Persetan cinta, duit nomor satu.
Apakah kamu termasuk dalam kelompok orang yang punya prinsip begitu?
Ahh sebenernya memang kalau mau realistis, duit adalah hal utama yang harus kamu punya sebelum sok-sok berumah tangga cuma modal cinta. Dikira susu bayi dan popok bisa dibayar pake komitmen? Sinting aja!
Sayangnya ini Indonesia. Ukuran sukses dan makmur bagi manusia di negaramu ini tentu aja menikah lalu punya anak sebanyak pasir di laut dan bintang di angkasa. Jika kamu nekat ikutan child-free atau bahkan marriage-free sekalian, siap aja dinyinyirin tetangga beserta rombongan keluarga besar.
"Mr. Hee, saya ambil cuti mulai besok ya? Hihi..."
Begini yang harusnya jadi teladan. Sang atasan alias Heeseung ikut senyum ngeledekin salah satu karyawannya yang mau ambil cuti nikah. "Saya harus ngamplopin berapa nih?" Candanya. "Mau siap-siap ambil cek loh ini."
"Ahh, Mr. Hee bisa aja! Seikhlasnya aja lah, Mr." Jake, si karyawan barusan berbisik main-main. "Minimal buat DP rumah."
Heeseung tau barusan cuma candaan khas orang tua kayak mereka. Tapi dia jadi merenung di balik meja kerjanya sepeninggalan Jake. Tamu undangan Jake dan calon suaminya itu bisa dibilang orang sukses semua. Ya kayak dia lah. Andai satu tamu undangan ngasih amplop minimal lima ratus ribu, berapa banyak duit yang akan dia dapet dari 300 tamu?
Fix. Heeseung harus mulai merencanakan resepsi pernikahan budget minimalis tapi balik modal dari amplopnya!
Tok tok.
Ketukan pintu ruang kerjanya membuat Heeseung buru-buru meng-close draft Excel berisi rincian biaya nikahan halunya barusan. Malu.
"Permisi, Mr. Hee. Maaf mengganggu waktunya." Sang rekan kerja tersenyum sopan sekaligus lembut, entah dia memang keturunan bangsawan sebelah mana.
Dia adalah Mr. Byun. Marketing Manager di perusahaannya sekaligus orang yang paling disegani selain dia sebagai CEO di kantornya. Habisnya aura Mr. Byun tuh bangsawan banget. Quiet and calm gitu. Tiap di deket beliau bawaannya pengen sungkem.
"Ada apa, Mr. Byun? Kamu mau ngajuin cuti nikah juga?"
"Eh?" Muka kaget Mr. Byun masih keliatan elegan. "Tidak, Mr. Hee. Saya mau menyampaikan undangan Seminar Chartered Society of Design yang tahun ini diadakan di Beijing dan Anda ditunjuk sebagai salah satu pembicara di sana. Mereka berharap Anda berkenan untuk hadir."
"Ini saya harus banget mewujudkan harapan mereka nih?"
Atasan freak.
Sambil tetap berusaha mempertahankan senyumnya, Mr. Byun bertanya sangsi. "Jadi... Apakah Mr. Hee bisa hadir? Acaranya akan dilaksanakan pada tanggal 25 bulan depan."
"Hehe bisa dong, bisa.... Yang barusan saya cuma bercanda, lho!"
"Baik, Mr. Hee. Terima kasih atas konfirmasinya. Saya permisi dulu."
Byun Euijoo ini beneran nggak punya selera humor atau gimana sih?! Heeseung rada kesel. Ini kan perusahaan desain grafis gitu loh. Seni banget. Dibanding cabang seni lainnya, desain grafis yang tentunya juga memerlukan skill komunikasi dan marketing yang baik biasanya dipenuhi orang-orang santai nan kreatif yang harusnya suka bercanda dong! Liat aja tuh sejak jenjang perkuliahan juga anak jurusan desain komunikasi visual punya image si paling santuy kan!
Kayaknya dia harus upgrade syarat pelamar di sini. Urutan nomor dua setelah skill harus dia tambahin pake font bold plus underline: WAJIB MEMILIKI SELERA HUMOR TINGGI.
***
Heeseung mau jujur deh sekarang. Sebenernya yang barusan itu nggak 100% bercanda. Singkat kata, aslinya dia males banget harus pergi ke Beijing. Sebut aja dia adalah atasan paling nggak profesional sedunia tapi aduh tolong deh, jadwal Heeseung lagi padat banget! Mana ada waktu buat bikin materi power point buat ngisi seminar! Tapi kalo nolak, nanti perusahaan dia nggak dapet income.