Chapter 1: The Twins and The Seal

20.4K 1.4K 114
                                    

Kantor Hokage sedang sepi. Suasana tenang nan nyaman dengan teh hijau dan beberapa dango di meja, serta suara benturan jari jemarinya dengan keyboard komputer menambah suasana nyaman, membuat Nanadaime Hokage sedikit rileks.

Kertas-kertas menumpuk yang lebih tinggi dari kepalanya lah yang patut untuk diberi perhatian.

Dokumen-dokumen perdagangan dan pembangunan, menanti untuk dijamah. Konohagakure no Sato, sekarang adalah sebuah desa paling makmur dan kaya diantara lima negara besar lainnya. Desa ini menyediakan ekspor paling banyak, dengan pasokan bahan pangan yang berkulitas tinggi. Selain itu, teknologi di desa ini juga patut untuk diacungi jempol.

Perkembangan desa meningkat pesat sejak perang dunia ke-4. Dibawah kepemimpinan Rokudaime dan Nanadaime Hokage, Konoha telah berdiri dengan gagah diantara pepohonan-pepohonan yang mengitari desa itu. Jejak-jejak invansi Pain pun, juga telah hilang. Bangunan-bangunan bercat baru menghiasi jalanan. Tidak ada lagi cat lapuk yang terkelupas dan pudar. Semua baru dan berwarna.

Kesibukan sebagai Hokage memang membuat punggung Naruto nyeri. Duduk selama berjam-jam dengan dokumen yang tiada henti beranak pinak, membuatnya merengek kepada penasihatnya sesekali. Shikamaru sukses dibuat muak olehnya.

Gelas berisi teh hijau pahit diminumnya dengan rakus. Mata biru bulat itu menatap ruang kantor Hokage yang hari ini sepi. Biasanya, beberapa shinobi atau pedagang, akan merengek menemuinya untuk menyetujui sesuatu. Sehingga, cukup aneh bahwa hari ini begitu tenang dan damai. 

Ngomong-ngomong, bagaimana kabar pejabat yang menekannya untuk membuat proyek baru kapan hari lalu? Proyek yang menurutnya membuang-buang uang dan tidak efektif. Shikamaru pun setuju dengan pendapatnya. Mungkin, pejabat itu hari ini terlalu lelah untuk menemuinya dan memilih memakinya di belakang sembari meneguk sake murahannya.

Naruto mengangguk dan tersenyum. Kedamaian hari ini lumayan juga, pikirnya. Tidak ada individu manapun yang akan mengganggunya hari ini. Shikamaru juga berjaga di depan, sehingga ia yakin semua akan baik-baik saja. 

Ah! Tidak, kecuali anak-anak nakalnya yang belum membuat ulah.

Memikirkan mereka, membuat Naruto menghela nafas lelah. Si kembar sekarang berada di tim genin di bawah bimbingan Konohamaru. Mereka baru saja lulus seminggu yang lalu.

Pria itu kemudian bersandar di kursinya, lalu memejamkan mata sejenak. Bermeditasi untuk menenangkan diri. Ia bisa mendengar suara-suara di luar, chakra beberapa shinobi yang mondar-mandir kesana kemari, dan beberapa chakra familiar yang berlari menuju kantornya.

"Baik. Ini dia. Aku bertanya-tanya, apa yang dia lakukan kali ini," gumamnya dengan geli.

Tak lama kemudian, kantornya diserbu dengan brutal oleh putri bungsunya yang sedang menarik telinga saudara laki-lakinya. Konohamaru dan Mitsuki pun, mengejar di belakang mereka.

"Mama!"

"Ya, Sarada?" Mulutnya hampir berkedut. Menahan senyum melihat tingkah putra-putrinya yang nakal.

"Boruto, melukis patung Hokage lagi! Aku sudah berusaha menghentikannya, tapi dia tetap saja melakukan itu!"

Uchiha Sarada, bocah perempuan yang lahir lima menit setelah Boruto, tengah mengoceh untuk memarahi saudara laki-lakinya yang lebih tua. Tetapi yang lebih tua, hanya bersedekap dada dan mencibir acuh tak acuh.

"Aku tidak peduli! Aku tidak mengerti, apa yang membuat Hokage begitu hebat?! Yang mereka lakukan hanyalah memerintah orang-orang dari balik meja!" Boruto berteriak. Bocah itu sedetik kemudian memucat. Menyadari ucapannya yang sebenarnya. Mata birunya melebar kala mendapati wajah terluka ibunya. 

Unexpected Incident [SasuNaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang