06

1.7K 142 11
                                    

Malam, warna hitam pekat dengan cahaya bintang yang bertebaran membuat langit terlihat begitu indah dan sejuk dipandang mata.

Dibawah sinar bulan, dua anak Adam tengah menikmati makanan. Hanya Louwen yang memakannya karena Kenzi  tengah sibuk memandangi si-manis yang lahap memakan makanan yang ia belikan

"Ken mau?."

"Engga, Wen aja."

"Terus, kenapa ngeliatin kalo gak mau?"

"Ken ngeliatin kamu, bukan makanan."

"Ish! Jangan ngeliatin Wen terus, malu tau!."

Kenzi tersenyum, mengusak surai Louwen gemas.

Anak itu terlihat sangat mungil dengan hoodie kebesaran dan celana pendek yang ia kenakan.

Louwen berdiri dari duduknya, membuat Kenzi mengerutkan keningnya halus.

"Kenapa?" tanya Kenzi memperhatikan gelagat Louwen yang berdiri dengan tangan memegangi bagian bawah

"Ngg... M-mau pipiss..." adunya, menunduk memegangi bagian bawah perutnya. Menggerakkan kedua kakinya dan melompat kecil

Kenzi terkekeh geli melihat tingkah menggemaskan Louwen

"Ish Jangan ketawa! Ayo cepetan! Wen mau pipis! Keennn...." Louwen mengerutkan keningnya, memegangi tangan Kenzi dan menggoyangkan nya kuat membuat Kenzi buru buru membereskan sisa makanan yang Louwen makan.

"Ayo, kerumah." ajak Kenzi saat mereka sudah menaiki motor

"Rumah siapa?" tanya Louwen dari belakang

"Rumah Ken, gak jauh dari sini"

"Yaudah ayo, cepetan! Gak kuat, nanti Wen ngompol dicelanaa!"

Kenzi melajukan motornya dengan cepat menuju rumahnya, malam ini sepi Kenzi bisa melajukan motornya dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai, ia tak tega melihat Louwen yang berusaha menahan pipis. Ditempat tadi tidak ada wc umum, jadi Kenzi memutuskan membawa Louwen kerumahnya saja.

Kenzi sampai di depan mansion nya. Dua satpam rumahnya segera bergerak untuk membukakan gerbang yang tertutup, setelahnya Kenzi masuk dengan Louwen yang setia memegang jaket hoodie nya

Setelah memarkirkan motor, keduanya turun lalu masuk kedalam mansion

"Ken mana wc nya?!" Seru Louwen sedikit berteriak

"Sebelah kanan, baby." jawab Kenzi lantas mendekati Louwen dan menunjukkan jalan.

Louwen masuk kedalam kamar mandi, sedangkan Kenzi menunggu anak itu di depan pintu, entah apa tujuannya ia bisa saja meningalkan Louwen disana.

"Akhirnya...." Louwen menghela nafas lega saat keluar dari kamar mandi

"Udah?."

"Eh! Ih kok Ken disini? Gak ngintip kan?" Louwen terkejut saat mendengar suara Kenzi, ia piikir Kenzi tidak menunggu nya.

"Engga. Udah?."

"Udah. Terus mau gimana?" tanya Louwen dengan nada polosnya, sedangkan Kenzi sudah bergelung dengan pikiran kotornya.

"Main di kasur." jawab Kenzi dengan seringaian tipis diwajahnya.

Louwen yang tidak mengerti pun mengerutkan keningnya halus dan mengangkat sebelah alisnya.
"Maksudnya?"

Kenzi hanya terkekeh melihat kepolosan anak itu. Ia memegang tangan Louwen, saat akan melangkah ia melihat sesuatu dibawah sana, sedikit terkejut Kenzi berjongkok diantara kaki Louwen yang berdiri membuat anak itu terkejut dan heran.

"Ken, Mau ngapain?!" wajah Louwen memarah hingga telinga, namun ketara jika ia panik

"Resleting nya kebuka, Wen" jawab Kenzi memegang resleting celana Louwen dan menariknya keatas.

Demi Tuhan, Louwen malu! Sangat.

"K-ken... Udah?..." Suara Louwen bergetar, ia benar-benar malu

Pengen pulang bangsat!!!- Louwen

"Udah. Ayo"

"Kemana?"

"Kesana."

Mereka berjalan ke ruang tamu, setelah  Kenzi menyuruh Maid untuk menyiapkan beberapa cemilan untuk Louwen.

Seorang wanita paruh baya mendekat pada mereka, ia terlihat anggun, wajahnya masih terlihat segar walaupun sudah termakan usia.

Ia tersenyum hangat kearah Kenzi dan Louwen, dengan baju formal yang masih ia kenakan.

"Mom's?" ucap Kenzi pelan, berjalan mendekati ibunya dan memeluknya.

"Yes" ibu Kenzi membalas pelukan putra nya tak kalah erat, setelah beberapa detik berpelukan Kenzi mengurai pelukanya menatap sang ibu dengan senyum tipis diwajahnya

"Sejak kapan disini?" tanya Kenzi karena tadi ia belum melihat ibunya ada dirumah.

"Baru saja, mommy pikir kamu tidak ada dirumah, tadi mommy sempat berfikir untuk membuat kejutan untukmu, tapi sepertinya tidak perlu" Gina—Ibu Kenzi tertawa renyah begitupun dengan Kenzi.

Pandangan Gina beralih pada Louwen yang sejak tadi berdiri dibelakang Kenzi seraya tersenyum, merasa sedikit geli saat Kenzi tiba-tiba memeluk Gina dan mendusalkan kepalanya diceruk leher ibunya.

Louwen terdiam menunduk tak berani menatap mata tajam wanita paruh baya yang kini menatapnya lekat, seperti mengintimidasi.

"Who's him?" Tanya Gina menatap Louwen dari atas kepala hingga ujung kakinya, lalu beralih menatap Kenzi yang tersenyum tipis kearahnya.

"Mine." ucapnya singkat namun terdengar tegas, Gina tersenyum hingga membuat kedua inangnya terlihat, ia kembali melihat Louwen, Gina terkekeh pelan melihat Louwen yang masih menundukkan kepalanya dengan tangan yang bertaut, ketara jika ia ketakutan sekaligus gugup.

Gina berjalan mendekati Louwen, membuat anak itu seketika berhenti bernafas untuk sesaat.

"Siapa namamu?" tanya Gina menatap Louwen hangat, seolah menyalurkan kasih sayangnya melewati tatapan nya

Louwen memberanikan diri mengangkat kepalanya untuk melihat Gina dan menjawab pertanyaan dari wanita itu.

"Lo-louwen" ucapnya terbata-bata karena gugup

Gina tersenyum mengusap surai anak itu lalu beralih ke pipi berisi Louwen yang memerah

"Tidak perlu merasa gugup seperti itu, baby. Ken, lihatlah milik-mu ini, dia manis sekali" canda Gina menatap Kenzi lalu mengusak rambut Louwen gemas.

"Itu sebabnya dia milik-ku" balas Kenzi mendekati Louwen lalu merengkuh pinggang ramping anak itu, membuat sang empu terjengit, menatap Kenzi sinis.

Louwen mengerucutkan bibir nya "Ken nakal, tante" adunya pada Gina

"Mommy" ucap Gina menatap Louwen hangat dengan senyum yang tidak luntur "panggil aku Mommy, baby"

"Mommy?" Louwen mengerutkan keningnya halus, seolah senyuman Gina adalah magnet ia juga ikut tersenyum manis kearah wanita itu

"Come here, boy" Gina merentangkan kedua tangannya sebagai isyarat agar Louwen memeluknya.

Mata Anak itu berbinar senang, ia melepaskan tangan Kenzi dari pinggangnya lalu mendekati Gina dan langsung memeluknya wanita itu erat, pelukan hangat yang ia rindukan selama empat tahun terakhir.

Louwen meneteskan air matanya, memeluk erat wanita yang mengijinkannya untuk memanggilnya ibu. Ia menangis dalam pelukan hangat wanita itu, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher ibu-Nya.

Kenzi yang melihat Louwen menangis pun segera mendekat, ia ikut memeluk ibunya mengusap kepala Louwen dan mencium kening ibunya, dibalas senyuman oleh wanita itu.






TBC.

260822.

Vana.

Bad.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang