(҂⌣̀_⌣́)

7.8K 929 34
                                    

Side story.

Loh kok Side story? Refresing cuks, otak sya ngestuck mau lanjutin alurnya. Dari pada di gantung, enakan gini ya gak?

Ga setuju diem. Suka suka sya. Tpi kayaknya gada yang ga setuju.

Intiny beberapa chap ke depan bakal Side story dulu.

Salam Gibran gantengsss.

***

"Koko diam! Jangan eong eong! Nanti ketahuan Roma jelek!" ucap Gibran yang sedang bersembunyi di balik tembok seraya meletakkan tekunjuknya di depan mulut Koko dan memperhatikan Roma yang sedang berjalan kesana-kemari mencari dirinya.

Sedang apa dirinya? Gibran sedang kabur tentunya. Ia baru saja mendapatkan sepeda baru dari Theo, dan ia belum sempat memainkannya. Mana mungkin Gibran bisa tidur siang saat ada benda yang menarik perhatiannya.

"Koko udah hapal kan rumah ini? Rumah nya beda loh sama yang kemarin. Jadi Koko jangan nyasar ya? Kalo nanti ketahuan Roma, Koko kabur ok?" monolog Gibran pada Koko yang sedang di peluk erat dalam dekapan Gibran.

Gibran kembali fokus ke depan, dan sosok Roma sudah tidak ada. Dengan gerakan cepat Gibran berlari dan berusaha keras membuka pintu kaca besar yang menghubungkan ke halaman belakang.

Mansion di Spanyol memiliki struktur dan juga ukuran yang jauh lebih besar daripada Mansion yang ada di Indonesia. Tapi bukan Gibran namanya kalau tidak suka jalan kesana kemari. Hanya dalam waktu lima hari, Gibran sudah berhasil menghafal denah Mansion itu.

"Koko itu sepedanya!" pekik Gibran dengan girang seraya berlari menghampiri sepeda berwarna merah dengan dua roda bantuan yang terpasang di badan sepeda. Serta satu keranjang kecil di depan sebagai tempat duduk Koko.

Gibran sibuk mengelilingi sepeda itu. Ia bahkan memegang beberapa sisinya untuk mengecek kelengkapan sepeda, bahkan sampai menunggit untuk melihat sepedanya dari bawah seakan mengecek sesuatu. Padahal Gibran juga tidak tahu menahu mengenai sepeda.

Dengan sedikit ragu, Gibran menaiki sepeda itu. Saat ia sudah naik dan ia tidak terjatuh, Gibran tertawa girang. Ia bahkan tidak mempedulikan matahari yang sedang bersinar terik di atas kepala dan juga seisi Mansion yang sedang mencari dirinya.

"Koko, ini nya diinjak bukan sih?" tanya Gibran seraya memegang bagian pedal dan memutarnya pelan. Koko yang ada dalam keranjang pun hanya mengeong sedikit malas seakan berkata:

"ngapain sih siang bolong gini. Mending juga rebahan."

Gibran kembali menaiki sepedanya, dengan perlahan namun pasti. Sedikit  lambat, tapi ia berhasil mengayuh sepedanya sampai dekat dengan kolam ikan.

"Koko jangan goyang! Ini susah tau bawanya!" Pekik Gibran saat Koko tiba-tiba bergoyang ke kanan untuk melihat kolam ikan.

"Tuan muda! Kemarilah! Anda tidak diperbolehkan keluar!" pekik Roma saat melihat Gibran yang tengah mengayuh sepedanya lagi.

"Koko kita harus kabur! Kalau ketangkap sama Roma, artinya kita kalah!" Gibran pun mengayuh sepedanya dengan lebih kencang, dan Roma pun tidak berhenti mengejar. Namun saat Gibran mencoba melihat Roma ke belakang, sepeda yang dikendarainya malah oleng dan berakhir Gibran terjatuh.

"aww... Koko lutut Gibran berdarah!" Pekik Gibran seraya menyentuh area lututnya yang berdarah.

"enak jatuhnya?" teriak Liam yang melihat dari balkon lantai dua. Gibran menatap Liam kesal, begitu juga dengan Koko yang berjalan menjauhi Gibran.

"Ish nyebelin!" Pekik Gibran lalu ingin berjalan menjauh dari tempat itu. Tapi Roma langsung menahan Gibran dan membawanya ke dalam gendongan koala.

"Anda tidak di perbolehkan keluar mansion, tuan muda." Ucap Roma seraya mengeratkan gendongannya.

Run!! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang