11. You Never Walk Alone

1 1 0
                                    

Happy reading walaupun ngga ada yang reading :v

.
.

Selesai pelajaran pertama, Flysa benar benar tidak berniat untuk ke kantin tetapi perutnya yang keroncongan memaksanya. Ia tak ingin mendengar orang-orang yang membicarakannya. Sheyla yang peka menawarkan jasanya.

"Mau titip?" tanya Sheyla.

Flysa tersenyum, "Roti selai ubur-ubur sama es teh satu"

"Emang ada selai ubur-ubur?" bingung Sheyla tak yakin.

"Ada, tapi harus ketemu Spongebob dulu" Flysa memamerkan giginya.

Sheyla mengepalkan tangannya kesal. Chyntya menyentuh pundak Sheyla, "maksud dia itu, selai blueberry"

"Apa hubungannya selai ubur-ubur dengan selai blueberry?" tanya Sheyla kepada Chyntya sembari beranjak meninggalkan kelas.

"Ada" ujar Shyntya pendek.

"Kasih tau dong, aduh" tak sengaja Sheyla menabrak seorang pria.

Pria itu hanya melihat mereka berdua sekilas dan melewati mereka tanpa meminta maaf. Sheyla yang kesal dengan kelakuan pria itupun menghadangnya tepat di depan kelasnya.

"Minta maaf dulu, baru boleh lewat" ucap Sheyla gigih.

"Apa ada yang namanya Flysa?" tanya pria itu menghiraukan Sheyla.

"Oyy...kenapa cari dia? Kau juga mengabaikanku"

Flysa mengangkat tangannya

"Kamu disuruh datang ke ruang bimbingan konseling" pria itu berjalan pergi setelah melakukan tugasnya.

Sheyla tercengang dengan ucapan pria itu, begitu pula Flysa. Ia menurunkan tangannya perlahan dengan ekspresi gelisah.

***

Flysa duduk dengan gelisah di depan seorang guru yang sedang mengutak-atik benda pipih. Tak lama, guru tersebut memperlihatkan foto yang baru-baru ini di perbincangkan. Dengan susah, Flysa menelan salivanya. Ia hanya diam, tak ingin berbicara sebelum gurunya memerintah.

"Siapa cowok di foto itu? Siswa sekolah kita?" Guru tersebut melontarkan pertanyaan yang jelas-jelas bisa terlihat dari seragam yang ada di foto.

Flysa ragu untuk menjawab. Ia tidak tau apa yang kan terjadi jika ia jujur ataupun berbohong. Ia bukan dukun yang bisa meramal masa depan.

Sebelum Flysa menjawab, seseorang telah mendahuluinya. Pangeran berjalan mendekat dan duduk di sampingnya, "Saya laki-laki yang ada di foto itu pak" Pangeran menegaskan. Tanpa diminta, ia menjelaskan apa yang terjadi secara detail.

Di sini Flysa merasa menjadi orang yang sangat rapuh sampai harus memerlukan orang lain untuk membantu menyelesaikan masalahnya. Hidungnya terasa panas dan matanya mulai kabur akibat air mata yang berlinang. Ia menundukkan kepalanya dan mencuri moment untuk menghapus air matanya.

Selang beberapa lama, mereka keluar di ikuti salam hormat untuk para guru yang berada di ruangan. Mereka berhenti di anak tangga dekat ruangan tersebut. Flysa terduduk lesu, dirinya harus menjalani sukarelawan di perpustakaan selama seminggu  tentu dengan Pangeran karena secara tidak langsung mereka telah menjelekkan nama sekolah. Walaupun kebanyakan orang luar tidak melihat postingan tersebut.

Pangeran memberinya sebotol air mineral. Entah dari mana Pangeran mendapatkannya, Flysa tetap menenerima untuk menenangkan dirinya sendiri. Flysa menutup botol kasar setelah meminum beberapa tegukan.

"Kalau saja ngga ada foto itu, pasti kita ngga bakal dikasih hukuman kayak gini. Ck, siapa sih yang punya akun itu? Pingin gua pukul rasanya. Tangan gua udah gatel banget" ucap Flysa sembari meremas gemas botol minuman yang ia pegang.

"Ingat tempat Sa, kita masih di samping ruang bk" bisik Pangeran. Flysa berdecih kesal, "ke kelas aja, dari tadi bel masuk udah bunyi" ajakan Pangeran di-iyakan Flysa tanpa protes.

***

Hari berganti malam, lampu-lampu mulai dinyalakan, entah itu lampu rumah mereka atau lampu jalan. Jalan raya masih ramai seperti biasanya. Entah itu kabar baik atau buruk, tetapi tanpa suara klakson dan suara kendaraan, tepat itu akan seperti mall yang kehilangan penghuninya.

Saat ini penampilan Flysa sangat tidak terkondisikan. Lebih tepatnya wajahnya. Bagaimana tidak, dirinya dan juga Drake hanya menjadi nyamuk diantara kakak Drake-kak Dion- dan juga pacarnya. Mereka sama sekali tidak dibolehkan ini dan itu.

Satu jam yang lalu, Drake menarik paksa Flysa untuk pergi jalan-jalan. Ibunya yang juga merasa anaknya kurang semangat juga ikut mendukung dengan syarat ada orang dewasa yang menemani sehingga seperti saat inilah situasinya jika bersama orang dewasa. Menjadi nyamuk yang tak diinginkan.

Sesekali Flysa menggigit corndog yang ia pegang dengan emosi. Drake hanya bisa tersenyum miris karena ekspektasinya yang bakal seru-seruan menjadi garing seperti ini.

"Ayolah, kita juga ingin mencicip ini dan itu" keluh Flysa. Banyak sekali jajanan yang menanti mereka.

"Ngga boleh nanti kalian ngilang gimana? Kalian itu tanggung jawab kaka, kalau kalian ngilang yang salah di sini pasti kakak" ucap kak Dion.

"Bodo ah, yang penting yang salah kakak, bukan kita" Drake menarik tangan Flysa untuk berlari meninggalkan kakaknya.
Memang tak bisa lepas, kak Dion dan pacarnya mengejar. Drake dan Flysa berpencar untuk membeli jajanan yang sedari tadi mereka incar. Dua orang dewasa tersebut kewalahan. Mereka tidak bisa menyelip di antara kerumunan seperti dua bocah itu.

Yah...setidaknya keadaan menjadi lebih seru. Adrenalin yang ada pada tubuh mereka meningkat ketika mereka hampir tertangkap. Terkadang juga mereka tertawa ketika kak Dion dan juga pacarnya ngos-ngosan.

Mereka berempat duduk lesehan di padang rumput yang luas. Tak hanya mereka yang berada di padang rumput itu. Banyak pengunjung lain yang juga lesehan sembari menikmati pemandangan langit yang dipenuhi bintang.

"Kita lupa beli minuman, padahal itu yang paling penting saat ini. Biar aku yang beli" ucap kak Dion siap-siap untuk membeli minuman.

"Ikut" Drake mengikuti kakaknya yang sudah jauh.

Pacarnya kak Dion—kak Veli—tersenyum memandangi punggung kakak beradik tersebut. Sedangkan Flysa merebahkan diri. Lama ia menatap langit sampai kak Veli mengajaknya berbicara.

"Kamu mau yang mana dulu?" tanya kak Veli.

Disampingnya ada martabak manis, martabak telur, telur gulung, sosis bakar, kue beras, dan jajanan lainnya.

"Nanti aja deh kak, nunggu kak Dion sama Drake" jawab Flysa.

Kak Veli terlihat merogoh sakunya, mencari benda yang sering ia pakai. Earphone bewarna hitam terlihat seiring kak Veli menarik tangannya. Ia menyambungkan ke telepon genggamnya dan menyumpalkan salah satunya ke telinga Flysa. Ia juga memakainya dan menyetel sebuah lagu dan berbaring.

"Gimana lagunya? Suka?" tanya kak Veli setelah 1 menit lagu itu terputar.

"Suka kak. Kayaknya tadi ada rapper yang nge-rap pakai nada tinggi ya?" tanyanya.

"Judul lagunya never walk alone" ucap kak Veli tanpa mengubris pertanyaan Flysa.

Akan tetapi ucapan dari kak Veli mengambil perhatiannya. Entah mengapa, ia merasa lagu ini ditujukan kepada dirinya.

"Pemeran utama di lagu ini bisa bertahan karena seseorang yang selalu menyemangatinya. Mungkin jika tidak ada orang tersebut, dirinya akan terus berada dalam keterpurukan" jelas kak Veli.

Yang awalnya menatap langit, kak Veli kini menatap dirinya amat dalam,"Kamu juga butuh orang itu Sa" kak veli tersenyum dan menepuk kecil bahu Flysa beberapa kali.

Flysa menghela napas, mengeluarkan beban-bebannya yang sangat mengganggunya. Ia sedang menikmati momen menyenangkan ini. Ia tak ingin momen langka ini hancur. Ia menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya.

Benar kata kak Veli. Dirinya butuh orang itu, dan itu adalah teman-teman yang dapat diandalkan, mengapa dia harus terlarut dalam hal yang tidak jelas?

Tanpa sadar, Flysa menertawakan kebodohannya sendiri.


.

.

Terimakasih readers ghaibku karena sudah ingin membaca cerita saya😊😊

JUNIOR HIGH SCHOOL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang