Bagian 2

37 2 0
                                    

Kringg..
Kringg..

Aku terbangun dari tidurku. Rasanya,kemarin bagai mimpi saja. Setelah 5 tahun lamanya akhirnya aku bertemu lagi dengan cinta pertamaku di masa sekolah, Rex.

Gambaran samar memory dengannya mulai muncul bagaikan potongam film pendek. Hari dimana aku bertemu dengannya saat ia berkunjung ke sekolahku. Ya, kami tidak satu sekolah. Namun selepas kejadian itu entah memang takdir atau kebetulan kami saling bertemu. Entah itu di swalayan, tempat belajar, maupun tempat makan.

"Ah.. Hari ini aku harus mencuci."
Gumamku.

Akupun kebelakang dan mulai mencuci. Seseorang mengetuk ngetuk pintu beberapa kali.

"Iya sebentar.."
Aku mengikat rambut sambil berjalan keluar. Bajuku sedikit basah karena air.

"Ah... letta—"
Aku melihat seorang pria disampingnya.

"Rex..?"
Tanyaku.

Pria itu tersenyum hangat, seperti fajar yang kurasakan beberapa waktu lalu.

"Saya belum sempat bertanya dimana kamu tinggal, hehe."
Dia tertawa kecil.
Oh tuhan.. manis sekali.

Akupun mempersilahkan mereka untuk masuk, namun letta menolak halus karena ia harus mengantar susu. Ia pergi sembari mengedipkan mata.

Aku mempersiapkan beberapa potong roti dan susu segar beserta madu.

"Silahkan rex.. maaf, hanya ini yang aku punya saat ini."
Ujarku sedikit menyesal karena belum berbelanja.

"Hey.. tidak perlu repot, tapi terimakasih. Saya masih bingung dengan kota dan tempat-tempat penyedia bahan pokok."
Ujarnya kemudian mengambil selembar roti.

"Ah.. aku.. em,.. kalau kau tidak sibuk aku bisa menemanimu berkeliling ?"
Apa yang kukatakan..

Rex tertawa kecil.
"Hey.. itu kalimat saya."
Iapun mengangguk setuju.

"Tunjukkan.. Hal-hal menakjubkan itu, oke ?"
Balasnya dengan tatapan sejuk.

"K-kalau gitu a-saya ingin berganti pakaian dulu, boleh ?"

Rex mempersilahkanku untuk mengganti pakaian sementara ia melanjutkan sarapannya. Aku membuka lemariku dan mencari baju yang kiranya cocok namun tidak begitu mencolok.

 Aku membuka lemariku dan mencari baju yang kiranya cocok namun tidak begitu mencolok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Maaf... lama.."
Ujarku.

"Kau terlihat..."
Rex berdiri begitu melihatku siap.

"Iya ?"
Aku.. sedikit berharap, duh.

"Seperti biasanya, mia."
Kemudian rex mengambil piring dan gelas yg telah kosong.

Akupun menghampiri rex dan mengambil piring dan gelas tersebut.

"Tidak apa rex.. aku saja."
Aku berbalik. Jujur... sedikit kecewa.

Setelah mencuci piring dan menjemur akupun mengantar rex berkeliling.

Kami berjalan berdampingan. Saat ini di pasar sangat padat, sehingga sedikit sulit untuk tetap dalam irama kaki yang sama.

"Mia."
Ia menatapku sebentar.

"Boleh saya minta tanganmu,?"

Aku memberikan tanganku, kemudian ia menggenggam erat dan mulai menerobos kerumunan. Aku hanya mengikuti langkah tanpa menggenggam balik tangannya. Rasanya... jantung dan waktu di sekitarku begitu lambat dan kerumunan terdengar sunyi.

Sampai di ujung keramaian aku tetap terdiam. Tak bisa kubayangkan seperti apa ekspresiku saat itu. Tiba tiba rex tertawa.

"Haha.. Saya tidak pernah ke pasar. Jadi tiap hari kau harus melewati semua ini ?"
Tanya rex.

Aku mengangguk, masih belum bisa berkata-kata.

"Itu sedikit berbahaya. Sebaiknya, lain kali kau mengajakku jika ingin ke pasar, mia."
Tawarnya.

Aku mengangkat wajahku menatap senyuman yg telah terukir indah diwajahnya. Dan mengangguk.

"I iya.."

Oh harusnya aku menolak karena terlalu merepotkan bukan ?

Ia terkekeh dan mengusap pelan rambutku.

● ● ●

Akhirnya aku pulang. Rex mengantarku hingga depan rumah. Rasanya tak ingin hari ini berakhir secepat ini.

'Tunggu.. kenapa aku begitu senang ?'
Gumamku.

Aku menggeleng dan menepuk pipiku beberapa kali.

'Tidak tidak. Jangan merusak kebersamaan ini dengan perasaan masa lalu yang semu itu."

Aku menghela nafas dan membaringkan tubuh diatas kasur.

"Tapi aku rasa.. Aku boleh menyukainya sebagai teman ?"
Aku menutup mata dan tertidur.

Bitter LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang