#2 Awake

19 2 0
                                    

–Zunggg.

Seperti layaknya yang dirasakan pembalap ketika melaju melewati terowongan gelap dan sampai akhirnya berhasil melalui itu.

Atau seperti ketika player yang memainkan game berteknologi full dive yang pernah kulihat pada suatu karya sastra.

Masuk ke dalam dengan cepat dan berakhir menyisakan sensasi tekanan yang luar biasa.

Kurang lebih seperti itulah yang kurasakan sebelum akhirnya kesadaranku pulih.

"–"

Sadar namun tubuh ini masih belum bisa diberikan perintah.

Alas permukaan di bawah tubuh jelas terasa berdebu bercampur objek-objek yang ukurannya beragam.
   
"–Puing bangunan?"

Kugunakan seluruh energi untuk membuka mata terlebih dahulu dengan perlahan.

Terlihat langit-langit yang tampak asing tapi entah kenapa terasa akrab.

"–"

Aku berdiam dalam posisi berbaring selama beberapa saat untuk mengumpulkan energi yang tubuh ini butuhkan. Perlahan mencoba untuk mengambil sikap duduk dan akhirnya bisa melihat sekeliling dengan leluasa.

Setelah mengamati dengan singkat, rupanya aku terbaring di tengah-tengah sebuah koridor bangunan.

"Seperti koridor kastil-kastil kuno–"

Suram.

Gelap.

Mencekam.

Namun entah kenapa terlihat terang sampai bisa melihat sekitar dengan jelas.

Aku bangkit berdiri setelah cukup lama melihat-lihat.

Di sepanjang koridor terdapat jendela-jendela besar yang tak terlihat apa yang ada di luar ketika masih terduduk beberapa saat yang lalu.

Perlahan mendekati salah satunya dan tercengang.

Apa yang terpampang dibalik kaca itu membuatku gemetar. Pemandangan yang tidak dapat digambarkan dengan kata-kata semata.

Meskipun sudah menyeka lensa kacamata dengan kaos hijau yang kukenakan, tetap membuatku tak percaya.

Walaupun melihatnya dengan jelas, tapi kesulitan menemukan kata yang tepat untuk menjelaskannya.

Hitam.

Merah bak darah.

Gersang.

Dalam.

Hanya itulah yang terlintas dikepala begitu melihatnya.

Akhirnya menyadari bahwa saat ini aku berada di suatu bangunan antah berantah. Hanya bisa menyebutnya bangunan saat ini karena masih merasa tidak yakin.

Cemas.

Tegang.

Kengerian.

Menggelengkan kepala dan berusaha untuk tetap tenang.

"–Haah––, Huff––"

Mengatur pernapasan dan perlahan kembali tenang.

"Tampaknya tak ada pilihan lain selain menjelajahi tempat ini."

Menatap ujung koridor yang nampak tak terbatas membuatku spontan menelan ludah.

Kuberanikan diri dan perlahan melangkahkan kedua kaki ini untuk menyusuri tempat yang asing namun familiar ini.

Deep DiveWhere stories live. Discover now