08. Noises

20 3 0
                                    

Scorpius geram sendiri dibuatnya. Gadis tersebut benar-benar membuat darahnya mendidih. "Hei, cepat menyingkir dari punggungku!"

Namun, Rescha tidak merespons apa-apa, ia malah semakin mengeratkan pelukannya. Itu membuat Scorpius berdecak kasar. Pemuda itu menggerutu, "Sudah merepotkan ditambah kau ini berat sekali!"

Sementara Alix hanya menatap bingung antara dua orang di depannya. Ia jadi ragu-ragu untuk mengambil Rescha dari punggung Scorpius, karena mau bagaimana pun gadis tersebut tetap tidak mau lepas dari pemuda itu.

Alhasil, Scorpius mengalah. Ia membenarkan lagi posisi Rescha yang sedikit merosot kemudian berjalan kembali ke kastil. Ketiga pengawalnya hanya bisa menyusul dari belakang.

✯✯✯✯

Sesampainya di kastil, Scorpius langsung disambut oleh kehebohan Jiera yang amat dramatis. Mengingat bahwa wanita tua itu sering khawatir, itu menjadi hal biasa jika Jiera bisa sangat berlebihan.

Dengan tergopoh-gopoh Jiera mendatangi Scorpius di ambang pintu masuk. Layaknya seorang ibu yang mengkhawatirkan anaknya, Jiera tidak mau pemuda itu terluka barang sedikitpun. Jiera sangat melindungi Scorpius.

"Tuan Pangeran, apa Anda baik-baik saja? Saya sangat mencemaskan Anda. Tiba-tiba Anda menghilang dari kamar dan tidak tahu ada di mana, saya sangat khawatir, Tuan Pangeran." Jiera hampir menitikkan air matanya karena terlalu emosional.

"Bisakah kau berhenti bicara? Sekarang bantu aku turunkan perempuan ini!"

Suara itu berhasil menginterupsinya, Jiera sedikit tersentak, tetapi sedetik kemudian ia langsung mengerti setelah melirik seseorang yang berada di punggung Scorpius.

Cepat-cepat Jiera menuntun pemuda itu untuk sampai ke sofa di ruangan tengah kastil. Perlahan Scorpius membanting tubuh si gadis ke atas sofa. Akhirnya, sekarang gadis itu turun dari punggungnya. Ia memijit bahu dan pinggang yang terasa nyeri akibat terlalu lama menggendong perempuan itu. Bahkan sepertinya semua tulangnya akan patah karena menahan beban berat tersebut.

Jiera mengecek keadaan Rescha yang terlelap tetapi mulutnya masih bergumam. Menempelkan punggung tangan ke atas dahi gadis itu membuatnya yakin bahwa Rescha tengah mengalami demam.

Scorpius yang masih sibuk memijit bahunya lantas mendengkus kasar, ia berbalik untuk melihat Jiera yang sedang sibuk melihat keadaan gadis tersebut. Scorpius tidak peduli jika gadis itu akan sakit, pingsan, atau apalah. Yang penting dia sudah membawanya ke kastil, sehingga gadis itu tidak akan mendatangkan masalah lagi jika mengetahui ternyata masih berada di luar kastil.

"Jiera, siapkan air hangat untukku. Menggendongnya di punggung membuat sekujur tubuhku sakit!" Setelah itu Scorpius berbalik kembali menuju ke kamarnya.

"Oh, b-baik, Tuan Pangeran."

Jiera menatap cemas Rescha yang tengah tertidur lelap, ia ingin mengambilkan air hangat dan kain untuk gadis itu, tetapi ia harus lebih mengutamakan Scorpius dulu.

Bergegas Jiera pergi ke kamar tuannya, menyiapkan air panas di bathtub untuk Scorpius berendam. Setelah selesai mengurus pemuda itu, Jiera kembali lagi melihat Rescha. Ia mengambil wadah berisi air hangat, kain, dan selimut. Mengompresi dahi gadis itu dengan kain yang sudah dicelupkan ke air hangat dan menyelimutinya dengan selimut.

Setelah menghabiskan waktunya dengan berendam air hangat, Scorpius keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk yang melilit bagian pinggang hingga lutut.

Tetesan air merintik dari rambutnya yang masih basah. Pemuda itu mendekati ranjang yang di mana bajunya sudah disiapkan oleh Jiera. Tidak pikir panjang ia langsung memakai baju tersebut.

Cursed PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang