The 1st Time I Met Him.

2.1K 213 16
                                    

rumah sakit di tengah malam, biasanya selalu dekat dengan sesuatu yang menyeramkan. entah karena suasananya yang suram, atau fakta bahwa tempat ini merupakan ruang favorit bagi mereka yang telah kehabisan waktu untuk pergi kearah kematian.

sebuah tangan besar mengusap dinding lembab lorong rumah sakit sembari terus berjalan. pria berambut kuning ini tak punya tujuan. perjalanannya dimulai karena rasa bosan, dalam hati berangan, bagaimana jika di rumah sakit ini ia bertemu dengan individu lain yang bisa dijadikan teman.

karena demi Tuhan, hampir seumur hidup Jay menghabiskan waktunya di tempat ini dan tak sekalipun ia punya teman. apalagi pasangan.

kehidupannya hanya berputar dalam kegiatan-kegiatan membosankan. hal-hal menyenangkan hanya bisa terjadi dalam angan.

dan sepertinya akan selalu menjadi angan.

"Jaeyeol-ssi?" lamunannya hancur begitu sebuah suara renta menginterupsi, pun saat diteliti, sosok yang dipanggil Jaeyeol kini berhadapan dengan seorang petugas kebersihan. umurnya sudah begitu senja namun ia malah sibuk membersihkan rumah sakit ini sendirian.

'Kasihan.' pikiran itu muncul tanpa diminta, dan di detik berikutnya, Jay terkekeh. berpikir bahwa ia seharusnya mengasihani dirinya sendiri. dengan pakaian khas rumah sakit yang menempel di tubuhnya Jay kehilangan haknya untuk meninggalkan tempat ini, sedangkan petugas kebersihan itu masih memiliki hidup yang pantas dijalani sampai mati.

Melihat Jay yang tiba-tiba terkekeh membuat ia merinding, lantas segera ia menyampaikan pesan. "Nak, kau 'kan tahu pasien dilarang keluar di malam hari?"

Jay mengangguk paham. Jay telah hidup sebagai tawanan abadi tempat ini selama bertahun-tahun. mustahil ia asing dengan peraturan yang ribuan kali ia dengar.

'Kasihan.' kini giliran si pria tua yang mengasihani si tampan, 'Padahal tubuhnya terlihat baik-baik saja-untuk orang seusianya, malah bisa disebut sempurna. namun ia harus tinggal di sini karena ayahnya. gangguan komunikasi yang di deritanya, tidak bisa sembuh.. tapi seharusnya mereka membiarkannya saja! lingkungan yang baik mungkin bisa membantunya! kalau begini 'kan masa mudanya jadi terbuang sia-sia.' lanjutnya.

"Nak, berapa umurmu?" pria itu bertanya ramah, dan Jay menunjukkan angka tujuh belas dengan jarinya.

sebelum pria tua itu sempat merespon, ribut sirine terdengar kian mendekat dengan suaranya yang begitu menarik perhatian. suara bising bagaikan melodi yang hampir di dengar Jay setiap hari, sudah tak menarik lagi.

namun untuk sebagian lagi, selalu mencari-cari.

wajar jika mereka adalah petugas kesehatan, namun bagi orang lain? Jay hanya bisa diam menertawakan. padahal kadang mereka pun tak benar-benar peduli dan hanya penasaran, namun begitu sirine terdengar, langsung dicari sampai ke akar-akar.

manusia dan rasa penasarannya yang luar biasa. bahkan keingintahuan mereka bukan berdasarkan atas rasa iba, namun sekadar pemuas nafsu penasaran mereka.

busuknya manusia sudah tercium lama, bahkan sebelum mereka terkubur dalam peluk hangat tanah dan serangga yang menggerogoti isi otak mereka.

Jay menarik si petugas untuk berdiri di sampingnya, dengan begitu branker yang mengarah ke UGD bisa sampai dengan segera. pun saat banker berisi seorang pria yang terluka itu melewati mereka, Jay terbelalak akan kecantikannya.

 pun saat banker berisi seorang pria yang terluka itu melewati mereka, Jay terbelalak akan kecantikannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] " And we met. " [ JAYSEOK LOOKISM ] [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang