Bagian 10

7 1 0
                                    

15 menit kami duduk tanpa satupun obrolan yang berarti. Rex memang menanyaiku beberapa pertanyaan, tapi aku tidak begitu mendengarkannya dan hanya mengiyakannya. Sampai aku mendengar sebuah suara cekrekan.

ckrek..

ckrek..

Aku menatap kearahnya, kulihat Rex sedang memotretku. 

"H-hey,, hentikan, aku pasti terlihat buruk saat ini" Ujarku.

Iapun berhenti memotret kemudian menjawab. 

"Mmm.. setuju, sejauh ini, hasil jepretannya yang terburuk" ujarnya.

Aku melengkungkan bibirku membuat ekspresi sedih.

"Jadi mengapa kamu tidak tersenyum dan membuatnya lebih baik? Kamu terlihat lebih manis saat tersenyum" 

Aku terdiam, rasanya ada sedikit udara segar yang masuk perlahan meniup awan hitam dihatiku. 

'Tidak,,, tidak bukan begini seharusnya'

"Kamu,, tidak seharusnya memuji demikian pada seseorang wanita,,,,, sedangkan engkau telah memiliki seseorang untuk dijaga hatinya" Batinku

"Rex,, aku rasa ini tidaklah benar" ujarku

"Apanya Mia?"

"Kamu,, memujiku,, padahal aku.. melihat.." "kamu dengan wanita lain saat itu.." ujarku mengecilkan suara dan menunduk.

"Ada apa? aku tidak mendengarmu Mia"

Aku menggigit bibir bawahku pelan berusaha menyembunyikan kata-kata yang mungkin akan keluar kapan saja.

Tapi daripada itu, aku memutuskan untuk menggeleng dan menerima kenyataan. Aku rasa aku masih ingin dekat dengannya sebagai teman dan mengabaikan rasa sakit hati sementara ini.

"Tidak apa Rex,, sepertinya perut lapar yang membuatku kurang fokus" balasku sembari tersenyum kearahnya.

Iapun membalas senyumanku.

"Kalau begitu,, apa kamu ada tempat yang mau kau tuju? Kamu telah menyambutku dengan baik saat berada ditempatmu. Sekarang izinkan aku membalasnya. Dan lagi, kamu sudah jauh-jauh datang kemari untuk membawakan kameraku yang tertinggal" Ia menengok, menatapku dengan dalam sehingga seolah aku tenggelam dalam tatapannya. Senyumannya menyihir diriku untuk ikut melengkungkan kedua ujung bibirku.

"En..tahlah? apa kamu punya rekomendasi tempat untuk aku kunjungi?" Tanyaku.

"Ada banyak sekali, Mia. Tapi jika kamu mengizinkan, aku ingin mengambil sunset dipantai senja ini" ujarnya.

Aku mengangguk setuju. 

---

Hari ini, kita melakukan banyak hal. Akupun sempat mencari cangkang kerang dan bermain pasir. Rex memintaku untuk melihat kearahnya dan mengambil beberapa  potret diriku. Walau aku masih malu dan kaku, Rex selalu bilang hasilnya cukup bagus. Dia tidak menyuruhku melakukan banyak pose, aku hanya diminta untuk melakukan hal biasa dan dia akan mengambil gambarku secara natural, candid katanya.

Saat itu kebetulan rex membawa 2 kacamata snorkeling. yang satu memang sudah lama jadi ia membawa cadangan. Dia memberikanku kacamata yang bagus namun aku menolaknya, kubilang, lagipula aku tidak bisa berenang. aku hanya akan melihat didekat daratan dan tidak terlalu jauh. Dengan berat hati Rex menerimanya. Rex cukup pandai berenang. sesekali ia mengajariku, menawarkan tangannya untuk jadi pegangan saat aku meluruskan badanku dan mulai mengayunkan kedua kakiku. Kita melakukan semua itu tak jauh dari pantai ditepian yang cukup dangkal.

Sudah 30 menit kita bermain didalam air. Rexpun teringat akan sesuatu.

"Oh ya, kamu bilang sebelumnya lapar kan Mia? maaf saya lupa dan malah keasyikan bermain" Ujarnya.

"Oh tidak apa, lagipula aku juga menikmatinya" balasku. Walau sebenarnya lapar hanyalah alibi.

"Kalau begitu tunggulah sebentar disini, aku tau kamu pasti kelelahan setelah bermain. Aku akan kembali dalam 15 menit untuk membeli beberapa kudapan dan mineral" ujarnya begitu kami sampai ditepian dan memberikan handuk kepadaku.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum sambil melepas kepergiannya. 

'Mungkin ada yang bisa kulakukan sembari menunggunya kembali' pikirku

Akupun memakai kembali kacamata snorkling dan mulai berjalan kedalam lautan. Aku ingin berlatih sebentar lagi, hanya sebentar. Atau mungkin aku bisa menemukan ikan yang bisa dimakan jika aku berjalan sedikit lebih dalam. Tanpa pikir panjang, aku mulai berenang. Awalnya semua berjalan dengan lancar. Namun lama-kelamaan langkahku semakin berat. bahkan kakiku semakin jauh dari daratan. Aku mencoba tenang dan mengayuh kaki seperti yg baru saja diajarkan Rex kepadaku. Namun, semakin aku mengayuh kurasa aku semakin jauh dari daratan. Disaat yang bersamaan karet kacamata yang kukenakan putus. Membuatku semakin panik karna tidak bisa melihat dengan jelas.

Dan hal terakhir yang kuingat adalah... remang-remang cahaya putih dengan sosok wanita yang terlihat buram.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bitter LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang