Belahan Jiwa

247 26 8
                                    

Mo Xuanyu berdiri di tengah ruangan, wajahnya berkerut marah. Dengan gerakan kasar, ia melemparkan benda-benda spiritual dan jimat-jimat ke lantai. Suara dentingan logam dan keramik menghancurkan keheningan malam, menciptakan suasana tegang yang menyelimuti mereka.

Wei Wuxian, yang sedang duduk di sudut ruangan dengan tangan bersandar di dagu, mengerutkan alisnya. "Apa lagi yang kamu lakukan, Mo Xuanyu? Kenapa kamu selalu harus membuat keributan?" suaranya terdengar tenang, meskipun ada nada kesal yang tersirat.

Mo Xuanyu berbalik, matanya menyala dengan kemarahan. "Mayat hidup yang kita ciptakan belum cukup sempurna! Aku ingin mereka memiliki kesadaran spiritual sepenuhnya!" Ia menatap Wei Wuxian seolah berharap bisa membakar semangatnya.

Wei Wuxian menggelengkan kepala, mengingatkan diri untuk tetap sabar. Ternyata sandiwara ini harus tetap dilanjutkan, dia harus bertahan sebentar lagi. "Kau tahu itu tidak mungkin. Mayat hidup tidak akan pernah bisa memiliki kesadaran seperti manusia yang hidup. Itu melanggar hukum alam."

"Tapi aku tidak mau menerima itu!" teriak Mo Xuanyu, suaranya menggema di ruangan. Ia meraih sebuah jimat dan melemparkannya ke dinding, membuatnya pecah berantakan. "Kau harus melakukan yang lebih baik! Kita harus bisa!"

Wei Wuxian berdiri, langkahnya mantap saat ia mendekati Mo Xuanyu. "Kau terlalu terobsesi dengan ide ini. Kita bukan dewa; kita hanya manusia yang mencoba memperbaiki kesalahan." Suaranya tenang tetapi tegas, berusaha menjangkau sisi rasional Mo Xuanyu.

Mo Xuanyu menatapnya dengan mata penuh frustrasi. "Kau tidak mengerti! Mereka tidak seharusnya hanya menjadi alat! Mereka harus memiliki jiwa, kesadaran─seperti kita!"

Wei Wuxian merasakan berat di dadanya. "Hentikan ini sekarang, Mo Xuanyu. Hentikan obsesimu! Berhenti menyerang kota dan berhentilah menjadi gila!"

"Aku tidak bisa!"

Dalam keheningan yang menyelimuti ruangan, Mo Xuanyu menundukkan kepala, napasnya berat. Ia merasakan campuran antara harapan dan keputusasaan menyelimuti dirinya seperti kabut tebal. Dalam hatinya, ia menyimpan sebuah beban yang berat─sebuah harapan untuk menghidupkan kembali jiwa seseorang yang hilang.

Wei Wuxian melunak sedikit, melihat kilatan kerinduan dalam mata Mo Xuanyu, namun tenggelam secara misterius. "Aku mengerti niatmu. Tapi kita harus realistis. Menciptakan kembali kehidupan tidak akan pernah sama dengan kehidupan itu sendiri."

Mo Xuanyu menundukkan kepala dengan kemarahan. "Lalu bagaimana dengan Wen Ning? Bagaimana kau bisa menariknya kembali dari neraka dan membuatnya menjadi jendral hantu?!"

Wei Wuxian menghela nafas berat, lagi-lagi pertanyaan itu, Wei Wuxian harus menjawabnya berapa kali lagi agar mereka mengerti?

"Itu karena Wen Ning tidak pernah mati. Dia bukan dibangkitkan dari kematian, dia tidak mati sehingga dia bukanlah mayat hidup!" Ujar Wei Wuxian sambil menutup matanya dengan penuh emosi.

Mendengar penjelasan itu, Mo Xuanyu terdiam sejenak. Dalam pikirannya, gambaran Wen Ning─jendral hantu yang setia─berputar-putar seperti bayangan tak berujung. Ia ingin percaya bahwa ada cara untuk menciptakan kembali kehidupan yang hilang. Ruangan itu terasa semakin sempit saat ketegangan antara mereka meningkat. Mo Xuanyu merasakan air mata menggenang di pelupuk matanya; ia berjuang melawan perasaan putus asa yang menghimpit hatinya.

Namun kemudian, suara tawa Mo Xuanyu mulai menggema di ruangan membuat We Wuxian mengerutkan kening. 'Gila,' pikirnya, Mo Xuanyu pasti sudah gila. Selama seminggu Wei Wuxian ditahan dan dipaksa melakukan penelitian tentang mayat hidup, dia masih belum berhasil mengorek rahasia apapun mengenai rencana misterius dari Mo Xuanyu.

Namun dia sudah merencanakan rute dan skenario pelarian dirinya dengan baik. Sebenarnya, saat membantu Mo Xuanyu menciptakan mayat hidup, dia mematuhi perkataan Mo Xuanyu untuk memperkuatnya dan membuat kemampuan regenerasi pada mereka.

Meski begitu, Mo Xuanyu tidak menyadari bahwa Wei Wuxian telah memasukkan energi spritual Lan Wangji yang tersisa di tubuhnya untuk membuat kelemahan pada mayat hidup tersebut. Jika siter Lan Wangji dipetik, maka seluruh mayat hidup akan mati seketika. Namun itu tergantung apakah Lan Wangji akan menyadarinya atau tidak.

"Wei Wuxian!" Suara berat Mo Xuanyu kini seolah mengorek telinga Wei Wuxian. "Jangan pernah mempermainkanmu, atau kau akan tau akibatnya."

Wei Wuxian terkekeh palsu, "Aku tahu, aku tahu. Kamu tidak perlu mengingatkanku."

Mo Xuanyu lantas pergi meninggalkan ruangan itu sambil membanting pintu di belakangnya, menciptakan suara 'brakk' yang keras. Lagi-lagi Wei Wuxian mengelus dadanya sambil berdoa agar dia tidak mati serangan jantung sebelum keluar dari tempat terkutuk ini─lebih tepatnya tempat yang dikutuk oleh Mo Xuanyu.

***

Dengan bersusah payah, Lan Wangji terus berusaha menerobos lautan mayat hidup yang seperti tidak pernah ada habisnya. Semuanya benar-benar tampak sia-sia, para mayat hidup itu terus beregenerasi dengan stamina yang sama seperti sebelumnya.

Namun bagi Lan Wangji, tidak ada usaha yang sia-sia jika itu demi Wei Wuxian─Wei Ying-nya. Sekalipun harus mati, maka itu haruslah demi seorang Wei Wuxian. Lan Wangji tidak akan pernah menyerah karena dia percaya, sama seperti penantian enam belas tahunnya, Wei Ying akan selalu pulang padanya.

Bahkan meskipun kini Lan Wangji benar-benar mulai kehilangan energi, dia masih mencoba menerobos pintu masuk pegunungan Yiling itu. Karena separuh jiwanya ada di sana, maka sisa jiwa yang dia punya harus mendapatkannya kembali. Ya, bukankah Lan Wangji pernah bilang pada kakaknya sebelumnya, bahwa Wei Wuxian adalah belahan jiwanya?

Maka itu, apapun yang terjadi tak ada yang bisa menghalangi seorang Lan Wangji. Baju putih sucinya kini sudah mulai berubah merah karena cipratan darah dari para mayat hidup. Dia takut dia hampir sudah tidak bisa bertahan lagi sebelum menemukan Wei Wuxian.

Lan Wangji terus didesak mundur dan diserang dari segala arah, hingga sampai pada sisa-sisa energi spiritualnya, Lan Wangji mulai meledakkan energi dan membuat perisai spiritual di sekelilingnya. Dia terengah-engah dan bertumpu pada sarung Bichen di tangan kirinya, berlutut kelelahan.

Lalu setelah benar-benar mengatur pernapasannya, Lan Wangji mulai memposisikan diri untuk duduk bersila di atas tanah, meskipun di sekelilingnya para mayat hidup terus mencoba menghancurkan perisainya.

Lan Wangji hanya punya satu cara ini lagi, dia akhirnya mengeluarkan siter giok pusaka sekte Lan miliknya. Sambil memejamkan mata, jari-jari lentiknya mulai memetik senar dengan pelan, memainkan lagu yang dia namakan... Wangxian.

Hai! Hai! Hai! Surprise! Aku bawa Chapter baru buat kamu yang selalu dukung aku dengan vote dan komennya, makasih yaa. Padahal aku banyak tugas kuliah, tapi gak tahan pengen nulis ini. Lopyu banyak-banyak untuk kalian. ♥︎♥︎♥︎

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FOREVER AND EVER (WangXian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang