05. Snow Fever

33 3 0
                                    

"Ada apa dengannya?" tanya Jiera, wajahnya menyiratkan keresahan, takut terjadi sesuatu pada sang Pangeran.

"Dia membabi buta semalam, ia terus menabrakkan diri di dalam sel, karena itu tubuhnya lebam," jawab Alix di sana.

Scorpius meringis sakit akibat luka lebam di sekujur tubuh, ia seperti orang yang tengah mengigau saat tidur. Ia terus meracau tidak karuan. Tiga orang di samping ranjangnya sedang kalut, tidak pernah menyangka kondisi Scorpius akan separah ini.

"Aku akan siapkan air hangat, kulitnya terasa dingin." Jiera melangkah keluar untuk pergi ke dapur, menyiapkan air hangat dan kain untuk Scorpius.

Terletak di bagian dapur, meja makan yang tidak terlalu luas terpasang kokoh meskipun kayunya sudah lama. Rescha beserta Delicia dan Kaesha tengah menyantap sarapan pagi mereka, ditemani roti panggang dan secangkir teh hangat di pagi yang dingin. Tidak jarang ketiganya bercerita sambil melempar candaan.

Saat mendadak ketika Jiera tiba-tiba masuk ke dapur dan menyiapkan air hangat serta kain dengan tergesa-gesa membuat ketiga wanita yang tengah bersantai menjadi kaget. Bertanya mengapa wanita tua itu tampak terburu-buru. "Bibi Jiera, ada apa? Kenapa kau khawatir begitu?" tanya Rescha cepat, begitu melihat wajah Jiera yang kalut.

Namun, Jiera bungkam. Bukannya menjawab ia justru malah pergi lagi seraya membawa wadah air hangat dan kain. Rescha mengernyitkan dahi. Apa yang membuat Jiera sampai tidak mengacuhkannya?

"Sudahlah, Rescha, tidak perlu menghiraukan dia. Setelah ini mari kita memakai mantel dan keluar, kita bermain salju bersama," ucap Delicia.

"Sepertinya menyenangkan, lihat, saljunya sangat tebal," tunjuk Kaesha pada jendela yang menampakkan daerah di luar kastil. Semua berwarna putih karena tertutupi oleh salju. Bahkan langit tidak tampak biru lagi, sebab hari ini adalah hari pertama musim salju.

Seusai acara sarapan pagi, mereka bertiga bersiap memakai pakaian musim dingin : mantel bulu tebal, sarung tangan, dan beanie (kupluk kepala).

"Kau harus memakai syal juga, di luar akan sangat dingin." Kaesha mengalungkan syal berwarna krem kepada Rescha.

"Kalau sudah, ayo kita pergi!" seru Delicia, dibalas sahutan oleh keduanya. Mereka pergi lewat pintu belakang.

Saat sepatu boots miliknya bersentuhan dengan salju yang padat, kaki Rescha sedikit amblas, meski begitu ia tetap keluar sambil berlarian.

Sementara itu, Jiera tengah membersihkan tubuh Scorpius yang matanya masih terpejam. Pemuda itu tidak lagi meringis, sepertinya tertidur karena kelelahan. Usai membersihkan dengan air hangat, Jiera memakaikan kemeja putih untuk Scorpius, kemudian kembali menyelimutinya dengan selimut. Setelah itu, Jiera membereskan bekas tadi. Ia lalu keluar kamar dan menutup pintu. Membiarkan Scorpius beristirahat dengan tenang.

Ketika sampai di dapur, ia melihat meja makan yang masih terdapat beberapa roti panggang, teko teh hangat, dan tiga bekas cangkir teh. Mendengar suara bising dari luar, Jiera menoleh ke arah jendela dan menemukan tiga wanita yang sedang asik bermain salju. "Dasar anak-anak nakal, mereka tidak memberesi bekas mereka dulu sebelum pergi bermain," gerutu Jiera dengan senyum tipisnya.

Bergegas, Jiera pergi ke pintu belakang. Angin dingin masuk ketika ia membuka pintu, tanpa memakai baju tebal, ia benar-benar menggigil saat ini. "Hei, kalian!" teriaknya diambang pintu, seraya menaruh kedua tangan di pinggang. Rescha, Delicia, dan Kaesha menoleh cepat. Akibat teriakan Jiera tersebut mereka menghentikan aktivitas sejenak.

Cursed PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang