Masih awal tahun, tapi kami sudah menimbulkan kekacauan.
Brak
Bunyi ipad yang dibanting oleh CIO perusahaan menggema dalam ruangan meeting berukuran luas yang hanya diisi oleh beberapa orang.
"Apa-apaan ini?! Hah?!"
Tidak ada satupun termasuk aku yang berani menatap balik seringai membunuh pimpinan divisi informasi perusahaan kami.
Pak Yoon biasanya pria yang ramah dan baik hati, bahkan beliau kerap menraktir kami di berbagai kesempatan, ia juga bukan orang dengan tempramen yang buruk. jika sudah murka begini berarti kesalahan yang kami perbuat tidak main-main."Maaf, ketua. Kami akan segera memeriksakan kebenarannya. Saya janji ini hanya rumor tak berdasar," hanya manajer Kim yang bisa membalas kalimat beliau sejak meminta kami berkumpul di ruangan meeting.
"diam! Aku tidak bertanya padamu! Minho! Jisung! Saya tanya sekali lagi, apa yang tertulis dalam artikel ini benar?!"
Lidahku kelu, tubuhku gemetar sakin ketakutannya, sial! Ayo tolonglah tubuh ini bekerja sama, aku tidak mau nampak gentar dengan situasi yang sudah kutahu akan terjadi, hanya saja kenapa secepat ini? Dunia belum siap, orang-orang juga belum. Begitupun denganku.
Aku nyaris menangis karena bentakan itu, juga karena suara-suara cemas dalam kepalaku, aku takut.
Bahkan untuk pertama kalinya, genggaman hangat Minho hyung dibalik meja tidak sanggup meruntuhkan kekhawatiranku, malah membuatku semakin takut, lantas aku menarik tanganku seolah tak ada yang terjadi diantara kami, karena memang seharusnya tak ada.
"Apa kalian hanya akan terus diam ditengah kekacauan ini? Seberapa sulit mengatakan Ya atau Tidak saja!" Pimpinan Yoon memijat pelipisnya menghadapi kebungkaman kami.
Kepalaku juga ikut terasa pening ingin mendengar yang mana dahulu, antara semburan mendesak tuan Yoon atau suara-suara kerisauan dalam pikiranku yang tak kalah ributnya.
Minho hyung disebelahku juga sama, ia diam tak berkutik, tak juga kembali berusaha meredam suasana, tapi lupakan, semua itu tiada guna.
"Maaf menyela, sepertinya Minho dan Jisung juga masih syok dengan hal ini. Anda tak perlu mendesak mereka sebegininya, karena itu hanya akan membuat mereka tertekan sehingga enggan mengklarifikasi, tuan." tutur Chan hyung berusaha mencairkan suasana, aku tahu ia leader kami, tapi aku benar-benar merasa bersalah saat ia harus bertanggung jawab atas kesalahanku. Lebih baik ia memarahi kami daripada harus berbuat seperti ini.
"Bagaimana saya tidak marah, jika sejak semalam divisi kami tidak tidur untuk mengatasi kekacauan yang kalian timbulkan. Kalian tidur nyenyak tanpa tahu orang-orang sedang membicarakan kalian, kami disini bekerja keras untuk menangani masalah ini! Saya sudah cukup sabar."
"Saya mengerti, tapi kami pun sangat terkejut pagi ini. Tolong beri saya waktu untuk membicarakan hal ini baik-baik dengan Minho dan Jisung."
"Kuberi waktu hingga jam makan siang selesai." Pria paruh baya itu menghela napas berat kemudian meninggalkan ruangan legam ini diisi olehku, Chan dan Minho hyung, serta manajer Kim.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPIPHANY [Minsung]
Fanfiction'kan kuceritakan kisah romansa mereka, sebuah asmaraloka dua anak adam, dari sudut pandangku, si antagonis. ⚠Warn⚠ BxB / BL Some chapters might be acontains mature scene🔞 Homophobic & Heterophobic DNI🚫