PRANG!!!
Botol parfum itu melayang dan menghantam dinding hingga hancur. Belum puas, (Name) meninju kaca rias di depannya. Kaca tersebut hancur, dan beberapa pecahannya mengenai punggung tangan (Name).
"Ini percobaan keempat!" Teriak (Name) dan melempar kursi riasnya hingga menimbulkan suara berisik.
"Aku tidak tau kamu cukup kaya untuk menghancurkan barang barangmu seperti ini."
(Name) melempar botol parfum lainnya ke arah sosok yang duduk dengan santai di atas ranjang.
"Apa salahku?"
"Jadi saat percobaan terakhirku, Kisaki tidak mati atau bagaimana?" Tanya (Name).
"Oh, dia mati." Jawaban itu membuat (Name) tersentak.
"Lalu? Harusnya Izana sudah aman kan!?" Ucap (Name).
"Astaga, (Name). Kadang aku merasa kamu itu bodoh deh." Sosok itu berdecak. "Akan aku tunjukan saja ya."
Sebuah layar besar muncul di depan (Name). (Name) melebarkan matanya melihat tumpukan mayat dengan tubuh mengenaskan. Di tengah tengah itu, seseorang berdiri menjulang.
"Izana!?" Sentak (Name) kaget.
"Ini masa depan Izana saat kamu tewas." Jawab sosok itu. "Sebut saja dia menjadi seperti wadah kosong, dan Hanma Shuji memperalat itu. Hanma membalas kematian Kisaki dengan memperalat Izana untuk kesenangannya."
(Name) mematung.
"Sudah mengerti? Kisaki tewas, namun kamu juga tewas, sama aja. Izana akan tetap menjadi iblis berwujud manusia."
"Apa kesimpulannya? Kamu harus di sisi pria itu selamanya agar dia berubah. Tidak ada opsi lain."
"Izana." Gumam (Name) menatap sosok Izana di dalam layar.
"Sudah kan? Jadi, semoga berhasil kali ini, (Name)." Sosok itu menyeringai lebar sebelum akhirnya lenyap begitu saja.
Tubuh (Name) merosot. Ia menekuk kakinya dan meremas surainya frustasi.
Ia mulai putus asa saat ini.
Suara pintu diketuk (Name) abaikan, itu mungkin hanya Aira yang ingin tau situasinya. Ia ingin menangis sepuasnya untuk sesaat. Ia ingin menyerah dan membunuh dirinya sendiri, namun tidak mungkin ia meninggalkan Izana sendirian.
Ketukan itu semakin keras, namun (Name) tidak peduli.
BRAK!
Pintu di dobrak hingga terbuka. Sosok Izana berdiri dengan wajah kaget melihat keadaan kamar (Name).
"Mengapa kamu disini?" Tanya (Name).
"Siapa?" Izana malah balik bertanya.
"Apa maksudnya?"
"Siapa yang membuatmu seperti ini?" Tanya Izana serius. Pria itu berjongkok di depan (Name). "Aku pasti akan membunuh keparat itu. Katakan padaku!"
(Name) diam dan hanya menggeleng pelan.
"Aku hanya merasa, aku terlalu pecundang untuk bisa melakukan ini semua. Rasanya bebanku terlalu berat. Mengapa harus pecundang sepertiku?"
"Berapa kali pun aku mencoba, mau bagaimanapun, aku gagal terus."
"Aku tidak pantas untukmu." (Name) terisak keras. Gadis itu menutupi wajahnya.
Izana memasang wajah heran. "Apa maksudnya? Gagal yang seperti apa?"
(Name) menggeleng kuat. Ia tidak bisa menghentikan tangisnya. Kata kata sosok tadi terngiang ngiang di kepalanya dan dadanya luar biasa sesak.
"Tolong tinggalkan aku sendiri. Aku hanya butuh waktu." Lirih (Name).