1. Aku mati saja, boleh?

17.9K 1.3K 27
                                    

Dunia tampak indah di pandang dari atas ketinggian tiga puluh empat lantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dunia tampak indah di pandang dari atas ketinggian tiga puluh empat lantai. Rumah sakit yang mewah ini tampak bergensi berdiri di tengah kota, memecah keramaian sekitar yang sama sekali tidak menyadari seseorang yang sudah tidak memiliki emosi apapun saat ini sedang berdiri di perbatasan pagar.

Mata yang sudah tidak bisa memperlihatkan emosi lagi menjadi alasan terakhir orang itu mengambil keputusan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata yang sudah tidak bisa memperlihatkan emosi lagi menjadi alasan terakhir orang itu mengambil keputusan ini.

Bolehkah ia mati?

Kehidupan yang di berikan padanya sangat tidak berharga. Hidupnya hanya di penuhi dengan permasalahan yang di ciptakan oleh orang-orang egois yang tidak memiliki perasaan apapun.

Hidupnya sudah benar-benar hancur ketika kejadian itu terjadi. Lalu hal itu kembali terulang lagi. Bukan lagi merebut kepolosannya, kali ini, kejadian itu merengut semua emosi, penglihatan dan harga dirinya.

Jadi, bolehkah ia mati sekarang?

Sudah tidak ada lagi hal yang bisa ia perjuangkan. Sudah tidak ada lagi motivasi ia untuk tetap hidup. Tampaknya, melemparkan diri dari ketinggian ini jauh lebih menyenangkan di bandingkan harus tetap hidup dengan tanpa emosi apapun lagi.

Dan karena keputusan itu, Sharen melemparkan dirinya tanpa penyesalan apapun. Matanya terpejam erat, walau tahu hal itu adalah percuma. Satu-satunya yang ia harapkan hanyalah, mati tanpa merasakan sakit itu lagi. Mati dari dunia yang buruk ini dan berharap, jika di beri pilihan untuk reinkarnasi, ia ingin terlahir kembali menjadi sebuah batu.

Hanya butuh beberapa detik, kesadarannya mulai menghilang. Tubuhnya yang tepat menghantam sebuah motor pengantar makanan kini sudah tidak berdaya lagi. Orang-orang mulai mendekat. Ia bisa melihat tatapan kasihan, takut dan jijik dari orang-orang itu. Namun entah mengapa, ia memilih tersenyum untuk membalas semua tatapan yang menatap ke arahnya.

Tubuhnya mulai terasa kebas dan secara perlahan mendingin, seakan aliran darah telah berhenti berproses. Lalu nafasnya secara perlahan terasa sangat berat hingga pada akhirnya, semua itu menghilang dengan cepat.

Ahh... apakah sekarang ia benar-benar telah mati?

Rasanya menyenangkan. Tubuhnya terasa enteng dan ada rasa menggelitik di perutnya. Ia sadar, bahwa saat ini tubuhnya sedang melayang dalam keadaan meringkuk seakan mencoba melindungi diri sendiri. Bahkan saat matipun, alam sadar untuk melindungi dirinya sendiri saja masih juga belum menghilang.

Tak apa, pikirnya. Toh ia akan mati. Jadi ia tidak akan banyak mengomentari apa yang terjadi saat ini.

Namun...

Rasa menyenangkan dan tubuh entengnya itu perlahan mulai menghilang, dan kali ini ia bisa merasakan rasa sakit yang sangat amat dalam.

Keningnya mengernyit tanpa sadar, dan mulutnya mulai mengeluhkan rasa sakit itu. Dari pendengarannya, ia bisa mendengar suara meringis seseorang, lalu tiba-tiba cahaya di sekitarnya yang tadinya gelap karna mata butanya mulai terlihat sangat terang dan menyilaukan.

Uhuk..

Tubuhnya dengan refleks bangun, telapak tangannya berusaha menutup mulutnya ketika ia merasakan batuk yang luar biasa sakit. Dan ketika rasa sakit itu menghilang, ia dengan reflesk merilik ke arah telapak tangannya yang terasa sangat basah.

Darah kental.

Tubuhnya membeku ketika melihat itu. Tidak, ia bukan terkejut karena ia baru saja memuntahkan darah, melainkan ia terkejut karena bisa melihat warna merah tua itu di telapak tangannya.

Penglihatannya telah hilang setelah mengalami kejadian itu. Tapi mengapa ia bisa melihat warna merah darah itu?

Keterkejutannya tidak sampai di situ saja. Ketika ia mendongak, tubuhnya membeku saat melihat interior mewah di sekelilingnya dengan warna putih pastel yang mendominasi seluruh ruangan.

Tempat ini terasa sangat menenangkan. Apakah ini yang di sebut sebagai surga? Ia bertanya-tanya dalam hati.

Ketika ia memandang sekeliling, tatapannya berhenti tepat di depan cermin besar yang berdiri tepat di depannya. Hanya saja, ada yang aneh dari pantulan cermin itu.

Itu adalah pantulan seorang gadis yang sangat cantik dengan rambut bewarna putih kesilveran. Yah, itu adalah gadis yang sangat cantik. Tapi siapa dia?

Ia dengan refleks menyentuh pipinya dan pantulan itu juga melakukan hal yang sama. Keningnya mengerut semakin dalam. Siapa dia? Mengapa sedari tadi gadis itu mengikuti semua gerakannya?

Ia kembali terdiam ketika melihat rupa yang sangat menawan itu. Gadis itu sangat cantik dan segala pikiran mengenaskan terbayang-bayang di benaknya. Gadis di depannya sangat cantik dan ia tahu, pasti akan sangat sulit hidup dengan rupa seperti itu.

"Kau akhirnya bangun Vanellope Kinaiz" suara yang terdengar sangat kesal itu membuat gadis itu tertegun. Ia dengan cepat menoleh ke asal suara, dan tatapannya terpaku ketika melihat seorang wanita dengan rambut kuning lurus yang panjang.

Wanita itu memiliki bola mata berwarna kuning keemasan, dan aku sedikit terpukau ketika melihat itu.

Namun...

Nama Vanellope Kinaiz terdengar sangat tidak asing di pendengarannya.

Gadis itu mengangguk ketika ia benar-benar akhirnya mengingat nama itu. Itu adalah nama si pemeran antagonis dari novel terakhir yang ia baca.

Vanellope adalah seorang Lady cantik yang ada di kekaisaran Ytag. Dengan status keluarganya yang tinggi, Vanellope akhirnya mendapatkan kursi calon Putri Mahkota.

Perjodohan yang di lakukan semata-mata hanya untuk politik saja. Namun Vanellope Kinaiz sangat terobsesi dengan Putra Mahkota. Selain terobsesi dengan calon kaisar itu, gadis itu juga sangat terobsesi dengan status bangsawan serta menikah.

Sudah sejak lama gadis itu menyukai Putra Mahkota. Bahkan sejak ia berumur dua belas tahun, ia telah tinggal di istana untuk mendapatkan kelas sebagai Permaisuri nantinya.

Empat tahun bertahan di istana, dengan Putra Mahkota yang sangat membencinya, akhirnya hari itu tiba. Ketika hari pertunangan mereka hendak berlangsung, Putra Mahkota membawa gadis lain di gandengannya. Gadis itu sangat cantik dan lembut. Memiliki rambut pirang yang indah beserta bola mata kuning keemasan yang sangat mempesona, dan gadis itu sedang berdiri di depannya, Kirana Agustin namanya.

Setelah malam pertunangan berakhir, Kirana akhirnya tinggal di dalam istana dan terkenal sebagai wanitanya Putra Mahkota. Semua orang menginginkan Kiranalah sebagai Putri Mahkota, lantaran Vanellope memiliki sifat angkuh dan arogan. Hal itu sangat tidak sesuai untuk menjadi kriteria calon permaisuri nantinya.

Karena takut akan di lengserkan sebagai Putri Mahkota, Vanellope melakukan segalanya, termasuk mencoba bunuh diri di depan Noah Diaz, Putra Mahkota. Dan kejadian hari ini adalah waktu setelah Vanellope bunuh diri dan Sharen yang juga tadi memilih bunuh diri kini memasuki tubuh Vanellope.

Sharen terdiam sesaat. Ia mulai menyadari bahwa ia masuk ke dalam novel misteri yang terakhir kali ia baca, sebelum akhirnya ia di nyatakan buta oleh dokter dan hal itu membuat Sharen tidak tahu bagaimana akhir dari novel ini.

Satu-satunya hal yang pasti yang ia ketahui dari novel ini adalah bahwa Vanellope akan tetap mati. Namun mati karena penyakitnya yang telah lama ia sembunyikan. Vanellope tidak ingin mengatakan kepada siapapun tentang penyakitnya karna gadis itu takut bahwa statusnya sebagai Putri Mahkota akan di turunkan. Pada akhir hidupnya, Vanellope mati dalam kesepian di istana tempat ia di tempatkan. Tidak ada teman, tidak ada keluarga, dan bahkan tidak ada Putra Mahkota yang sangat di sayangi oleh wanita itu.

Mengingat semua penderitaan itu, Sharen tanpa sadar menangis. Bahkan di dalam dunia fantasi seperti inipun, ia harus memainkan peran yang sangat menyedihkan untuknya.

Tbc

R.I.P.  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang