The 3rd Time I Met Him.

809 142 9
                                    

gelap.

suasana bumi yang disediakan semesta memang begitu cerah, namun untuk Hyungseok yang saat ini sibuk memperhatikan Jay dari jauh, dapat merasakan aura gelap yang terpancar dari pria itu.

'Ada apa?' tanyanya.

semakin pendek jarak diantara mereka, semakin jelas pula pengawasan Hyungseok pada si tuan muda. Jay yang saat ini nampak sibuk dengan rokoknya. itu pun tak hanya satu atau dua, namun beberapa puntung yang tinggal filternya saja, bertebaran di sampah.

dan sebagain besar terlihat masih baru.

"Hyungseok, lebih baik kau tidak berdekatan dengan perkok." perawat wanita itu mengingatkannya. memang menjadi perokok pasif itu berbahaya. namun Hyungseok tak mau diam saja. Jay yang saat ini nampak seolah ditekan oleh sesuatu yang melebihi beban semesta.

"Kalau begitu suster bisa kembali. saya akan jalan-jalan sendiri." Hyungseok tersenyum pada wanita itu, lalu memutar kursi rodanya menuju Jay yang duduk tak jauh. meninggalkan si perawat yang bingung karena perilaku Hyungseok itu--atau mungkin, lebih bisa dibilang ia enggan Hyungseok tinggalkan.

mengincar keberadaan si tampan untuk dinikmati sendiri, Hyungseok justru pergi.

"Jay!" Hyungseok memanggil dengan ceria, persis seperti biasanya. Jay pun menoleh, dan senyum itu seketika merekah. ia mematikan rokoknya--terlepas dari sisanya yang masih cukup banyak sebelum ia kemudian segera membawa Hyungseok menjauh agar tak menghirup kepulan asap yang kini telah menyatu dengan udara.

"Kenapa tidak pernah main lagi?" Hyungseok bertanya, membiarkan Jay pergi membawanya meski agak bingung karena sikap si tuan muda yang tiba-tiba berubah cerah.

Jay menunjuk pada sebuah bangku yang dekat dengan pusat taman bunga, berniat mengalihkan pembicaraan selagi meminta Hyungseok melalui isyarat untuk bicara di sana saja.

pun saat mereka sudah sampai di sana, Jay duduk dengan Hyungseok yang dia letakkan di sisi bangku bersama kursi rodanya. menunjuk pada taman bunga, seolah bertanya, 'Mau kupetikkan yang mana?'

pertanyaan itu mengingatkan Hyungseok tentang sesuatu: "Oh! Aku menemukan satu buket bunga anyelir di hari pertamaku dirawat di sini. apa kau yang memberikannya?" saat ditanya, Jay sedikit salah tingkah. ia yang enggan menunjukkan kegugupannya, kemudian mengukir senyum tipis yang cukup menggambarkan kepercayadiriannya.

kepercayaan-diri kerap menjadi kualitas yang cukup memikat--dan bagi Hyungseok pun, entah kenapa kepercayaan diri macam itu seolah melipatgandakan ketampanan si pirang. Hyungseok jadi gugup bukan main, namun enggan mengalihkan pandangan dari senyum tipis milik si tampan.

"Kau suka bunga ya?" Hyungseok yang enggan percakapan mereka berakhir karena kegugupannya pun bertanya. namun saat gelengan itu keluar sebagai jawaban, Hyungseok berhasil dibuat kebingungan.

itu karena Hyungseok adalah tipe orang yang akan memberi hal-hal yang ia suka, pada orang yang ia suka juga. namun sepertinya, Jay memiliki pemikiran yang berbeda.

"Lalu kenapa memberi bunga?"

"Cantik." Jay tidak merespon secara spontan. ada jeda beberapa detik sebelum Jay bisa benar-benar memberikan jawaban. lewat tatapannya, Hyungseok tahu bahwa tak mungkin pria ini sedang berbohong padanya.

hanya saja.. respon pria ini agak lambat jika sudah berkenaan dengan berbicara. namun Hyungseok lega, setidaknya Jay tidak bisu seperti perkiraannya.

"Karena bunganya cantik?" Hyungseok kembali bertanya. untuk apa? ia juga tak tahu kenapa. tapi suara husky yang dimilikinya, benar-benar mempesona. mendengar sepatah kata saja tak membuat Hyungseok puas mendengarnya.

[✓] " And we met. " [ JAYSEOK LOOKISM ] [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang