gue mau tanya deh." Bulan memulai pertanyaannya.

Langit yang sedang minum menatap kearah Bulan dan mengangkat alisnya hang berarti apa.

"Menurut lo, kalo cowok "jajan" di luar dengan alesan ngejagain ceweknya itu gimana?" Bulan menggunakan tangannya sebagai tanda kutip saat mengatakan kata jajan.

"Pacar lo?" Tanya Langit santai dan Bulan hanya terdiam yang berarti benar.

"Putusin Lan. Dia nggak baik buat lo." Ucap Langit tegas.

"Tapi gue masih sayang." Bulan menunduk memainkan sedotan di gelasnya.

"Tapi dia enggak!" Jawab Langit. "Dengan dia jajan di luar, itu sama aja dia selingkuh Bulan. Mana ada orang yang sayang sama ceweknya tapi malah selingkuh?"

Melihat Bulan yang terlihat sedih dengan amta yang berkaca-kaca, Langit menghembuskan nafasnya pelan.

"Tapi dia bilang pengen jagain gue, biar gue tetep suci." Bulan menggumam pelan.

"Ya Tuhan, Bulan." Langit mengusap wajahnya kasar. "Bulan gue ngomong gini karena gue sayang lo. Dengan cowok lo bilang begitu, itu aja udah aneh. Seakan-akan dia pengen lo tetep suci, tetep perawan, yang artinya dia pengen istrinya masih segel. Sementara dia sendiri udah kotor, udah nyobain sana sini, udah coblos sana sini. Mikir nggak sih lo?"

Keluarga BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang