Si Cantik

2.1K 156 4
                                    

Jeno adalah sosok pertama yang membuka mata, rasanya dia semalam seperti mimpi. Dia juga tidak menyangka bahwa dirinyalah sosok beruntung yang mendapat gelar sebagai jodoh Renjun.

Ditatapnya paras cantik sang istri yang masih asik terlelap. Begitu cantik, sama seperti biasanya. Bayangan apa yang baru saja semalam mereka lakukan kembali berputar di kepala Jeno, membuat hatinya menghangat, pun dengan semburat merah yang kini menjalar dari pipi hingga telinga.

"Kok bisa ya Tuhan nyiptain manusia seindah kamu?" Monolog Jeno sembari tangannya bergerak untuk mengusap pelipis Renjun yang tertutup oleh rambut lepeknya.

Pelukan yang sedari tadi Jeno berikan pada Renjun semakin erat, pun diikuti oleh Renjun yang makin merapatkan dirinya dengan dada bidang sang suami.

Dicurinya satu kecupan manis pada bibir mengerucut milik Renjun, rasanya masih sama seperti waktu pertama kali Jeno menyesapnya. Manis dan berhasil membuatnya kecanduan.

Ibu jarinya bergerak untuk mengusap permukaan lembut dengan warna pink alami tersebut, begitu lembut hingga membuat Jeno terbuai.

"Sayang, bangun." Jeno berbisik tepat di telinga Renjun, membuat Renjun menggeliat tak nyaman namun tak berniat sama sekali untuk membuka matanya.

Jadi Jeno biarkan saja sang istri untuk menikmati waktu tidur yang lebih lama. Sementara dirinya kini tengah memunguti pakaian yang berceceran di lantai kemudian bergegas untuk mandi.

Jeno nampak begitu segar kala keluar dari kamar mandi lengkap dengan setelan santainya. Kembali menghampiri Renjun kemudian mengusap pipi bulat kesukaannya.

"Sayang, mau bangun jam berapa hmm?"

"Emmm." Renjun masih asik terpejam sembari menikmati elusan yang Jeno berikan pada pipinya.

Jeno terkekeh, tangannya mengambil ponsel di nakas untuk mengabadikan betapa cantiknya Renjun ketika tengah terlelap. Mirip seperti anak bayi yang tengah tertidur, cantik, manis, lucu dan juga menggemaskan.

Renjun mendengar jepretan kamera beberapa kali yang berhasil membuat matanya terbuka, bangun tidur kali ini Renjun merasa jika dirinya jauh lebih segar dan bugar. Dia juga tidak tau kenapa bisa begini, mungkin karena Jeno.

"Good morning babe."

"Morning." Suara Renjun masih sedikit serak, matanya juga belum terbuka sepenuhnya. Tapi senyum cantiknya sudah berhasil terbit dengan sempurna.

Sekali lagi Jeno berikan kecupan manis pada bibir dan juga seluruh permukaan wajah Renjun. Membuat Renjun terkekeh bahagia. Kekehan yang begitu cantik sampai membuat Jeno semakin jatuh cinta.

"Aku siapin air buat kamu mandi dulu ya."

"Emm."

Lagi, Jeno kembali mencuri satu kecupan pada bibir cantik milik Renjun.

Melesat cepat kedalam kamar mandi untuk menyiapkan air hangat dan juga wewangian kesukaan Renjun, tak lupa dengan pakaian halus dan nyaman yang akan Renjun-nya kenakan nanti.

"Mau aku gendong?"

Pipi Renjun yang sudah merona makin merona kala ditanya begitu oleh Jeno, dia memang merasa sedikit kesulitan untuk berjalan. Tapi dia juga masih mampu berjalan dengan pelan meski disertai dengan ringisan kecil.

"Aku gendong aja ya?" Jeno langsung menggendong Renjun bagai seorang raja yang tengah menggendong permaisurinya.

Mendudukan Renjun dengan hati-hati di dalam bathup, membantu menggosok punggung Renjun, selanjutnya membiarkan Renjun mandi dan memiliki ruangnya sendiri.

Jeno tak hanya duduk santai sembari menunggu istrinya selesai mandi, dia kini tengah sibuk berkutat dengan alat dapur untuk membuat menu sarapan sederhana. Hanya roti panggang dengan selai kacang dan coklat dengan dua gelas susu hangat.

Renjun yang baru saja menuruni tangga dibuat tersenyum manis kala mendapati tampilan gagah Jeno dengan apron melekat ditubuh tegapnya. Tampan sekali sampai membuat Renjun ingin memeluknya dengan erat.

Jadi Renjun peluk saja Jeno yang nampak tengah sibuk mengoleskan selai kacang pada selembar roti yang telah dipanggang.

"Baunya enak."

"Suka?"

Dapat Jeno rasakan kalau Renjun mengangguk dibalik punggungnya. "Duduk dulu ya, abis ini semua udah siap."

Bukannya menurut Renjun malah makin dalam menghirup wangi tubuh Jeno dari punggungnya. Membuat Jeno tertawa ringan, lucu sekali istri manisnya ini.

Renjun baru melepaskan pelukannya kala Jeno benar-benar sudah selesai dengan roti dan selainya. Keduanya menikmati sarapan sederhana ini dengan khidmat, Renjun juga memuji roti panggang buatan Jeno yang katanya enak sekali, membuat Jeno tersenyum tampan dengan telinga memerah.

Selesai sarapan mereka pindah ke ruang tengah, menonton kartun pagi dengan saling memeluk tubuh satu sama lain. Sesekali mereka dibuat tertawa dengan tingkah konyol nan lucu dari pemeran kartun yang tengah mereka tonton.

"Kok bisa ya spons lahir dari pasangan cookies?"

Celotehan random Jeno berhasil menarik perhatian Renjun. "Ya bisa, kan itu karangan. Paus aja anaknya kepiting itu."

Keduanya kembali tertawa, begitu bahagia dengan momen sederhana yang kerap kali mereka lakukan ketika sama-sama tengah senggang.

Semakin diperhatikan, Renjun semakin membuat Jeno jatuh makin dalam dengan pesonanya. Dengan semua yang anak itu miliki, si cantik yang menjadi cintanya Jeno. Si cantik yang berhasil membuat iri banyak orang di luaran sana karena berhasil mendapatkan Jeno dalam hidupnya.

"Lucu ya kalau misal nanti kita punya anak gemes sama random kaya dia."

Kali ini tayangan yang tengah mereka tonton sudah berganti dengan series yang bercerita tentang kehidupan sebuah keluarga yang begitu harmonis dan lucu.

"Jelas, kalo boleh request sama Tuhan aku juga mau minta satu yang kaya dia." Jeno menunjuk seorang pemeran anak laki-laki yang begitu ceria dan menggemaskan.

Renjun hanya tersenyum, membahas perihal anak kini berhasil membuat dirinya merasa panas karena malu. Malu karena proses yang harus dia dan Jeno lakukan jika menginginkan hadirnya seorang anak dalam keluarga kecil mereka.

"Jeno."

"Ya?" Jeno menatap Renjun sepenuhnya, membuat Renjun memerah hanya dengan dipandang dengan begitu intens seperti saat ini.

"Kamu pernah mikir ngga gimana jadinya kalau kita engga ketemu waktu itu?"

Jeno nampak berpikir sejenak sebelum akhirnya mengubah posisi duduknya jadi menyamping menghadap Renjun yang juga sudah mengubah posisi duduknya.

"Kalau kita engga ketemu waktu itu mungkin kita engga bakal disini sekarang, aku engga bakal ngerasa seberuntung ini sekarang, aku juga engga bakal ngerasa sejatuh cinta ini sekarang. Kalau kita engga ketemu waktu itu mungkin jalan kisahku engga akan seberwarna ini Ren."

"Aku beruntung banget ngga si punya kamu?"

Jeno terkekeh ringan, mengusak rambut Renjun dengan gemas kemudian melayangkan kecupan didahi mulus kesayangannya. "Aku yang jauh lebih beruntung karena jadi pendamping hidup kamu."

"Kalau gitu artinya kita sama-sama beruntung!!" Renjun tersenyum manis.

Begitu manis hingga membuat Jeno terlena untuk semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah sang istri, menempelkan kedua benda lembut tersebut dengan perlahan. Dan ciuman manis antara keduanya kembali terulang dengan sesapan lembut yang berhasil membuat Renjun merona.




Cerita ini lamban juga ya ternyata haha

After Wedding || NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang