⚠️[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!]⚠️
Beberapa chapter telah di revisi!
[Bijaklah dalam membaca dan berkomentar!]
Menceritakan tentang kisah seorang gadis dan pria yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya.
Khadijah Aleyna Putri
Gadis cantik dan sederhana...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
••••
Pukul 12.30 Gus Hafizh telah sampai di depan gerbang kampus Khadijah. Ia langsung memarkirkan mobilnya dipinggir jalan dan bergegas kedalam untuk mencari keberadaan Khadijah.
Gus Hafizh mengeliling koridor kampus dan mengecek setiap ruang kelas yang berada di sana. Sebenarnya Gus Hafizh ingin menghubungi lewat ponsel, namun baterainya lowbat.
"Mungkin di kantin," gumam Gus Hafizh lalu ia melangkahkan kakinya ke arah kantin.
Saat tiba di depan pintu kantin, Gus Hafizh menjadi pandangan semua mahasiswa yang berada disana. Ralat, sejak dirinya memasuki gerbang kampus.
Gus Hafizh tak memperdulikan ratusan pasang mata yang menatapnya. Ia masih sibuk untuk mencari keberadaan istrinya.
"Nah itu dia," ujar Gus Hafizh.
"Khadijah!!"
Khadijah memutar tubuhnya ke arah belakang. Ia mencium punggung tangan Gus Hafizh lalu Gus Hafizh mencium kening Khadijah. Anggap aja hal tersebut sudah menjadi kewajiban bagi mereka.
"Yah, udah nikah ternyata."
"Oh jadi itu istrinya."
"Cocok sih sama-sama agamis."
"Eh gila, udah hamil dong istrinya."
"Alah palingan ceweknya hamidun."
"Aduh bang. Baru ketemu udah patah Hati."
"Kayaknya istrinya hamidun deh, terus abang itu ga tega makannya nikah."
"Gilak, jodoh orang ganteng banget."
"Makkk, mau yang kayak gini satu."
"Percuma agamis, tapi hamidun."
"Nggak yang muluk-muluk, Ya Allah. Contohnya yang kayak gini."
Begitulah ucapan-ucapan yang terlontar dari mulut mahasiswa yang saat ini sedang melihat Khadijah dan Gus Hafizh. Sebagian positif, sebagian negatif.
Tita yang mendengar ocehan tidak baik tentang pasangan tersebut pun ingin marah. Namun, ketika Tita bangun dari duduknya, tubuhnya ditahan oleh Khadijah.
"Nggak usah di ladeni. Inget, bahwa Allah yang mengetahui segalanya. Inget, bahwa Allah mengetahui apa isi hati kita," ujar Khadijah.
"Tapi mereka keterlaluan, Jah."
"Biarkan mereka berkata apa. Cukup Allah yang menjadi saksi besar atas hubungan saya dengan Khadijah. Duduklah dan diam, jangan pernah sibukkan dirimu hanya untuk urusan seperti ini," sahut Gus Hafizh.
"Tapi kak—"
"Kalian saksi kami berdua, Allah juga saksi kami. Apa yang harus di takutkan?" Tanya Gus Hafizh.