02: The Colors of Délfelore

16 4 5
                                    

Pemandangan yang mirip seperti setelah menatap matahari lalu menutup mata. Merah, biru, jingga, dan warna lainnya memenuhi pandangan Amy selama beberapa detik. Amy pun berceloteh.

"Apa? Apa ini? Kenapa mataku- oh.. sudah hilang!" Amy mengerjapkan matanya lalu tersenyum seraya menatap ke sekitarnya. Ada bunga-bunga terompet berukuran besar dengan berbagai warna, buahnya menggantung sangat besar. "Waaaahhh!!" Serunya, tak tertahankan.

Amy lalu membalikkan badannya dan melihat sekawanan hewan dengan bentuk yang aneh dan tak ia ketahui namanya sedang terbang di langit, seketika itulah ia tersadar bahwa langit yang berada di atasnya ternyata jauh lebih indah. Langitnya berwarna merah muda dan biru muda, terlihat seperti lukisan abstrak, disertai banyaknya bintang yang berwarna-warni serta bersinar sangat terang, padahal hari masih siang. Anehnya, malah tak ada matahari.

"Waaahhh!!" Seru Amy lagi, dengan mata yang berbinar-binar. Ia lalu melihat ke arah lain, di mana terdapat seekor hewan yang mirip rusa di dunia asalnya, namun yang satu itu memiliki telinga yang mirip seperti kucing karakal, ekornya juga. "Waaahh keren!!"

"Selamat datang di Délfelore!" Seorang lelaki tiba-tiba berkata di belakangnya, Amy segera membalikkan badannya dan melihat seorang lelaki tampan tengah menatapnya dengan datar. Rambutnya hitam dengan poni mencapai bawah alis, matanya yang sipit dan tajam berwarna biru muda terang, hidungnya bangir dengan bibir tipis dan rahang tajam. Dan terakhir, ada sepasang sayap putih di punggungnya.

"Siapa ini? Malaikat?" Batin Amy.

"Anu- siapa?"

"Theo, Theodore. Aku adalah seorang Torcher... Atau dalam kata lain, aku adalah pemandumu di dunia ini."

"Theo ya... Kau.." Amy membulatkan matanya setelah meneliti mata terang milik pria itu. "Gagak! Pasti kau gagak yang matanya biru!"

Theo hanya menatap datar melihat tingkah Amy. "Kenapa sekarang sayapmu berwarna putih dan bukannya hitam seperti gagak?" Tanya Amy kemudian. Theo pun mengibaskan tangannya. "Yang seperti itu tidak perlu kau pikirkan. Sekarang aku akan memberitahu namamu."

Amy terbengong-bengong. "Namaku.."

"Oh iya.. aku siapa ya?" Amy terlihat linglung, ia benar-benar tak mengingat siapa dirinya. Tapi ia ingat betul bahwa sebelumnya ia sedang bersama seekor gagak hitam di tengah hutan untuk menemui seorang gadis.

"Makanya aku akan memberitahumu."

"Tunggu! Bagaimana dengan gadis itu?"

Theo mengangkat kedua alisnya. "Gadis?"

"Gadis yang terperangkap di pohon, gadis bunga."

Mendengar penuturan Amy, Theo pun menatapnya dengan tak percaya dan terlihat tidak bisa berkata-kata.

"Ada apa? Apa yang terjadi padanya?"

"Kenapa dia masih bisa mengingatnya?" Batin Theo. "Seharusnya yang bisa ia ingat hanya wujud gagak dan alasannya untuk datang ke sini."

Melihat Theo yang terbengong-bengong Amy pun mengibaskan tangannya di depan wajah pria tersebut. "Theo?"

Theo pun tersadar dan berdeham. "Hm. Dia baik-baik saja. Sekarang berdiri yang tegak, aku akan memberitahu namamu."

Amy pun menurut. Theo langsung mengambil sebuah buku yang entah ia simpan di mana, tiba-tiba saja ia mengeluarkan benda itu dari belakang tubuhnya. Amy sampai dibuat kaget dan kagum karenanya. Buku berjilid kulit berwarna ungu tua dengan permata biru muda di tengah-tengahnya.

"Jangan bergerak, jangan menatap ke arah lain, cukup tatap batu permata yang ada pada buku di tanganku."

"Mmm.. anu- kalau memikirkan hal yang lain?"

A Colorful Graveyard [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang