Suasana dalam restoran daging terasa ramai begitu rombongan crew drama tiba setelah produser melakukan reservasi full di lantai dua.
Tapi tidak dengan Minho, Jisung, dan aku, kami bertiga dilanda kecanggungan yang teramat usai insiden lorong toilet tadi.
Begitu mereka menyadari kehadiranku, tentu saja mereka kaget bukan main, begitupun aku yang tidak tahu mau bereaksi seperti apa hingga memutuskan pergi tanpa mengatakan apapun.
Kami duduk terpisah dengan staff dan crew lainnya, sebuah meja berisi sepuluh buah kursi yang ditempati oleh ke-delapan member skz ditambah aku dengan Kak Yerin.
"Ji!"
Aku dan Jisung tersentak menyahut "Ya" bersamaan begitu seseorang menyebut 'Ji'
"Jihyun." Chan yang barusan memanggil memperjelas "Jadi bagaimana rasanya bekerja sama dengan kami?"
Sejujurnya otakku masih belum selesai memroses apa yang baru saja terjadi beberapa puluh menit yang lalu "e-eum... semuanya aktor yang hebat, aku sampai lupa kalau kalian adalah penyanyi."
Semua orang langsung tampak tersipu mendengar pujianku, tidak salah kok, walaupun aku menjawab dengan spontan, pujian itu tulus, semua orang yang menonton juga pasti akan berpikir demikian, khususnya para stay.
"hahaa, terima kasih. Kau juga hebat, talentamu tidak seperti aktris rookie, kami belajar banyak darimu." Timpal Hyunjin.
Aku tidak bisa terlalu menelan pujiannya dengan baik karena Minho yang kebetulan duduk didepanku tidak berhenti menyeringai tajam ke arahku, dengan Jisung disampingnya yang juga curi-curi pandang.
"oh iya, kalian nikmati saja makanannya ya. Aku ke toilet sebentar." Pamitku kemudian
Aku tidak benar-benar ingin buang air, hanya ingin memisah diri sejenak dan menjernihkan pikiran.
Setelah berulang kali mencuci tangan hingga sabun yang tersedia hampir habis, aku kemudian menatap refleksiku dan meyakinkan diri kalau semuanya baik-baik saja, anggap tidak ada yang pernah terjadi, anggap semua yang kulihat tadi hanya fantasiku sebelum tidur, seperti biasa.
Aku basuh wajahku yang Nampak kelelahan baru kemudian keluar dari toilet.
Deg
Seperti déjà vu, ada Minho yang berada di luar bilik, namun kali ini ia sendirian dan langsung menyadari kebereadaanku, atau...ia memang menungguku?
"Kita perlu bicara," sahutnya dingin.
"Ya?"
"Ikut aku." ucapnya menyadari kalau banyak orang yang berlalu lalang keluar masuk toilet disini, jangan lupa kalau kami adalah seorang publik figur.
Pikiranku dipenuhi oleh kemungkinan-kemungkinan tentang apa yang akan Minho katakan dengan raut misterius itu, apa ia akan memarahiku karena melihat hal yang seharusnya tidak kulihat? Oh atau ia akan memberiku uang tutup mulut? Bagaimana jika ia membunuhku? Oke lupakan, imajinasiku sudah terlalu liar, siapa tahu ia hanya ingin memberi feedback acting secara pribadi kan...
KAMU SEDANG MEMBACA
EPIPHANY [Minsung]
Fanfiction'kan kuceritakan kisah romansa mereka, sebuah asmaraloka dua anak adam, dari sudut pandangku, si antagonis. ⚠Warn⚠ BxB / BL Some chapters might be acontains mature scene🔞 Homophobic & Heterophobic DNI🚫