lima

23 6 8
                                    

Happy reading...


*****

Akan datang seseorang yang bisa membuatmu yakin untuk membuka hatimu sekali saja, dan membuatmu bahagia dengan cara dia memperlakukanmu.Kamu hanya perlu percaya, sambil memperbaiki diri.

Kira-kira begitulah tulisan singkat yang Nadhira temukan di beranda Twitter beberapa waktu lalu. Sepertinya tulisan itu memang ditakdirkan untuk ia lihat, dan berakhir dengan pikirannya yang dibuat tak menentu akibat tamparan tulisan itu. Nadhira jadi uring-uringan sendiri. Bayangan senyum milik zayyan selalu terngiang-ngiang di pikirannya belakangan ini. Bahkan saat Nadhira menemukan tulisan singkat itu, wajah datar zayyan langsung melintas begitu saja.

Nadhira menutup buku yang sedang ia baca. Pikirannya sangat tidak bisa untuk dia ajak fokus saat ini. Helaan napas panjang ia keluarkan dengan sedikit kasar, berharap dengan begitu pikirannya bisa lebih sedikit tenang.

Selama hampir 17 tahun ia hidup di dunia, baru saat ini pikirannya di buat porak-poranda hanya karena seorang laki-laki. Pikirannya yang dulu hampir seluruhnya terisi dengan hal-hal konyol yang sebenarnya sama sekali tidak ingin ia pikirkan. Namun bukan Nadhira namanya kalau tidak mengisi pikirannya dengan khayalan-khayalan tidak berbobot yang sudah mendarah daging di dalam kepalanya.

Nadhira bangkit dari tempat tidur. Mengambil gitar yang terletak di sudut kamar, kemudian berjalan menuju balkon. Di sebelah balkon kamar miliknya, terdapat balkon milik Andra yang saat ini sedang tidak di huni oleh sepupu laknatnya itu. Biasanya setiap malam, Andra sudah nagkring di sana lengkap dengan gitar klasik yang ia punya. Bernyanyi dengan suara yang bisa di katakan bagus, hingga nyanyiannya terdengar sampai ke dalam kamar milik Nadhira.

Nadhira mulai memetik senar gitarnya membentuk berbagai macam nada yang ia bisa. Jari-jari lentik gadis itu menari-nari indah di atas benda coklat tua itu. Gitar ini di belikan oleh Andra saat ulang tahunnya yang ke 16 kemarin. Alasan Andra memberikan Nadhira hadiah gitar tak lain hanya untuk mengajari gadis itu. Menurut Andra, Nadhira sangat cocok menjadi seorang gitaris seperti yang Andra cita-citakan.

Ya, laki-laki itu sangat berambisi untuk menjadi seorang gitaris yang di kenal dunia seperti Jimi Hendrix. Entah ada alasan apa hingga membuat ambisi laki-laki itu bertahan mulai dari kelas 7 SMP hingga saat ini.

"Kira-kira Andra kemana, ya? tumben tuh anak gak bersemedi di balkon" Nadhira bergumam pada dirinya sendiri. Ia sedikit penasaran kemana sepupunya itu.

Angin malam berhembus kencang menusuk pori-pori kulit Nadhira yang saat ini hanya mengunakan baju tidur lengan pendek dan jilbab rabbani hitam kesukaannya. Saat jemari lentiknya hendak memetik senar gitar kembali, suara motor milik Andra terdengar memasuki gerbang utama rumah lelaki itu. Nadhira bisa melihat dengan jelas ketika Andra memarkirkan motor sport hitamnya di garasi. Raut wajahnya terlihat kusut. Ditambah dengan beberapa lebam sudut bibir dan pelipis sepupunya itu.

Nadhira jadi khawatir sendiri. Walau bagaimanapun Andra adalah sosok sepupu yang sudah seperti kakaknya sendiri, mengingat dari dulu Nadhira sangat menginginkan kakak laki-laki karena iri melihat kedekatan beberapa teman-temannya dengan kakak laki-laki mereka. Untungnya ada Andra yang berhasil memerankan sosok kakak bagi Nadhira. Jika dipikir-pikir lagi, Andra bukan hanya sekedar kakak ataupun sepupu. Lelaki itu bisa menjadi segalanya. Bisa menjadi musuh sementara, teman curhat, bahkan tempat Nadhira bersandar ketika ia merasa lelah. Jadi saat melihat Andra seperti ini, jelas membuat Nadhira sangat khawatir.

Meninggalkan gitarnya di balkon begitu saja, Nadhira memakai rok serta cardigan yang tergantung di belakang pintu. Buru-buru gadis itu turun untuk menghampiri Andra di rumahnya. Di ruang keluarga, Hendra yang sedang mengerjakan beberapa tugas kantor menatap anak gadis nya dengan kening berkerut.

"Mau kemana, Nadh? udah malam ini"

"Ke rumah Andra bentar, Yah. Gak pa-pa, Ya. Bentar doang kok," Nadhira terlihat memelas. Melihat itu Hendra semakin dibuat heran, ada apa dengan anak serta keponakannya itu. Namun Hendra mengangguk saja. Tak tega melihat anak gadisnya memelas seperti itu.

Mendapat izin dari Hendra, Nadhira segera melanjutkan langkahnya menuju rumah andra. Nadhira berlari kecil karena sebenarnya ia sedikit takut. Walaupun rumah mereka mereka berdampingan, tetap saja gadis itu sedikit merinding. Selain karena jalan komplek sedang sepi, sifat penakut juga memang sudah mendarah daging dalam diri gadis itu. Bahkan tak jarang bunda harus menemaninya tidur kala ia tak sengaja melihat sesuatu yang menyeramkan di beranda YouTube.

Pintu utama dibukakan oleh Ratna, mama Andra. Tantenya itu terlihat baru ingin tidur. Melihat pakaiannya yang sudah diganti dengan gaun tidur berwarna merah tua.

"Andra nya mana, Tan?" Nadhira celingukan. Melupakan salam yang seharusnya ia ucap. Ratna yang melihat itu, langsung di buat bingung.

"Andra ada di kamar, baru aja pulang dia"

"Boleh aku samperin gak, Tan?"

"Oh boleh dong. Tadi tante liat dia kayak murung gitu, waktu Tante tanya dia langsung masuk kamar" Ratna terlihat khawatir. Nadhira bisa melihat pada sorot mata wanita itu.

Tanpa ngang ngeng ngong, Nadhira langsung bergegas menuju kamar Andra yang berada di lantai dua, sejajar dengan kamar miliknya. Saat Nadhira membuka pintu bercat putih itu, kegelapan langsung menyambut penglihatan matanya. Nadhira menghidupkan lampu kamar Andra dengan hati-hati. Takut-takut menemukan sesuatu yang aneh di kamar sepupunya itu. Namun saat lampu sudah di hidupkan, penampakan sosok Andra yang sedang tengkurap di atas tempat tidur dengan wajah yang di tenggelamkan pada bantal, membuat Nadhira bernapas lega. Setidaknya sesuatu yang sempat singgah di pikirannya tidak benar-benar terjadi.

Nadhira mendekat. Terlihat dari napas yang memburu membuktikan bahwa Andra belum tertidur. Namun laki-laki itu tak berniat merespon kedatangannya sama sekali, membuat Nadhira semakin overthinking.

"Ndra..." Nadhira sedikit mengguncang bahu Andra, namun lelaki itu masih enggan menoleh. Tanpa sengaja mata Nadhira menangkap sebuah kotak biru yang terbuka di atas nakas. Menampakkan sebuah kalung berliontin bunga Daisy kecil yang terlihat sangat cantik. Nadhira tau betul kalung itu. Kalung yang Andra beli saat mereka mencari kado untuk Ratna tempo hari. Katanya, Andra akan memberikannya untuk sang pujaan hati yang telah bersamanya sejak satu tahun terakhir. Niatnya lelaki itu kan memberikannya pada hari ulang tahun jhia-kekasihnya.

"Ndraa..." kali ini Nadhira mengusap lembut bahu Andra,membuat lelaki itu perlahan mendongkak.

Nadhira kaget saat mendapati mata sembab milik Andra, di tambah dengan bekas air mata pada bantal, membuat Nadhira ingin sekali tertawa jika tak mengingat situasi saat ini sangat tidak pas untuk ia menertawakan sepupunya itu.

Seumur-seumur Nadhira bersama Andra, ia hampir tidak pernah melihat Andra menangis.Mungkin ada saat mereka masih kecil, itupun sangat jarang. Lalu sekarang? ada cerita apa hingga membuat lelaki yang biasanya terlihat sangar kini menangis pilu? Nadhira di rundung rasa penasaran. Namun Nadhira sedikit menepis rasa penasarannya saat melihat beberapa bagian wajah Andra terdapat bekas pukulan yang sudah membiru. Nadhira yang kaget, refleks menyentuh lebam itu membuat Andra langsung meringis.

"Eh, maaf maaf, gak sengaja" Nadhira merasa bersalah. Andra merespon dengan senyum tipis.

"Sakit, Nadh..." ujarnya terdengar lirih.

"Bentar gue ambil obat dulu," Nadhira hendak bergegas, namun tangannya ditahan oleh Andra.

"Disini..." Andra menyentuh bagian dada. ''Sakit banget, Nadh. Sesak banget rasanya..."



ZAYYANA [On going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang