Hari-harinya kian terasa berat akibat bermacam-macam perintah yang Scorpius berikan. Rescha merasa seperti menjadi seorang ibu yang tengah mengurusi bayinya. Makan harus disuapi, baju harus disediakan, mandi harus dengan air hangat, dan segala macam perintah yang membuatnya semakin jengkel terhadap pria itu.
Seperti saat ini saja, pemuda itu sudah berteriak-teriak di dalam kamarnya memanggil Rescha dengan tidak sabaran. "IYA, IYAA! AKU DATANG!"
Setelah Rescha membuka pintu kamar, pertama kali dilihatnya ialah pemuda itu tengah bertelanjang dada, hanya memakai handuk yang melilit di bagian bawah saja. Sepertinya ia habis menyelesaikan ritual mandi, terlihat dari titik-titik air di tubuh serta rambutnya yang masih basah. Mata Rescha membulat, lalu dengan sekejap ia pejamkan cepat.
"YAA!! DIMANA BAJUMU?! KENAPA KAU HANYA MEMAKAI HANDUK?!?!" pekik Rescha berteriak kencang.
"Seharusnya aku yang bertanya begitu, kenapa kau belum menyiapkan bajuku?!" balasnya garang, pemuda itu melipat tangan di depan dada.
"Kau sudah besar seharusnya kau bisa menyiapkan bajumu sendiri!!"
"Kau lupa bahwa sekarang kau adalah pelayan pribadiku? Cepat siapkan bajuku!"
Rescha mengalah, ia menghela napas kasar kemudian masuk ke dalam. Berjalan mendekati lemari lalu membukanya, dengan amat terpaksa ia mengambil baju kemeja putih dan celana hitam panjang untuk 'tuannya' itu. Setelah menutup kembali lemari, Rescha berjalan mendekati Scorpius dan menyodorkan baju tersebut ke depan dada pemuda itu dengan tidak santai.
"Ini!"
Scorpius menerima bajunya, kemudian mereka sama-sama terdiam. Pemuda itu terus menatap gadis di depannya yang mengalihkan pandangan ke arah lain.
Scorpius mengernyit. "Kenapa masih diam di sini? Pergilah!"
Gadis itu mendengkus kasar, lalu pergi sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal. Sudah terbiasa bagi Rescha diperlakukan begini oleh pemuda itu. Dirinya benar-benar dijadikan budak yang setiap saat harus sekali melayaninya.
Kini langkah kakinya menuntun ke arah dapur, sesampainya di sana ia menarik satu kursi dan duduk dengan kasar, menopang dagu di atas telapak tangan. Rescha terus saja mendengkus kesal. Lama-lama ia akan dijadikan banteng matador kalau terus mendengus begini.
Kalian tahu? Yang pertunjukan pertarungan manusia melawan banteng yang terkenal di Spanyol itu. Ibarat dirinya adalah seekor banteng yang akan menyeruduk lawan manusianya di arena tersebut.
Membayangkan hal tersebut membuat Rescha gemas, bagaimana nanti pemuda itu akan membawa sebuah kain merah dan menunjukkannya padanya yang merupakan seekor banteng. Rescha tidak akan berpikir panjang dan akan dengan cepat menyeruduk pantat pemuda itu hingga terpental.
Namun, sepertinya khayalan itu harus ia urungkan, mengingat bahwa pemuda itu sangat galak. Rescha bahkan tidak bisa berkutik jika Scorpius sudah menaikkan nada bicaranya, pemuda itu akan seratus kali lebih menyeramkan dari yang biasa.
✯✯✯✯
Hari-hari kian berlalu, satu per satu orang yang tinggal di kastil itu dapat berkenal baik dengan Rescha. Mereka cepat terluluhkan oleh sikap baik dan ramah gadis itu, tetapi hanya tersisa satu yang sulit diluluhkan meski dalam berbagai macam cara apapun. Yaitu, Scorpius.
Semua penghuni kastil tahu bahwa pemuda itu wataknya keras dan tidak mudah luluh. Namun, dibalik itu sebenarnya dia hanya merasa kesepian. Pada saat malam datang ia harus dimasukkan ke dalam sangkar besi yang sempit, dan pada saat siang ia hanya menghabiskan sisanya di dalam kamar. Tanpa keluar untuk sekadar menenangkan diri ataupun meluangkan waktu untuk mengisi hobi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cursed Prince
FanfictionScorpius, si pangeran terkutuk yang setiap menjelang malam harus merasakan kesengsaraan. Hanya karena dendam di masa lalu, ia harus terkena imbas dari seseorang yang bahkan tidak ia inginkan keberadaannya. Berusaha menghilangkan kutukan itu tapi dir...