Dari Akhi Macho Jadi Ukhti Bencong

661 9 0
                                    

50+ ebook = 50 Ribu

0895406159020

Sinopsis:

Rahman adalah cowok alim yang berwatak sangat baik hati dan tidak enakan, sampai permintaan minta tumpangan dari wanita muslimah asing ia terima dengan penuh keraguan. Dari belakang, muka manis yang mirip dengan pesinetron Ilyas Bachtiar itu dibekap oleh sapu tangan, sampai badannya melemah dan membuatnya diubah menjadi seorang ukhti bergamis sopan.

Rahman meronta, namun karena teringat akan firman Tuhan yang tak memperbolehkan untuk kasar pada wanita, akhirnya dirinya tunduk pada wanita yang ingin dipanggil NONA V. Sampai suatu ketika saat menghadiri pengajian, ia bertemu dengan Ibundanya sendiri.

Bagaimana nasib Rahman kedepannya?

Episode 23 & 24

Nona V dengan dua teman warianya itu sangat penasaran dengan gelagat Rahman yang tidak sengaja bersuara laki-laki. Bagaimana cara lelaki itu menutupi kesalahannya tadi? "Lho suara kamu kenapa nak? Kamu baik baik aja kan?" Ibundanya mulai curiga namun tidak enak hati untuk langsung mengungkapkannya. "Anu.. Anu asam lambung saya kumat, jadi saya kaget"

Alasan yang lumayan masuk akal membuat Ningsih percaya begitu saja. Begitu juga dengan Nona V, yang tidak tinggal diam membiarkan Rahman hanya duduk sampai pengajian selesai. "Sekarang kamu ajak ngobrol ibu kamu lagi, ungkit-ungkit tentang masalah anaknya yang hilang." Bisik wanita dengan fantasi liarnya, yang dengan takut diangguki oleh Rahman.

"Maaf kalau sa--saya lancang, memangnya bunda sedang ada masalah apa? Ba--Barangkali saya bisa membantu." Ia tahu betul jika ibunya akan menjawab, karena wanita berusia 50 tahun itu memang sangat terbuka pada siapa saja.

"Putra kedua saya hilang, sejak kemarin sore, biasanya dia gak begini. Saya belum dapat kabarnya sampai detik ini, Nak." tanggapan Ningsih pada Rahman membuat Nona V kaget, "putra kedua?" Ia tidak tahu jika wanita tua tersebut memiliki anak laki-laki lain selain Rahman. Idenya langsung muncul dengan sangat cepat.

"Kalian berdua punya tugas baru, tangkap abangnya dan bawa dia ke markas kita." Nona V berbisik pelan pada Aisyah dan Maryam yang langsung melaksanakan perintah dari atasannya itu. Mereka berdua tanpa sepengetahuan Rahman langsung keluar dari Masjid untuk mendapatkan korban baru. "Saya sangat sayang sekali padanya, dia anak yang baik, penurut." Mata Ningsih berkaca-kaca seperti menahan tangis, membuat Rahman tidak tahan untuk memeluknya. "Maafin Rahman, Bu. Putramu ini gak bisa jadi anakmu yang seperti dulu, Rahman udah jadi wanita muslimah, Bu. Sekali lagi maafin Rahman..."

Ia melepas pelukannya pada Ningsih yang merasa lebih tenang ketika dihibur. "Makasih ya, Nak Rahma. Oh ya, kamu tinggal dimana memangnya?" Ia bertanya yang membuat putranya itu kebingungan menjawabnya. "Sa--Saya..." Tanpa membutuhkan waktu lama, Nona V langsung menjawabnya sendiri dengan memperkenalkan Rahman sebagai adiknya.

"Dia adik saya, Bunda. Kami tinggal di kota sebelah, kalau Bunda sendiri tinggal dimana?" Nona V sengaja memancing Ningsih untuk memberi tau dimana rumahnya berada, dan rencananya berhasil.

"Kalau saya tinggal di XXX, nomor XXX. Kalian berdua bisa main kok, saya senang sekali kedatangan tamu, apalagi jika kenalan di satu pengajian seperti ini." Senyumnya manis menguatkan kesan jika Ningsih adalah seorang Ibu yang baik hati.

"Oh baik, Bunda. Kapan-kapan kita kesana ya. Aku dan adikku ini senang sekali berkenalan dengan Bunda Ningsih." Senyumnya sebagai penutup obrolan, lalu dengan buru-buru ia keluar dari Masjid untuk memberi tahu alamat rumah Rahman kepada Maryam dan Aisyah yang sedang menunggu di parkiran. "Alamatnya di XXX nomor XXX kota XXX. Kalian cepet kesana, semoga aja abangnya si lonte itu ada di rumah. Dan semoga dia masih muda dan... Ganteng." Setelah mendapat informasi penting yang akurat, kedua waria tersebut segera mengemudikan mobil ke alamat yang dituju.

Rahman duduk bersila dengan kesulitan, kontolnya terasa menekuk dan makin lama makin ngaceng. "Hambamu ini gak mungkin... Aaah... Gak mungkin suka diperlakukan seperti ini. Hamba mohon..." Doanya tidak mempan, toh Tuhan memang ingin menjadikan Rahman sebagai seorang wanita yang muslimah. "Abang kamu bakal diculik sama Maryam dan Aisyah, mereka lagi menuju rumah kamu tuh. Mau ngejadiin abang kamu jadi waria juga. Hehe."

Jantungnya kaget lagi. Rahman sampai tidak bisa berkata apa-apa. Ia gak mungkin marah apalagi menyusul pulang ke rumah untuk menyelamatkan abangnya. "Aku mohon, mbak. Jangan... Cukup aku saja yang diginiin. Please... Aku mohon, Mbak.." Permohonannya tidak digubris oleh Nona V yang sudah menatap ke depan dengan senyum lebar, ia berpura pura mengamati ustadzah yang sedang berceramah padahal pikirannya memikirkan rencananya tadi.

Hanya membutuhkan waktu selama 30 menit, Maryam dan Aisyah sudah berhasil menemukan rumah Rahman. "Itu ada laki-laki lagi nyuci motor tuh, jangan-jangan itu abangnya?" selidik Maryam pada Aisyah yang juga satu pemikiran. "Tapi beda banget sama adeknya, abangnya ini macho dan lebih ganteng, kira-kira bisa gak ya dijadiin bencong??" Aisyah langsung menanggapi dengan yakin. "Ya bisa dong, kamu ga liat badan aku yang gede gini? Aku aja yang kekar bisa kok jadi wanita, tenang aja, tuh lakik bakal jadi sama kaya kita. Gampang banget malah." ia menepikan mobilnya tepat di depan Gibran al Ghifari yang sedang asyik mencuci motor Nmax-nya sebelum berkeliling menyebarkan brosur berisi foto adiknya yang hilang.




Perampok vs JandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang