Wei Wuxian berjalan menyusuri jalanan yang mulai sepi, seiring menjauhnya pasar persinggahan tadi. Lagi-lagi menjadi membosankan, tidak ada yang bisa diajak bicara, digoda atau bahkan dibuat kesal sampai mati olehnya.
Pria itu tidak memiliki pilihan selain berbicara tidak jelas kepada keledai hitam yang tengah dia giring bersamanya, tidak seseru saat menjahili Lan Zhan.
"Xiao Pingguo, apakah menurutmu Lan Zhan akan datang?"
Keledai itu memutar mata jengah dengan pertanyaan Wei Wuxian yang sudah dia tanyakan ke sekian kalinya.
"Tidak mungkin, dia kan tidak punya waktu untuk berurusan denganku. Lagipula dia punya kekasih," ucap Wei Wuxian menjawab pertanyaannya sendiri. Tak lama kemudian dia memekik, "Apa dia kembali ke Gusu?!"
Wei Wuxian ingat tiga bulan sebelumnya, Gusu mengumumkan perjodohan Lan Wangji dengan gadis sekte Ouyang, sudah pasti atas keputusan Si Tua Bangka Lan Qiren itu. Kalau tidak salah nama gadis tersebut adalah Ouyang Qing'er, kakak sepupu perempuan Ouyang Zhizhen. Gadis itu masih sangat muda dan terkenal berbakat di kalangannya. Jujur saja saat mendengarnya, Wei Wuxian seperti ingin menenggelamkan Jiang Cheng ke dalam kolam Teratai.
Tapi sebelumnya Jiang Cheng sempat menawarkan perjodohan kepadanya, mengingat Lan Wangji juga telah dijodohkan, tanpa pikir panjang Wei Wuxian menyetujuinya.
Tidak ada maksud terselubung di baliknya, Wei Wuxian mungkin saja merasa sedikit terhianati. Namun yang aneh, kenapa Lan Wangji terlihat seperti tidak mengetahui hal itu? Dia bahkan kebingungan saat ditanyai. Tidak tahu entahkah dia memang tidak tahu, atau cuma pura-pura tidak tahu.
Wei Wuxian menguap lebar saat menyadari dia telah masuk jauh ke dalam hutan, rasa kantuk mulai menyerang syarafnya sehingga ia memutuskan untuk berbaring di bawah teduhan beberapa pohon yang berdaun lebat. Dia kemudian menutupi wajahnya dengan topi dari anyaman bambu setelah memastikan Xiao Pingguo terikat kuat di batang pohon.
Pria itu mulai bersenandung bosan, "Angin yang sungguh menyejukkan, membuatku merindukan Mian-Mian."
Wei Wuxian tergelak setelahnya. Mengingat tentang Mian-Mian, dia menjadi sedikit penasaran dengan kabar wanita itu. Jelas Wei Wuxian tidak akan melupakan kejadian di Gua Xuanwu tahun itu, dia merasa seperti seorang pahlawan pemberani yang melompat untuk menyelamatkan seorang gadis. Meski setelahnya dia malah terjebak berhari-hari hingga hampir mati bersama 'Si Kaku' Han Guang Jun.
Wei Wuxian menghela nafas kesal. "Kenapa lagi-lagi memikirkan Lan Zhan?! Persetan, aku tidak akan peduli lagi."
Kakinya menghentak-hentak menendang rerumputan panjang di dekat kakinya, Wei Wuxian segera menutupi matanya dengan punggung lengan. Hembusan angin sempat hampir membuatnya terlelap dan masuk ke alam mimpi, namun sebuah suara menginterupsi hal tersebut.
"Wei Ying." suara tersebut berhasil membuat bulu kuduk Wei Wuxian meremang, pria itu menarik lengannya dari wajah dengan perlahan.
"Lan Zhan?! Ke- kenapa kau bisa berada di sini?" pekiknya.
Pria yang selalu mengenakan baju berkabung itu menunduk dibuatnya, Wei Wuxian sungguh tidak menyangka bahwa hal seperti ini benar-benar ada. Lan Wangji terlihat begitu murung dengan pita dahi yang sudah terlihat miring dan kening yang dibasahi oleh keringat.
Lan Wangji mendekat kepada Wei Wuxian sehingga pria itu segera bangkit untuk berdiri. "Mencarimu."
Dalam sepersekian detik, Wei Wuxian akhirnya memperlihatkan senyum bingung dan kaku. Dia sendiri dilema antara hal tersebut memang diharapkannya, atau mungkin tidak untuk kecanggungan yang keterlaluan ini.
"Ba- bagaimana kau bisa tahu jika aku berada di sini dan menyusulku, bukankah kau akan berangkat ke Lanling?"
Lan Wangji menggeleng sebagai jawaban, kemudian berdehem, "Kau pergi ke Yiling."
Ya, Wei Wuxian memang menuju ke Yiling, memangnya apa? Padahal menurut informasi yang dia dengar, seharusnya Lan Wangji masuk dalam daftar utusan perwakilan untuk rapat di Jin Lintai. Tidak mungkin Si Jenius Lan Wangji ini hanya tersesat ke Yun Meng secara kebetulan, dan kini malah berjalan mengekori Wei Wuxian di sepanjang perjalanan ini.
Wei Wuxian menghela napas. "Memangnya kenapa kalau aku pergi ke Yiling? Aku hanya merindukan gubuk jelekku dan beberapa benda penting yang kusimpan di sana, kau juga mau ikut?" saat melirik sudut bibir Lan Wangji yang bergerak turun, Wei Wuxian mengerutkan alis. "Apakah Zewu Jun tahu kau bersamaku?"
Pria itu menggeleng. "Xiong Zhang akan tahu. En ... Yiling terlalu berbahaya," ucapnya sedikit pelan.
Wei Wuxian terpaksa mengangguk, dia tidak akan heran jika itu Lan Xichen begitu memahami adiknya. Bahkan Wei Wuxian sendiri berada di urutan kedua jika pemahaman mereka dibandingkan, dia mengetahui apa yang tidak Wei Wuxian ketahui pada diri Lan Wangji. Tidak tahu bagaimana dengan calon istrinya, entahkan mereka sudah saling mengenal atau tidak, memikirkannya membuat Wei Wuxian jengkel.
"Tentu saja. Aku adalah penguasa Yiling, apa yang bisa menakutiku?" kekeh Wei Wuxian sembari merangkul bahu Lan Wangji sekenanya. Saat menyadari ekspresi diam dari pria itu, Wei Wuxian kembali menarik tangannya dengan malu. "Aiyyaa ... Aku jadi merasa lapar. Lan Zhan, mari kita mencari kedai untuk segera mengisi perut."
Wei Wuxian sengaja mengelus-elus perutnya seperti orang kelaparan sambil melirik Lan Wangji dengan jahil, "Lan Zhan, aku lupa membawa uang. Jika kau tidak keberatan, bolehkah aku meminjam uangmu untuk membeli arak?"
Semua orang tahu bahwa kata 'meminjam' di sini adalah tidak akan pernah dikembalikan. Lan Wangji meraih kantong uangnya dari lengan baju dan meyodorkannya di depan Wei Wuxian, membuat pria itu bersemangat sesaat sambil melongo kaget. Senang? Tentu saja. Tapi Lan Wangji lebih senang lagi ketika melihat senyuman yang terulas di wajah Wei Wuxian, dia terlihat 'Cantik' terlebih dengan surai berpita merah yang melambai terhembus angin.
Mereka berjalan dengan Wei Wuxian menunggangi Xiao Pingguo dan Lan Wangji menuntun keledai itu melewati pegunugan yang sepi. Wei Wuxian mulai memainkan Dizi-nya, melantunkan lagu Zui Meng dengan riangnya sehingga terkadang menciptakan sedikit lengkungan tipis di bibir Lan Wangji tanpa disadari.
Setelah Wei Wuxian menyelesaikan nada terakhirnya, Lan Wangji menoleh saat sebuah irama mengalun pelan menyentuh pendengarannya dan membawanya kepada nostalgia tujuh belas tahun yang lalu. Lagu itu, Wei Wuxian bahkan mengingatnya. Maka patutkah jika Lan Wangji berharap mengenai sesuatu terhadapnya?
Lan Wangji menimbang-nimbang sebuah pemikiran yang pernah terlintas di otaknya beberapa waktu lalu, namun membutuhkan sebuah kepastian bahwa Wei Wuxian membalas segala rasa yang dia punya, atau sedikit saja.
Dia hanya takut, jika prasangka yang dia punya hanyalah harapan maya yang dia pendam secara sepihak. Dia sangat takut ketika bibir Wei Wuxian mengeluarkan jawaban yang tidak dia inginkan, sekalipun itu di dalam mimpi buruknya saja.
"Lan Zhan, kenapa kau melamun?"
~To be continue~
Dajia hao! Para Readers tercinta. Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya agar Author semangat untuk update chapter selanjutnya. Author perhatikan, akhir-akhir ini, banyak Readers yang baca tapi pelit Vote. Jujur kecewa, padahal vote itu gratis dan ga sampe ngabisin waktu tiga detik.
Open voting juga, karena author berencana nambahin satu couple lagi untuk nangkring di fanfic ini. Monggo dipilih :
A. XiCheng (Xichen-Jiang Cheng)
B. ZhuiYi (Shizui-Jing Yi)
C. ZhuiLing (Shizui-Jinling)
D. ZhuiNing (Shizui-Wen Ning)
KAMU SEDANG MEMBACA
FOREVER AND EVER (WangXian)
FanfictionSetelah sekian lama berpisah dan memutuskan untuk berjalan pada jalur masing-masing, Lan Wangji mendapati sebuah kabar mengenai Wei Wuxian bahwa pria cantik itu akan segera menyelenggarakan pernikahan. Lan Wangji yang tidak terima dengan berita itu...