03

2.2K 168 0
                                    

-
-

"LOUWEN! BANGUN!!" bentak seorang pria paruh baya, mengetuk pintu berwarna putih itu

sedangkan sang empu yang dipanggil sedang asyik bergelung dengan selimut yang masih menutupi tubuh mungilnya

"ALIANDRA! BANGUN! INI SUDAH SIANG, KAU AKAN TERLAMBAT, ANAK BODOH!!"
Merasa terganggu akhirnya pemuda itu bangun dengan terpaksa dari tempat tidurnya, seraya menutup telinga, menuju pintu.

"Ck! Ayah berisik ish! Al lagi tidur juga! Kalo Al bodoh, itu nurun dari ayah" cibir nya dengan wajah yang terlihat berantakan

"Ini sudah siang Al, kau tidak akan sekolah?" ucap pria paruh baya yang Louwen panggil 'ayah' itu sembari menunjuk jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul enam lebih

"Sial!" umpat Louwen lalu kembali masuk ke kamarnya, segera berlari kekamar mandinya
"Astaga, dasar Anak tengil itu"

"AYAH BANGUNIN AL NYA TELAT! AL KESIANGAN!" Louwen berteriak, menuruni tangga rumah dengan tas yang ia jinjing

"KAU YANG TIDAK BANGUN! BODOH!" balas Ayahnya setengah berteriak, Derillion.

"AL JUGA SAYANG AYAH, AL MAU ROTI YAH!" Jawab Louwen melantur

"Astaga, anak siapa kamu Al" ucap Deri geleng-geleng kepala karena tingkah putranya.

"Al anak ayah, Al pergi ya yah. sayang ayah"

Cup!

"yaTuhan, semoga jantungku baik-baik saja" Deri mengusap dadanya, terkejut dengan kedatangan Louwen yang tiba-tiba ada dibelakangnya. anak itu pergi setelah mengambil roti dan mencium pipi ayahnya sekilas

Alexander Derillion, yang lebih akrab dipanggil Deri. pria paruh baya yang masih terlihat awet muda walaupun sudah termakan usia, pemilik perusahaan sekaligus ayah dari Putra satu-satunya, Louwen.

ditinggalkan oleh sang istri empat tahun yang lalu membuatnya harus bisa mengurus putranya dengan baik, dan membagi waktunya untuk sang putra, meskipun sibuk dengan pekerjaan, ia sesekali mengajak putra mungilnya untuk menghabiskan waktu bersama.

ia tahu putranya merindukan ibunya, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, sudah berbagai cara yang ia lakukan untuk mencari istrinya yang entah pergi kemana, hingga ia akhirnya menyerah dan menganggap jika istrinya sudah tidak menginginkan kehadirannya dan putra kecilnya.

sejak dulu memang hanya ia yang mengharapkan kehadiran putranya, tidak dengan istrinya. tapi biar bagaimanapun Istrinya tetap lah ibu dari anaknya, ia bersyukur istrinya masih mempedulikan kehadiran putranya meskipun hanya perhatian kecil yang ia berikan.

'Baby Wen', panggilan lembut yang selalu putranya rindukan, ia tahu itu karena putranya yang memberitahunya. ia merindukan keluarga kecilnya.

Deri tersadar dari lamunannya, menggelengkan kepalanya pelan, dan melihat jam tangan ditanganya

"Aku akan telat"

Meskipun sedikit nakal, Louwen tidak boleh terlambat ke sekolah, hanya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai disekolah.

SMA Sillvan. tempatnya mencari ilmu dan pengetahuan selama hampir satu setengah tahun ini, ia duduk di kelas XI IPS 2.

Louwen, memarkirkan motornya diparkiran, lalu bergegas menuju kelasnya, beberapa menit lagi bel berbunyi

"Pagi! hehe" sapa Louwen pada teman-temanya, sudah menjadi kebiasaannya untuk menyapa teman-temannya saat ia masuk kedalam kelas

"Pagi Bocil!!"

Louwen merengut kesal dengan bibir yang mengerucut lucu, mendengar jawaban serentak dari teman-teman sekelasnya.

"HAHAHA... HAHAHA"

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang