sembilan

28 5 0
                                    

HAPPY READING...


"Eh, Nadh, pulang sekolah ke gramed yuk, novel inceran gue udah stok tuh, sekalian cuci mata juga ga sih," ajak Hana dengan semangat.

Namun, kening Hana mengerut saat Nadhira sama sekali tidak merespon ajakannya, bahkan gadis itu seperti tidak mendengar sama sekali.

"Nadh, hello...Lo denger gue nggak sih?"

Masih tak ada respon. Nadhira terlihat menatap kosong kearah depan. Tanganya menggenggam pulpen dengan erat, seolah ada sesuatu yang dia salurkan disana.

Saat Hana ingin mengagetkan Nadhira, Andra sudah terlebih dulu datang dengan sebuah kotak makan biru ditangannya.

"Nadh, nih dari mama,"

Andra ikut heran ketika Nadhira tak kunjung menerima, diliriknya pun tidak kotak makan itu. Bahkan Andra yakin kalau Nadhira tidak menyadari kehadirannya saat ini.

"Nadh, buset dah. Andra kasih Lo makan tuh."

Hening.

"Nadh, gila woyy..."  Suara Hana naik satu oktaf. Tangannya juga menggoyangkan bahu Nadhira dengan sedikit kencang.

"JANGANN..."

Tangan Hana dihempas dengan kencang oleh Nadhira, menimbulkan suara dari tangan yang beradu dengan meja dibelakang mereka. Reflek Hana meringis.

"Hah? ya ampun, Na, maafin gue..." Nadhira masih terlihat sedikit linglung.

"Sstt, gapapa, cuma nyeri dikit kok," Hana masih meringis.

"Lagian Lo kenapa dah? Dari tadi gue disini sampe-sampe Lo nggak sadar?" Tanya Andra, bingung.

"Gue juga dari tadi capek ngoceh nggak Lo tanggepin sama sekali...Ngelamunin apa, Lo, deh?" Timpal Hana.

"Hah? eh, enggak kok, nggak ngelamunin apa-apa. Cuma lagi cape aja, hehehe," Nadhira kikuk.

Andra menautkan alis, terlihat tidak percaya. "Yang bener?"

Mendengar itu Nadhira sedikit mendengus. "Ck, bener, Ndra...Ngapain gue bohong."

Andra menatap Nadhira curiga. Ada yang disembunyikan oleh gadis itu.

🌻🌻🌻

Jam istirahat, Nadhira tidak ke kantin. Dia memilih berdiam diri di perpustakaan.

Berada di bangku paling pojok dengan sebuah buku tebal sebagai bacaan adalah gambaran Nadhira saat ini, walaupun dia sendiri tidak tau apa yang dia baca. Pikirannya melayang kemana-mana.

Decitan bangku dari seberang meja nya membuat pandangan Nadhira sedikit teralih kan dari buku yang dia baca, ralat, dia tatap begitu saja.

Netra nya menangkap sosok laki-laki jangkung yang mulai fokus dengan cacatan nya.

Nadhira sedikit tertegun saat menyadari bahwa sosok itu adalah Zayyan dirgantara. Namun karena saat ini dia sedang tidak ingin berurusan dengan perasaan maka dia abaikan saja.

Suara detakan jarum jam terdengar nyaring saking heningnya perpustakaan saat ini. Pengunjungnya sedikit. Hanya ada empat atau lima siswa yang sedang sibuk dengan bukunya masing-masing.

"Boleh pinjam pulpen bentar? tinta gue habis."

Nadhira tersentak saat suara bass itu memasuki pendengaran nya. Tanpa sadar dia menatap pemilik suara itu sedikit lama. Buru-buru dia istighfar.

Alis Zayyan terangkat satu ketika Nadhira tidak menunjukkan respon. "Nadhira?"

"Hah? oh iya, boleh," Nadhira merutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia terlihat seperti orang bodoh di depan laki-laki itu.

Buru-buru dia meraih kotak pencil yang sengaja dia bawa, lalu memberikan Zayyan sebuah pulpen seperti yang diminta.

Zayyan tersenyum tipis tapi mampu membuat jantung Nadhira meloncat dari tempat. "Pinjem ya," ujarnya sekali lagi, sebelum akhirnya kembali berkutat dengan buku cacatan nya.

Hampir setengah jam mereka menghabiskan waktu di perpus dengan kesibukan masing-masing. Tak ada yang membuka suara sepatah kata pun selain suara lembaran buku setiap pergantian halaman.

Helaan napas lega terdengar dari sosok didepan Nadhira, sepertinya Zayyan sudah selesai dengan catatannya.

"Tinta pulpen Lo juga ikutan habis, Nadh," ucap Zayyan sambil memperlihatkan pulpen milik Nadhira.

Nadhira terkekeh. "Yaudah sih, biarin aja."

"Enggak deh, nanti gue ganti, kalo gue lupa, Lo tagih ya."

"Apa banget deh Lo, Zay," Nadhira terkekeh.

Zayyan tidak lagi menanggapi ucapan Nadhira, dia sibuk membereskan buku-bukunya yang berserakan.

Zayyan terlebih dulu meletakkan buku cetak yang dia ambil ke rak semula.

Nadhira masih pada tempatnya. Sesekali melirik pergerakan laki-laki yang hampir setengah jam ini bersamanya. Saat menyadari perbuatannya dia kembali beristighfar.

Zayyan mengambil catatan yang sudah dia tulis diatas meja. Dia akan kembali ke kelas. Namun, sebelum benar-benar pergi dia melirik gadis yang terlihat tak bosan menatap buku tebalnya.

"Jangan biasain pendam masalah sendiri. Gak baik," ucap Zayyan sebelum benar-benar pergi.

"Hah?" Nadhira cengo. Apakah Zayyan mengetahui isi pikirannya?

"Masuk kelas gih, bentar lagi bel."

Setelahnya laki-laki itu beneran pergi.



To be continue

Kita-kira Nadhira kenapa yaa??
Ada yang tau? komen dibawah👇👇👇
Btw, gimana sama part ini? suka? semoga suka deh yaa☺️

ZAYYANA [On going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang