Alo.. Kangen Gibran, jadi here you go
***
"Papa akan pergi ke kantor sebentar, dengar? Abang dan kakak-kakakmu akan pulang tengah hari nanti. Jangan nakal dan dengarkan kata Roma, mengerti?" Ujar Theo seraya merapatkan jaket yang dipakai Gibran. Padahal Theo pun tau nanti Gibran akan melepaskan jaket itu, tapi setidaknya ia pergi dengan Gibran keaadaan rapi.
"Papa cerewet seperti bibi Nunu. Bibi Nunu setiap hari selalu cerewet, mengomel ini dan itu, huh." Ujar Gibran kesal seraya memanyunkan bibirnya dan melipat tangannya di depan dada.
"Nanti kalau bibi Nunu dengar, dia tidak akan membuatkan mu susu lagi."
"Tidak apa-apa, Gibran sudah bisa buat susu sendiri."
Tatapan mata Theo berubah menajam. "Berani mendekati dapur, semua mainanmu papa bakar."
"Papa pergi saja sana!" Kesal Gibran seraya mendorong Theo untuk segera keluar dari mansion.
"Jangan nakal!" Pekik Theo sebelum pintu besar mansion itu di tutup dengan usaha besar oleh Gibran.
"Papa kenapa cerewet sekali sih.." Bisik Gibran seraya kembali membuka jaketnya dan menaruh jaket itu di kursi. Ia berjalan riang dengan bersenandung kecil sembari sedikit meloncat-loncat.
"Tuan muda, hari ini ingin melakukan apa?" Tanya Roma yang tiba-tiba saja sudah berjalan di belakang Gibran.
"Ck.. Tidak melakukan apa-apa.. Roma pergi saja!" Pekik Gibran seraya mendorong Roma menjauh.
"Baiklah, saya akan memperhatikan anda dari jauh saja. Apa Bibi Nunu sudah datang dan memberi anda vitamin?"
"Tidak tahu aaaaaa! Tanya saja pada Bibi Nunu sendiri! Jangan tanya-tanya Gibran!" Rengek Gibran seraya berlari kencang menghindari Roma.
Gibran tidak peduli pada Roma yang bingung. Jelasnya ia sedang kesal sekarang. Setiap kali tidak ada orang di rumah, pasti Roma dan bibi Nunu akan mengikutinya kemana-mana. Gibran kan bukan bayi lagi!
Langkah kakinya membawa tubuh mungil itu ke hadapan pintu besar berwarna hitam tepat di sebelah kamarnya. Kamar yang sebelum ada kehadirannya tidak memperbolehkan siapapun masuk.
"Kamar abang Matt selalu saja gelap.. Gibran tidak suka.." Ujar Gibran seraya merayap di dinding untuk menggapai posisi saklar yang tidak jauh dari pintu. Tapi dasar Gibran yang tidak sadar diri, dia lupa kalau dirinya tidak akan sampai menggapai saklar lampu itu. Maka dengan usaha besar, Gibran membawa kursi dari kamarnya menuju kamar Matthew. Suara derit kaki kursi yang beradu dengan lantai membuat beberapa maid yang ada di sana dan juga bodyguard hanya dapat menahan senyum kikuknya.
"Kenapa saklarnya ga kayak di kamar Gibran aja sih biar pendek.." Dumel Gibran kesal seraya beranjak turun dari kursinya.
"Tuan muda, tolong keluar sebentar." Suara bibi Nunu mulai terdengar dan mengalihkan atensi Gibran yang tadinya sedang berjalan menuju kasur Matthew.
"Tidak mau!"
"Tapi anda harus minum vitamin dulu." Ujar bibi Nunu dengan raut wajah sedikit frustasi dengan tetap bertahan di bibir pintu tanpa masuk sedikitpun ke kamar Matthew.
"Nanti saja! Gibran tidak mau vitamin!"
"Kata tuan besar, kalu tuan muda sudah minum vitamin, nanti boleh makan cemilan." Bujuk bibi Nunu seraya menggerakkan tangannya dengan isyarat memanggil.
Gibran awalnya tertarik mendengar kata cemilan, tapi dirinya ingat bahwa ia bisa diam diam makan cemilan saat malam hari.
"Tidak mau!" Pekik Gibran seraya mulai menarik selimut Matthew dan membentangnya di sebelah kasur tepat di sebelah jendela. Tempat dimana bibi Nunu tidak dapat memperhatikan dengan jelas apa yang di lakukan Gibran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run!! (Completed)
Fiksi Remaja[pindah ke fizzo] Setalah 14 tahun hidup damai di desa bersama neneknya, Gibran yang hobi menjelajah hutan tiba-tiba menemukan gerbang yang menjulai tinggi di tengah hutan dan di jaga ketat oleh beberapa orang berseragam hitam lengkap dengan senjata...