Gadis berumur 18 tahun itu terdiam di depan jendela rumahnya yang terbuka. Bibirnya tipis, hidungnya mancung kecil, dengan sepasang mata agak sipit beriris merah terang.
Langit sudah gelap tanpa adanya cahaya bulan dan bintang, disertai suara hewan malam. Tapi tak membuatnya merasa ketakutan, sebaliknya, gadis itu hanya menatap dengan sorot mata kelelahan.
Selama berjam-jam ia bekerja pada seorang petani di ladangnya dan hanya diberi upah setengah dari yang dijanjikan. Amily Briar /;émeli brayer/, gadis berpupil mata merah yang sebenarnya sering dipanggil Amy /;émi/ itu hanya bisa menghembuskan napasnya dengan kasar. Padahal ia sudah menduga hal itu akan terjadi, tapi tetap saja ia merasa kecewa.
"Jangan begitu, Amy. Kau harus bersyukur karena Mr. Léwis tidak memilih untuk mengusirmu, dan bersyukur juga karena keluargamu mewariskan rumah yang masih bisa ditinggali ini," gumam Amy pada dirinya sendiri. Gadis bersurai hitam sepunggung itu pun mendongakkan kepalanya ketika tiba-tiba ia melihat sebuah cahaya menyilaukan datang dari langit, disusul dengan suara baling-baling dan hembusan angin yang cukup kuat untuk mengguncang pohon-pohon di sekitar rumahnya. Sebuah helikopter baru saja lewat.
Rambut hitam sepunggung milik Amy pun ikut terhembus, Amy memeluk tubuhnya sendiri karena kedinginan akibat hembusan angin itu.
"Ada orang hilang lagi ya?" Gumamnya lagi. Ia menutup jendela dan pergi menghampiri televisi untuk menyalakannya. Dilihatnya berita sepasang suami-istri yang hilang secara bersamaan di hari sabtu kemarin.
"Ya Tuhan, kali ini dua orang..."
"Demi kenyamanan dan keamanan warga Excellantis, kini pemerintah tengah membuat beberapa peraturan baru-"
Amy menghela napas seraya mematikan televisi. "Besok aku harus sekolah, setelah sekolah lalu kerja, setelah kerja lalu istirahat dan sekolah lagi. Sampai kapan?" Gadis itu terus berceloteh selama ia berjalan menuju kamarnya. Ia pun terlelap tanpa sempat membersihkan diri, sangking lelahnya.
Sepeninggalnya tidur, rumah itu menjadi semakin sepi. Rumah yang sebenarnya masih sangat layak dihuni itu adalah satu-satunya peninggalan yang ditinggalkan oleh keluarganya. Amy masih ingat hari di mana keluarganya tiba-tiba menghilang, meninggalkannya sendirian di rumah itu, sekitar setahun yang lalu. Entah kemana mereka pergi dan bagaimana kondisinya, mereka bahkan tidak membawa barang-barang berharga.
Malam semakin larut, Amy terlihat bergumam dalam tidurnya, keningnya mengkerut dan keringat muncul di pelipisnya.
Ia memimpikan hari itu lagi.
"Papaaa!" Dua gadis kembar identik berumur 5 tahun sedang berlarian di sebuah padang rumput, rambut hitam mereka yang sama-sama terurai panjang pun melambai-lambai tertiup angin. Dari bawah pohon, ada seorang pria paruh baya yang merupakan ayah dari kedua anak itu. Elrand Briar, pria berambut cokelat dengan kaca mata minus 6, hidung bangir, dan jenggot tipis di sekitar rahangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Colorful Graveyard [HIATUS]
FantasyAmily Briar adalah gadis yang dipandang aneh dan ditakuti karena matanya berwarna merah terang. Kelihatannya, kedua orang tuanya merahasiakan suatu hal yang membuat ia terlahir dengan mata tersebut. Kehidupan Amily pun semakin kacau ketika satu pers...