Full cerita 30 ribu
Bonus pulsa 20 rb
Faris Hasyim berjalan dengan penuh kekhawatiran menuju ruangan dosennya yang ingin bertemu di kampus, untuk melakukan pengecekan skripsi. Setelah Minggu kemarin skripsinya gagal diterima dospem, kali ini dirinya merombak ulang dengan mencantumkan isu yang jauh lebih penting seputar kemanusiaan.
"Skripsi kamu sekarang jauh lebih berani dan menarik. Membahas persoalan sekarang yang membuat kaum hawa berkurang 50% dari muka bumi ini,,,," Chang Ko Minh. Dosen asal Vietnam dengan perangai kemayunya merupakan salah satu pembimbing yang sangat ditakuti. Meski gemulai, prinsipnya kelewat kuat, intelektual-nya tinggi. Gaya bicaranya formal penuh kaidah ilmu. Itu lah yang membuat pemuda polos dan pendiam seperti Faris Hasyim sangat gelisah hingga sweater-nya basah lepek karena keringat.
"Karena udah berani pake isu ini. Pasti kamu udah paham dong kenapa kaum wanita dibantai oleh rezim sayap kiri? Terus apa solusi yang tepat bagi kamu. Menurut kamu...." Nadanya ditekan, lalu mengesampingkan skripsi milik mahasiswanya tersebut. "A--Anu... karena.... Pemimpin rezim tersebut merupakan seorang yang anti perempuan. Ja-- Jadi...." Entah kenapa setiap berhadapan dengan sang dosen yang satu ini, dirinya menjadi teramat canggung.
"Asal masukin bahan aja? Ga belajar? Hmm...." Ada sorotan mata yang penuh kekecewaan terhadap muridnya, dan Faris Hasyim mengetahui hal tersebut. Ia lalu dengan berani mengatakan solusinya. "Saya lebih setuju jika wanita mengandung dan melahirkan bayi perempuan. Itu akan membuat kaum mereka tidak punah, Mr." Urusan salah belakangan, yang penting dirinya tidak pasif dan takluk dihadapan Cheng Ko Minh yang sangat suka dipanggil Mister. "Memangnya bisa memaksa Tuhan untuk memberi gender perempuan bagi semua bayi? Jangan atheist kamu."
Faris Hasyim yang parasnya kental dengan ras Arabian, menghela napas sambil memakai dirinya sendiri di dalam hati. "Coba liat. Kamu muslim kan? Pasti udah gak asing lagi dong,,," Mr. Cheng memperlihatkan sebuah hijab berwarna hitam di hadapan mahasiswanya tersebut.
"Iya, Mr. Cheng. Itu hijab, saya bukan Atheist, jadi maaf kalau jawaban saya menyinggung Mister. Maaf banget..." Wajah tampan timur tengahnya itu menunduk sedikit, dengan tatapan yang malu-malu. Dirinya dikenal polos dan mudah dikendalikan oleh siapapun. "Solusinya ada di kamu, dan benda ini. Coba simpulkan, apa yang bisa kamu lakukan dengan hijab dari saya." Mr. Cheng bersidekap, duduk santai dengan menatap tajam Faris Hasyim yang makin kebingungan.
"Aduh! Kayaknya gua harus cari dospem lain, ga bisa sama dia. Duuuh mampus guaaa...." Faris Hasyim memutar otak secepat mungkin, tidak mungkin jawabannya tentang agama. Tapi karena cuma itu jawaban yang ia punya, terpaksa ia menjadikan itu sebagai solusi. "Saya kurang paham, Mister. Mungkin membuat wanita mengenakan hijab sebagai upaya mende--dekatkan di--diri ke pada agama? Atau...." Muka tampannya bercucuran keringat, ia akui dirinya tidak pintar alias jauh dari kata mahasiswa jenius.
"Ga ada hubungannya, ganteng. Saya udah muak sama kamu, Faris. Goodlooking ga ngaruh buat kelulusan skripsi,,,," Mr. Cheng beranjak dari kursinya dan berdiri tepat di belakang Faris yang masih duduk penuh rasa nervous. "Maaf, Mister. Saya bener-bener bakal belajar lagi. Kasih saya kesempatan bu---" mulut mungilnya dengan hiasan kumis tipis itu dibekap oleh telapak tangan Mr.Cheng. "Saya bisa buat kamu lulus skripsi, bahkan menjadi mahasiswa pertama yang saya loloskan di semester ini. Saya bakal duluin kamu daripada teman-temanmu yang jenius itu,,"
Faris tak berkutik, membiarkan mulutnya dibungkam lebih kuat oleh telapak tangan dosen killer-nya tersebut. "Asalkan....Kamu harus nurut sama saya di luar hubungan kita sebagai dosen dan mahasiswa. Kalo kamu tolak, ITS oke. Saya bakal buat kamu ngulang lagi dan membiarkan teman semester-mu itu bekerja sesuai impiannya." Dirinya sangat manipulatif, menyerang psikis mahasiswanya yang memang polos dengan otak yang kurang pintar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perampok vs Janda
ActionMengisahkan Gavin, remaja polos yang berniat melakukan perampokan pertamanya di sebuah rumah mewah milik janda haus belaian. Malam itu adalah malam dimana dirinya kehilangan harga diri sebagai manusia pada umumnya. Bisakah ia kabur dari sekapan Mist...