3. You Were There for Me

8.6K 1.1K 18
                                    

"Nona, anda sudah sadarkan diri?" Suara sesenggukan terdengar dari samping Sharen. Ia menoleh dan mendapati seorang wanita yang memakai pakaian pelayan saat ini sedang berjongkok di sanpingnya. Wajah pelayan itu memerah, begitu juga dengan matanya. Tampaknya, pelayan itu telah lama menangis.

"Aku ada dimana?" Sharen mencoba bangun dari berbaringnya. Ia yakin saat ini sedang berada di kereta kuda dan guncangan yang disebabkan benda itu sangat membuat Sharen tidak nyaman. Namun ketikania mencoba untuk bangun, bibirnya mendesis kesakitan.

Masih dengan posisi berbaring, Sharen mengangkat tangannya yang saat ini terlihat babak belur. Di berbagai sisi terlihat membiru dan belum lagi dengan beberapa luka yang terbuka masih mengeluarkan darah.

"Nona, anda jangan bergerak dulu! Luka-luka anda masih cuma mendapatkan perawatan darurat saja. Saat ini kita sedang dalam perjalanan kembali ke mansion Kinaiz agar ada seseorang yang bisa memberikan anda perawatan" ucap pelayan itu sambil menangis.

Sharen terdiam sesaat. Menurut ingatan Vanellope, nama pelayan itu adalah Moodi. Satu-satunya orang dari Kinaiz yang mengikutinya ke istana. Moodi sudah merawat Vanellope sejak kecil, atau bisa di katakan bahwa kedua orang itu tumbuh bersama-sama. Sharen bisa mengerti mengapa sedari tadi Moodi menangis.

Sharen menjatuhkan tubuh Vannelope dari ketinggian sepuluh meter, dimana di bawah itu adalah sebuah taman. Jika bukan karena orang itu, maka sudah bisa di pastikan bahwa Sharen dan Vanellope meninggal pada saat itu. Sehingga bukan hal yang tidak mungkin bahwa saat ini tubuh Vanellope babak belur dan bahkan mungkin ada beberapa tulang yang patah.

Hanya saja, pihak kerajaan sangat keterlaluan. Mengapa mereka tidak membiarkan Vanellope mendapatkan perawatan lebih dulu dan bukannya langsung mengirim gadis itu kembali ke wilayahnya. Karena itu sama saja seperti ia di buang oleh pihak kerajaan.

Walau begitu, bibir Sharen tersenyum kecil. Apa yang terjadi saat ini sudah sangat berbeda dengan alur novel yang seharusnya. Vanellope tidak pernah sekalipun meninggalkan istana, namun saat ini, ia malah di buang oleh orang-orang itu. Dengan begini, keinginan Sharen untuk berdiam diri di sebuah tempat terpencil mungkin bisa dapat terwujud.

Perjalan mereka ternyata memakan lebih banyak waktu lantaran Moodi meminta kusir agar mengendarai kereta kuda yang mereka tumpangi sedikit lebih pelan untuk mengurangi guncangan yang di rasakan Venellope.

Dan setelah percakapan singkat mereka, mereka berdua memilih diam. Tepatnya Sharen yang memilih untuk diam, karena keadaan tubuh Vanellope yang sangat lemah. Jika di ibaratkan, energi yang di miliki Vanellope hanya seperempat dari energi manusia normal dan ketika energinya hendak habis, Vanellope akan mendapat serangan nyeri pada ulu hatinya. Vanellope akan mengalami batuk darah dan ketika energinya sudah habis total, maka dengan sendirinya Vanellope akan jatuh pingsan. Itu adalah gejala yang terjadi ketika mengidap penyakit langka itu.

Sekarang, hanya dengan menahan rasa sakit pada luka-lukanya, tubuh Vanellope telah kehilangan sebagian energinya dan saat ini, Sharen sudah merasakan nyeri pada ulu hatinya, pertanda ia akan mengalami batuk darah.

Sialan! Sharen mengumpat dalam hati.

Energi Vannelope sangat mudah habis, lalu ia akan mengalami batuk berdarah. Namun mengapa di dalam novel tidak ada siapapun yang menyadari bahwa gadis mungil ini adalah orang yang berpenyakitan. Tampaknya, memang sejak awal tidak ada yang memperdulikan keberadaan Vanellope. Sungguh kasihan wanita ini.

^^^

Ludwig Kinaiz baru saja hendak berangkat menuju area latihan para bawahannya, sebelum seseorang mengintrupsinya. Orang itu adalah Benito, yang merupakan kepala pelayan mansion keluarga mereka. Biasanya, Benito akan berada di mansion mereka yang ada di pusat kota. Namun karena perjamuan penyelenggaraan lima tahunnya meninggal Blaise Crylo, Benito harus datang ke tempat mansion mereka yang ada di wilayah kekuasaan Kinaiz. Berhubung mereka semua berada di tempat yang sama, Javier Kinaiz yang merupakan ayah mereka, memutuskan untuk melakukan perjamuan di tempat ini dan mau tidak mau, Benito harus datang untuk mempersiapkan semuanya.

"Ada apa?" Ludwig terlihat bingung ketika perjalanannya harus di berhentikan. Sebagai Duke muda Kinaiz, Ludwig tampak tidak ingin membuang banyak waktu dengan sia-sia. Namun ketika melihat wajah tua Benito yang terlihat sedih, Ludwig menghilangkan niatnya untuk marah pada laki-laki tua itu.

"Sebenarnya ada apa? Mengapa wajah anda terlihat muram seperti itu?" Tanya Ludwig lagi berusaha mencoba sabar.

"Tuan muda, saya baru saja mendapatkan informasi dari rumah utama. Mereka mengatakan bahwa pihak kerajaan memulangkan Nona Vanellope ke rumah dengan keadaan kacau. Seluruh tubuhnya penuh dengan luka dan ketika sampai di rumah, Nona sudah tidak sadarkan diri. Perwakilan kerajaan mengatakan bahwa Nona dengan sengaja menjatuhkan tubuhnya dari balkon kamarnya dan pihak kerajaan tidak akan memberikan ganti rugi karena itu perbuatan nona sendiri. Lalu, kemungkinan besar, Nona tidak akan menjadi Putri Mahkota lagi" ucap Benito yang sekarang benar-benar menangis.

Ada kebisuan sesaat. Benito bahkan sampai memikirkan, apakah tuan mudanya benar-benar mendengar ucapannya atau tidak.

"Itu kesalahannya. Itu pilihannya, jadi jangan bahas dia lagi" suara dingin itu menjawab perkataan Benito dengan datar. Lalu tanpa mengatakan apa-apa lagi, Ludwig melanjutkan perjalannnya.

Bagi Ludwig atau mungkin bagi mereka semua, Vanellope telah lama mati. Anak perempuan itu mengambil jalannya sendiri tanpa mengatakan apapun pada mereka. Vanellope lebih memilih pihak kerajaan, padahal seharusnya anak perempuan itu tahu bahwa keluarga mereka adalah keluarga netral, dimana mereka tidak akan memperlihatkan dukungan pada fraksi apapun. Dengan Vanellope menjadi Putri Mahkota, kini semua orang menatap mereka dengan meremehkan. Tidak pernah ada sekalipun sejarah dari keluarga mereka yang mengatakan bahwa mereka pernah diremehkan dan direndahkan seperti ini.

Inilah yang terjadi jika tidak ada komunikasi antar keluarga. Hanya akan terjadi kesalahpahaman, pikir Benito sedih. Sungguh malang nasib nona mudanya.

^^^

Membutuhkan waktu dua hari penuh untuk tidur agar energi Vanellope sedikit pulih dan ketika ia bangun dari tidur panjangnya, seseorang sudah melakukan sesuatu pada luka-lukanya. Kini Sharen tidak perlu merasakan nyeri yang sangat menyakitkan dari luka-lukanya lagi. Karena hari ini, Sharen sudah bertekad untuk menemukan sebuah tempat yang damai yang bisa ia gunakan sebagai tempat peristirahatan. Maka dari itu, ketika ia sudah selesai sarapan dan berganti pakaian, ia meminta Moodie mengantarnya ke perpustakaan yang ada di mansion tempat ia tinggal saat ini. Sharen tidak bisa berlama-lama di tempat ini, karena ia tidak ingin berhubungan dengan banyak orang nantinya.

Ketika Sharen sampai di perpustakaan, gadis itu meminta dayangnya untuk meninggalkannya seorang diri. Dan ketika ia telah sendiri, Sharen langsung berjalan menuju rak buku yang menyediakan sebuah peta benua ini.

Peta itu sangat besar, dan ketika ia membentangkannya di meja, barulah Sharen bisa mengetahui posisi keberadaanya.

Sharen tidak berniat pergi sejauh mungkin. Ia hanya membutuhkan sebuah lokasi strategis yaitu sebuah tempat yang memiliki sedikit penduduk dan jauh dari peradabatan. Jika bisa, tempat itu memiliki pemandangan alam yang indah. Sharen sangat menyukai pegunungan, namun sayangnya ia tidak bisa melihat pegunungan secara langsung karena pekerjaanya yang mengharuskannya untuk selalu berada di pusat kota.

Tatapan mata Sharen melihat keseluruhan peta, mencoba mencari lokasi yang sesuai dengan keinginanya itu. Lalu...

Jari telunjuk kecil milik Vanellope menunjuk ke satu titik. Tempat itu berada di pinggiran kota yang berbatasan langsung dengan gerbang wilayah Utara. Tampaknya, tidak banyak penduduk yang tinggal di daerah itu, karena tempat itu berbatasan dengab gerbang wilayah Utara, yang merupakan tempat utama penyerangan ketika perang terjadi.

Sharen hanya melihat beberapa bangunan saja yang ternyata merupakan lab para penyihir. Lab para penyihir memang harus di bangun jauh dari rumah-rumah penduduk, sehingga lokasi ini merupakan lokasi strategis untuk mereka. Walau begitu, bukan berati tidak ada rumah penduduk di tempat itu. Sharen bisa melihat, ada sekitar lima rumah penduduk di daerah itu.

Lokasi itu sangat strategis. Tidak jauh dari lokasi itu, ada pegunungan yang cukup tinggi disana. Sharen sudah berniat untuk melakukan petualangan di tempat itu.

Yah benar, ia telah menentukan, dimana tempat ia akan mati.

Tbc

R.I.P.  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang