Siang itu, di Excellantis.
Di sebuah kelas yang hening, terdapat seorang guru yang sedang mengajar di depan papan tulis.
Mata pelajaran sejarah, mata pelajaran paling membosankan bagi semua murid di kelas itu. Kecuali bagi seorang lelaki yang duduk paling belakang dengan earphone di telinganya, namun tentu ia sama sekali tidak mendengarkan musik.
Semua murid dibawa kembali ke era perkembangan. Di mana negara Excellantis sama sekali belum maju, teknologi belum berkembang, ekonomi pun masih susah untuk dikendalikan. Namun pemerintah tak berkecil hati dan tetap bersaing dengan negara lainnya, mereka mengajak rakyat untuk bersama-sama membangun negara tersebut.
Salah seorang murid pun mengacungkan tangannya. Ialah seorang lelaki dengan earphone di telinganya.
"Aku pernah menemukan buku tua dari ruang kerja ayahku, keluaran tahun 180, mungkin bukunya dibuat 10 tahun setelah era perkembangan. Di situ dituliskan bahwa pada era perkembangan, jumlah rakyat Excellantis sempat menurun drastis, tapi tidak disebutkan alasannya. Apakah bapak guru tahu alasannya?"
Murid-murid terkesiap mendengar pertanyaan tersebut. Sementara Guru itu tidak langsung menjawab, sebagai gantinya, ia hanya tersenyum dan berkata. "Sepertinya buku fiksi itu akan laku jika masih dijual di tahun ke 2000 ini."
Murid-murid mulai berbisik.
"Buku fiksi?"
"Mungkinkah ada yang disembunyikan oleh pemerintah?"
"Sebaiknya kita tidak ikut campur, kita jalani hidup yang normal saja."
"Benar, kalian 'kan tahu kalau pemerintah kita sangat ketat terhadap kritikan."
BOOOMM!!!
Suara dentuman besar terdengar disusul oleh teriakan orang-orang. Theo terpaku di tempatnya berdiri dengan mata tidak berkedip dan telinga berdenging akibat suara keras tersebut.
Merasa dejavu, Theo menutup kedua telinganya yang berdenging, persis seperti tadi pagi saat di hutan.
Dengan detak jantung yang tiba-tiba ikut berdentum, Theo kembali membalikkan badan dan terkejut ketika melihat tanah di belakangnya telah retak, ada pula tanah yang saling beradu sehingga mencuat ke permukaan. Sekali lagi, persis seperti keadaan hutan tadi pagi.
"Chloe!" Theo berteriak memanggil Chloe, di tengah ramainya orang-orang yang berteriak juga. Theo segera mengepakkan sayapnya, melihat-lihat dari ketinggian dengan keadaan panik.
Bangunan-bangunan terbelah dua, ada pula yang sudah hancur dan tersisa pondasinya saja, tanah mencuat dan ada juga membentuk sebuah lubang besar, masih ada beberapa orang yang mampu keluar dari lubang itu menggunakan sayapnya. Korban dengan keadaan paling parah adalah orang-orang yang sedang berada di dalam bangunan serta orang-orang yang jatuh ke lubang dengan posisi telentang.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Colorful Graveyard [HIATUS]
FantasyAmily Briar adalah gadis yang dipandang aneh dan ditakuti karena matanya berwarna merah terang. Kelihatannya, kedua orang tuanya merahasiakan suatu hal yang membuat ia terlahir dengan mata tersebut. Kehidupan Amily pun semakin kacau ketika satu pers...