" Jadi? "
" Jadi apanya? "
Jinyoung melengos, ia sungguh tak bersemangat lagi melihat bagaimana respon dari kekasihnya yang telah banyak berubah beberapa bulan terakhir.
Tak ada kata manis darinya, sampai jarang memberi kabar. Posesif? Tentu saja, siapa yang tidak posesif pada pasangan mereka? Terlebih lagi ia berhasil mendapatkan restu dari orang tua kekasihnya itu sejak awal menjalin hubungan.
" Katanya mau bermalam di apart? Enggak jadi? "
Gadis itu mengalihkan atensinya dari ponsel miliknya, menatap datar pria di sampingnya itu dan menghela nafas sejenak.
" Aku belum ijin ke mama papa. " Responnya dan kembali menatap layar ponselnya.
Pria itu mengerjapkan matanya, Tiba-tiba saja kepalanya terasa kosong dan berdengung di telinga. " Sejak kapan? " Pria itu berdesis lelah. Kali ini gadis itu bahkan tidak menatapnya lagi, melihat kekasihnya yang lebih sibuk pada ponselnya membuatnya semakin yakin jika cinta di antara mereka telah tawar.
" Im Nayeon, boleh dengarkan aku sebentar? "
Gadis pemilik nama Im Nayeon itu mendengus tak suka dan menatap malas padanya. " Kenapa? Apa lagi yang ingin oppa permasalahkan? " Tanyanya penuh intimidasi.
" Menurutmu, apa yang telah berubah di antara kita? Tidakkah kau merasa perbedaan yang besar di antara kita sekarang? Kau nyaman seperti ini? "
Lagi dan lagi, ia harus mengontrol emosinya yang ingin meluap di ujung tanduk. Tapi apa daya dirinya telah jatuh terlalu dalam untuk gadis berwujud mirip kelinci cantik di sampingnya.
" Oppa, sudah ku bilang sekarang aku ada proyek dengan temanku... Kami banyak komunikasi dan pertemuan dadakan sampai rapat, aku hanya memulai sesuatu yang aku sukai. " Jelas gadis itu.
Tidak, yang Jinyoung rasakan tidak demikian.
" Bagus, itu bagus untukmu. Apa aku pernah melarang mu untuk pergi tanpaku? Pernah oppa larang untuk pulang dengan teman pria mu? Pernah oppa larang kamu untuk keluar malam karena rapat proyek yang kamu bilang? Pernah? Berapa kali? Kapan? "
Nayeon menghela nafas, ini bukan pertama kalinya mereka bersiteru dengan topik yang sama.
" Jadi apa yang ingin oppa katakan? "
Jinyoung mengertakkan giginya, sungguh ia dalam puncak emosi yang tak bisa ia luapkan. Menatap kedua pasang mata gadis itu membuatnya luluh dan kembali di masa-masa manis yang telah mereka lalui.
" Kita bahas saja di apartemen... "
" Aku belum ijin ke eomma dan appa! "
" Sejak kapan! "
Gadis itu terlonjak, ia menatap dengan mata bulatnya melihat kekasihnya menaikan suaranya, memukul setir mobil yang sudah setengah jam tidak bergerak. Alarm bahaya gadis itu muncul, menyakinkan dirinya jika ini bukan situasi biasa yang mereka lalui selama ini.
Retak, semuanya telah retak sejak lama. Tapi baru mereka sadari sekarang. Tidak, sudah lama jinyoung tau.
" Sejak kapan kau perlu ijin dari eomma appa mu? Sejak kapan kau berubah seperti ini? "
" Antarkan aku ke cafe xx myeongdong, aku ada pertemuan dengan teman kuliah ku. " Balas gadis itu tak menjawab apapun dari pertanyaan kekasihnya. " Jika tidak, aku bisa pergi sendiri. Buka pintunya" Lanjut gadis itu setelah menyadari pintu mobil dalam kondisi terkunci.
Tanpa menjawab, pria itu kembali menjalankan mobilnya. Menyetirnya dalam diam membelah padatnya jalanan di malam hari.
Sepanjang perjalanan itu ada, sepanjang itu juga rasa dingin dan canggung itu menyelimuti keduanya. Bagai teh yang telah dingin dan mengering, hubungan mereka kini dalam ambang perpisahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Favorite Tunes
Fanfiction𝚆𝚊𝚛𝚗𝚒𝚗𝚐!!!! ⛑️⛑️⛑️⛑️ 𝚌𝚘𝚟𝚎𝚛 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚞𝚜𝚞𝚕,𝚒𝚗𝚒 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚎𝚜𝚝 𝚠𝚊𝚟𝚎 𝚢𝚊𝚔!!! Song based story- Ini bakalan jadi cerita one shoot, dasarnya dari lagu. jadi kalian bebas banget mau rekomen lagu, kalau cast juga boleh terserah...