Aku terus merasakan hangat yang menggenggam tangan mungil ku. Memberi ku rasa ketenangan saat hati ini merasakan rasa sakit lagi untuk kesekian kali nya.
"Ajari gua untuk melupakan nya ki, gua capek terus-terusan merasakan sakit tapi seolah gua baik-baik aja" aku menatap riski dengan mata yang sudah berkaca kaca. Memukul dada ku dengan sebelah tangan yang tak di genggam riski, memukul untuk menghilangkan rasa sesak yang terus saja datang.
Sutt..
Memeluk ku dalam rengkuhan hangat sambil membawa tangan besar nya ke arah rambutku. Mengelus nya dengan amat sangat lembut.
Riski tak membalas ucapan ku.
"Ki?" Aku mendongak ke arah riski
"Apa gua ngga pantas untuk di cintai? Apa gua ngga pantas untuk merasa bahagia? Apa gua ngga pantas untuk jantuh cinta"
Riski memeluk ku semakin erat seolah memberi kekuatan dan rasa cinta mengganti iyan yang tak membalas rasa cinta ku.
Apa aku boleh menyalahkan mengapa aku harus jatuh cinta dengan nya.
"Joy?" Panggil riski dengan suara khas pria, melepaskan sebelah tangan nya yang memeluk ku, membawa tangan itu ke wajah ku yang penuh dengan air mata, mengusap dengan teramat lembut bagai permata yang sangat berharga
"Apa lu mau melupakan iyan"
Aku mengangguk. Mengiyakan ucapan Riski.
"Coba buka hati lu buat gua, gua bakal kasih kebahagian yang ngga iyan kasih, gua bakal bikin lu jadi ratu di hati gua, gua ngga bakal bikin air mata lu mengalir deras kecuali air mata kebahagiaan"
Dengan refleks aku menatap riski, ngga mungkin kan riski berbicara begitu.
"Kik, kita kan sahabat ngga mungkin lah gua buka hati buat lu, kalo gua di sakiti lu nanti gua curhat kemana"
"Cerita ke gua. Biar gua tau letak salah gua di mana dan bisa memperbaiki nya"
Riski menatap ku dalam yang membuat ku gugup. Aku mendorong wajah riski supaya sedikit menjauh. Ayolah aku tak kuat dengan tatapan riski yang sekarang ini, riski sekarang sungguh berbeda.
Di mana riski ku, ini bukan riski sahabat ku.
Menggigit bibir dalam dan rasa sedih yang entah hilang kemana, sudah di ganti kan rasa heran atas ucapan riski.
Riski seperti mabok tangisan ku.
"Jadi buka hati lu yah buat gua?" Ucap riski
"Lu cinta sama gua" tanya ku. Aku tak mau membuka hati kepada orang yang tak mencintai ku, aku takut saat hati ini sudah membuka dan terlalu menginginkan ia menjadi rumah aku takut rumah itu pergi mencari pemilik yang lain dan meninggalkan ku seorang diri.sama seperti iyan saat aku nyaman dengan nya ia malah pergi.
Riski hanya tersenyum mendengar ucapan ku lalu mengusap pipi ku dengan lembut. Tidak membantah atau memberikan jawaban atas ucapan ku.
"Udah jam 21.00" ucap pria yang melihat jam melingkar di pergelangan tangan kekar yang di penuhi tato. Membuat seorang wanita yang sedang berada di dekapan nya tersentak kaget.
"Really?"
"Serius,lihat aja nih" pria itu membawa tangan nya ke depan wajah wanita yang masih terlihat tidak percaya karena waktu yang berputar begitu cepat
"Pulang yok, udah malam ngga baik buat cewek, takut nanti ortu lu khawatir anak gadis nya belum balik" cowok itu merangkul sang wanita membawa ke dekapan nya untuk membuat tubuh sang wanita nampak hangat dari udara malam.
Terlihat seorang gadis yang masih membuka mata nya padahal sang malam masih berjaga. Tapi gadis itu nampak memikirkan sesuatu di balik otak kecilnya.
Berguling ke sana ke mari untuk mendatangkan kan kantuk tapi tak berhasil. Dengan rasa kesal ia duduk dan mengacak-ngacak rambutnya yang sekarang nampak kusut.
"Aaaaaaaa" jeritnya yang tertahan supaya sang penghuni rumah lain nya tak terganggu
"Pliss pergi dari pikiran gua, yang lu suka itu iyan bukan riski. Jadi lupakan oke" ucap sang gadis yang menenangkan diri sendiri
"Aaah ngga bisa, gara-gara riskinjinggg ngomong yang ngga-ngga jadi kepikiran terus kan gua"
Membuang napas lelah gadis itu lalu beranjak bangun mengambil sebuah handphone yang tadi di lempar ke sebuah sofa di kamar nya.
Membuka pesan dari riski yang sejak tadi belum ia balas. Mau membalas nya pun ia bingung mau membalas apa.
Senin pagi.
Joy berjalan nampak lesu dengan kantong mata yang berwarna hitam seperti hewan khas negara china. Berjalan dengan gontai seperti makhluk zombi. Oh ayolah ia semalam tak tertidur dan baru pukul 5 ia tertidur tapi pukul 7 ia sudah di gembreng-gembreng sama sang bunda yang menyuruh nya untuk bangun.
"Oh my god, ada apa dengan mata lu joyy" teriak sang wanita saat joy sudah berada di kelasnya
Joy hanya menggeleng lesu. Lalu menelungkupkan kepala ke meja.
"Gua butuh tidur" gumam nya dengan pelan tapi masih di dengan oleh wanita yang berada di samping nya.
"Lu begadang?"tanya si wanita
Joy hanya mengangguk membenarkan perkataan orang di samping nya
"Bego, udah tau pagi nya sekolah tapi malah begadang nyari hukuman aja lu joy" kesal si wanita.
Semakin ku coba ku usir, semakin berkeliaran di pikiran.~~Joya
Bersambung...
![](https://img.wattpad.com/cover/315485060-288-k531135.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Teach Me
RastgeleDia laki-laki nakal yang selalu bertahan dalam rasa sakit yang selalu datang saat mulut ku bercerita. Lalu berkata dengan tegar untuk menghiburku menghilangkan luka, nyatanya ia pun terluka. "Aku tidak seperti senja tapi aku seperti bayangan yang se...