Tujuh

1.8K 345 28
                                    

(Name) duduk di rooftop sekolahnya. Angin berhembus menerbangkan surainya. Tangannya sibuk bergerak menggoreskan tinta pena di atas kertas putih.

Sudah seminggu (Name) mengenal Izana. Tenggat waktu sebelum kematian Izana artinya semakin dekat. Namun (Name) belum punya petunjuk yang berarti.

Yang sampai saat ini ia ketahui hanyalah Izana adalah pria menyebalkan dengan sifat mirip iblis yang memperlakukannya sebagai budak.

Selebihnya tidak ada.

Setiap harinya (Name) selalu menulis serangkaian kejadian bersama Izana di dalam notebook yang ia siapkan khusus.

"Siapa orang yang kira kira berkemungkinan membunuh Izana? Apa motifnya? Apa hanya sebatas pertarungan geng bodoh?" Gumam (Name).

(Name) menghela nafas berat.

"Sepertinya kamu benar benar serius dalam misimu kali ini, huh?"

Suara itu membuat (Name) menoleh cepat. Ia menatap sosok yang duduk di bagian paling ujung rooftop. Orang ini lagi!

"Oh, iblis lainnya selain Izana." Sinis (Name).

Sosok itu tertawa kecil, "Kamu menyebutku iblis?"

"Benar. Lagipula kamu bukan manusia kan? Tidak ada manusia yang bisa muncul dan hilang begitu saja." (Name) melanjutkan tingkahnya menulis di atas notebook.

"Hei!" Ucap (Name). "Setidaknya beri sedikit petunjuk."

"Kalau begitu tidak akan seru kan?" Balas sosok itu.

(Name) mendengus. Benar juga, apa yang ia harapkan dari makhluk antah berantah ini? Indetitasnya saja tidak jelas.

Pintu rooftop dibuka dengan kasar. Sosok misterius itu segera menghilang dalam hitungan detik. (Name) menoleh dan menatap Zein yang berdiri di depan pintu. Sudut bibir pria itu terluka.

Tak lama, sosok lainnya muncul. Itu Izana.

Zein berlari mendekat ke arah (Name), dan menghalangi Izana.

"(Name), orang ini gila! Dia datang ke sekolah dan mencari kamu, lalu dia menghajarku begitu saja!" Ucap Zein.

"Huh?" Izana memasang wajah dongkol. "Kamu yang menghalangiku mencari keberadaan (Name) kan? Lagipula aku hanya meninjumu sekali."

"Apa apaan sih ini!?" Sentak (Name) dongkol.

"Aku menghubungimu sejak tadi lho." Izana menunjukkan layar ponselnya. Buru buru (Name) merongoh ponselnya. Benar juga, banyak panggilan masuk dan pesan dari Izana. Ia baru sadar ponselnya dalam mode hening.

"(Name), lihat apa yang dia lakukan!" Zein menunjuk luka di sudut bibirnya.

(Name) meringis. Ia merongoh sakunya, mengambil sapu tangan dan menyodorkannya ke arah Zein. Bagaimanapun pria itu sahabatnya.

(Name) tersentak kaget saat Izana mencengkram lengannya dan menariknya mendekat ke arah pria itu.

"Ayo ikut aku." Ucap Izana dengan nada datar.

Zein menahan pergelangan tangan (Name). "Ini jam sekolah dan (Name) dilarang meninggalkan area sekolah."

"Kamu siapa?" Sinis Izana.

"Sahabat (Name) sejak kecil." Balas Zein. "Kami selalu bersama. Orang baru sepertimu tidak akan paham."

(Name) terbengong. Situasi macam apa ini sebenarnya?

"Oh, (Name). Katakan pada sahabatmu ini siapa yang lebih dulu memulai semuanya!" Tatapan Izana menajam.

"Apa maksudmu?" Balas Zein sengit.

Save You (Izana Kurokawa x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang