10

1 1 0
                                    

Happy Reading...

Flysa berangkat ke sekolah naik sepeda seperti biasa. Kakinya sudah sehat untuk digunakan beraktivitas. Pangeran berada di belakangnya menggunakan sepedanya sendiri sembari mengawasi Flysa.

Jam di tempat pos satpam sekolah menunjukkan pukul 06.10 WIB. Flysa sengaja datang pagi-pagi untuk menghindari keramaian.

Ada beberapa siswa maupun siswi yang udah datang, dan mereka sedang menatap dirinya. Setidaknya hanya sedikit, entah seperti apa jika ia berangkat seperti biasanya dan bertemu dengan banyak siswa. Tatapan mereka sungguh mengerikan bagi Flysa.

Ia menaruh pantatnya di bangkunya setelah berpisah dengan Pangeran. Ia mengeluarkan cermin dan mengecek matanya. Untung saja matanya sudah tidak terlalu bengkak akibat ia menangis lama tadi malam.

"E yow artis dadakan, kabar baik kan?" Sapa Drake. Dirinya duduk di bangku yang berada di depan Flysa.

Flysa menaruh kacanya secara kasar, "Lo yang punya akunnya kan?!" Ia mulai mengintimidasi.

"Ngga lah, ngapain gua ngeposting kayak gitu, ngga guna. Mending post kegantengan gua" jawab Drake.

Flysa menghela napas panjang-menaruh kepalanya di meja menghadap jendela, "Siapa ya kira-kira?"

"Ngga usah dipikirin, ntar juga dah basi buat dijadiin topik" Sahut Drake. "Nanti mau pergi main?" tanyanya.

"Ngga mood" jawab Flysa lesu.

"Maka dari itu, biar moodnya balik" balas Drake yang hanya mendapat  deheman dari Flysa.

"FLYSA, GUA TELPON KEMAREN KENAPA NGGA DIJAWAB?!?!?!" Sheyla yang baru datang langsung marah-marah.

"Ya ngambek lah, kemaren ngga jadi main" jawab Flysa asal.

"Ya sorry, kirain lo butuh waktu buat sendiri" Sahut Sheyla, "Lo gapapa kan"  lanjutnya.

"I'm oke" Flysa tersenyum paksa.

Sheyla terdiam, "Flysa?"

Panggilan dari Sheyla membuat Flysa sedikit was-was, jatungnya berdetak dengan cepat. Tak mungkin perbedaan matanya terlalu kentara bukan?

"Lu habis ngupil?" Goda Sheyla.

Reflek Flysa memegangi hidungnya dan berlari ke toilet. Sheyla yang melihat hal tersebut tertawa jahat. Drake yang berada di dekatnya hanya memperlihatkan ekspresi datar untuknya.

***

"PANGERAN!!!!" Seorang gadis berlari menghampiri Pangeran.

Ia terhenti di depan sebuah meja, mencoba mengatur nafasnya, "I-ini temenmu kan?" tanyanya sambil memperlihatkan isi ponselnya.

"Iya" jawab Pangeran singkat.

"Kenapa wajah lelakinya diblur ya? Itu membuat kesalahan jatuh pada temenmu karena identitas pria ngga diketahui" ujar Rahel.

"Itu aku, siswa yang diblur" ucap Pangeran dengan santai.

"Heehhh....serius? Terus kenapa muka kamu diblur? Dia kira kamu penjahat apa sampai diblur seperti itu?!" geram Rahel.

"Sangat kentara kalau dia cuma mengincar Flysa, seorang" ujar Pangeran yakin.

***

Flysa membasuh wajahnya sembari menahan kesal pada Sheyla. Ia menatap pantulan dirinya di cermin.
"Awas ya kau Sheyla anaknya pak Hartono" geram Flysa. Tetapi akhirnya dia tersenyum. Dalam hati ia berterimakasih kepadanya. Berkat dia, dirinya bisa melupakan masalahnya walaupun hanya beberapa menit.

Suara langkah kaki terdengar mendekat. Flysa yang mendengarnya segera bersembunyi di salah satu bilik toilet. Terdengar suara pintu terbuka diikuti gelak tawa beberapa siswi.

"Kocak banget cewek itu. Baru tahun pertama udah pacaran, berani banget dia" salah satu dari mereka berbicara. Mau tak mau Flysa yang berada di dekatnya harus mendengar ocehan mereka tentang dirinya.

"Salut sih, sama nyalinya"

"Salut apanya. Dia cuma merusak nama baik sekolah bodoh" yang lain menimpali.

"Iya, apalagi dia kayak nyaman-nyaman aja di gendong cowoknya. Iiiuuhh, kalau gue udah geli duluan walaupun cuma deket di samping cowok"

"Itu mah lu nya yang ga beres, hahahaha..." Mereka tertawa dan tawa tersebut di dengar oleh Flysa.

Perlahan tawa tersebut menjadi tawa canggung.
Entah apa yang terjadi, toilet kembali hening setelah beberapa detik yang lalu dipenuhi suara tawa. Tidak ada suara pintu terbuka yang artinya mereka belum keluar.

"Hampir bel nih, ke kelas yuk" salah satu dari mereka memecah keheningan dan mengajak teman-temannya kembali ke kelas.

Suara pintu dua kali terdengar, membuat Flysa menghela napas lega. Ia membuka bilik toilet dan terkejut dengan keberadaan mereka. Mereka masih berada di toilet seakan menunggu kemunculannya.

"Tuh kan bener, ada orang lain" ucap yang paling pendek.

"Bentar, dia itu bukannya yang-"

Sebelum orang itu melanjutkan ucapannya, Flysa lebih dulu melewati mereka dan bergegas pergi.

Ia berjalan menuju ke arah belakang ruangan laboratorium. Beberapa kali ia mencoba manghapus air matanya yang terus mangalir.

Ia mencoba yang terbaik untuk tidak mengeluarkan suara isakan tangisnya yang menyedihkan. Tangisan yang seakan meminta perlindungan dari para ksatria pada cerita dongeng.

Ia terduduk, mencabuti rumput yang ada di dekatnya. Melampiaskan kemarahannya pada rumput-rumput tak bersalah.

"Wahh, bisa-bisa tempatnya langsung bersih nih"
Suara dari arah atasnya membuat ia terlonjak kaget.

Seseorang sedang memperhatikannya dari salah satu jendela laboratorium yang terbuka. Wajahnya yang tenang membuat Flysa harus berkedip kagum beberapa kali.

Sesaat ia menghilang dari pandangan lalu muncul kembali sembari menjatuhkan tisu ke arah Flysa.

"Cepat bersihkan ingus matamu, bel akan berbunyi sebentar lagi" Ia pergi setelahnya.

Flysa hanya bisa memandangi sebungkus tisu yang masih tersegel. Ia masih tidak habis pikir dengan raut wajah orang itu yang tak lain adalah kak Ian, anggota osis yang mirip dengan Iqbaal Dhiafakhri. Raut wajah yang ia perlihatkan saat ini berbeda dengan saat MPLS. Iya, terasa berbeda.
.

.

.

802 words
:v

JUNIOR HIGH SCHOOL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang