Ranjang lembut dan selimut tebal nan hangat terasa nyaman di bawah kulitnya. Perasaan pusing yang hebat dengan tenggorokan kering layaknya gurun di Suna membuatnya meringis kecil.
Terdapat suara-suara teredam yang terdengar dekat di sekelilingnya. Bayangan kabur warna hitam, perak, dan merah muda memasuki indera penglihatan. Mereka bergerak mendekat, namun perak dan merah muda tampak menjauh darinya. Menyisakan surai hitam legam yang duduk di sampingnya.
Siapa?, pikirnya
Siluet kabur yang ada di depannya, mulai tampak jelas. Naruto dapat melihat surai hitam legam dan satu bola mata hitam pekat menatapnya dengan sayang.
"Hey"
Suara itu penuh dengan kasih sayang, menembus relung jiwanya yang lelah. Jari-jemari panjangnya yang kapalan, mengelus surai pirangnya dengan menenangkan. Pikiran Naruto segera berpacu cepat. Memori-memori tentang Uchiha bajingan yang sekarang menjadi suaminya menabrak kesadarannya dengan brutal.
Naruto segera bangkit untuk mendudukkan tubuhnya, tidak peduli dengan sengatan tajam dari pusing kepala yang dideritanya sekarang. Perasaan bahagia, khawatir, marah, bahkan lega, menumpuk di dadanya. Jari-jemarinya, ia bawa untuk menelusuri wajah maskulin di hadapannya.
Perasaan kulit bertemu kulit yang dirindukannya, membuat Naruto tidak kuasa menahan senyum. Pria itu rupanya juga membalas senyumnya. Rasanya hangat.
Naruto mencoba mengingat dan membandingkan wajah pria yang dicintainya itu dengan ingatan lamanya. Mata birunya menelurusi dengan lambat dan tenang, berharap dapat mengukir wajah tampannya dalam ingatan. Ia dapat melihat bagaimana mata hitam legamnya, menatap penuh cinta dan perhatian pada dirinya yang terduduk lemah.
Perasaan dicintai selalu membuatnya kewalahan, apalagi dari pria ini.
Pria yang telah dirindukannya setiap malam. Perasaan dingin pada malam hari tanpa ada yang merengkuhnya lagi. Perasaan kesepian kala hari-hari berjalan begitu buruk. Menahan rindu yang mencekiknya dengan lambat. Mati-matian bertahan dari perasaan egois untuk menyeret pria ini pulang, demi keselamatan desa.
Bahkan, mengorbankan perasaan anak-anaknya.
Dan akibat dari kelalaiannya, si kembar telah menghilang. Itu adalah kesalahannya.
Bagaimana ini? Bagaimana aku harus menjelaskan ini pada Sasuke tentang betapa buruknya aku dalam menjaga mereka ....
Dan seolah mengerti kegelisahannya, suaminya menangkup tangan yang gemetar dengan lembut. Mengecupnya dengan penuh kasih, lalu berganti mengecup kening, kedua kelopak mata, hidung kancingnya, pipi kanan dan kiri, dan terakhir pada bibir. Seolah-olah mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja dan aku disini sekarang. Aku sangat mencintaimu.
Pria berambut hitam itu menghapus air mata yang Naruto tidak sadari telah tumpah.
"Tadaima, Naru"
Perkataan itu diucapkan dengan tulus bersamaan dengan suaranya yang dalam dan tenang. Naruto mau tidak mau, dibuat luluh dengan itu. "Okaeri, Sasu"
Dan lagi-lagi, kecupan di bibir menyambut si pirang. Bibir tipis dan sedikit pecah-pecah, bertemu dengan bibirnya yang lembut dan terawat. Kecupan itu layaknya sapaan manis karena gemas dari sang kekasih.
Di lain waktu, Naruto akan tersipu malu dan bertingkah seperti remaja dimabuk cinta. Namun, situasi saat ini mengharuskannya untuk kembali mendorong perasaan pribadinya. Dan dengan gusar, si pirang mencengkram baju suaminya dengan erat. Memaksanya untuk memberikan perhatian pada kegelisahannya yang menumpuk.
"Sasuke, dengarkan aku. Aku minta maaf, aku gagal menjaga mereka. Mereka hilang dan aku mencoba mencari mereka kemana-mana lalu─"
"Ssstt, tenanglah .... "
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Incident [SasuNaru]
FanfictionSi kembar tidak sengaja mengaktifkan segel rumit yang berada di ruang kerja sang ayah. Kejadian tak terduga membuat mereka terlempar jauh ke masa lalu. Dan apakah itu kakek nenek mereka?! Oh! Ada juga paman Itachi dan paman Kakashi?! Mereka kecil!